Djarot Tersingkir, Mimpi PDI Perjuangan yang Tertunda di Sumut

Djarot tersingkir, mimpi PDI Perjuangan yang tertunda di Sumut. 'Sumut bagian dari mimpi kita untuk Indonesia Raya.'
Djarot Tersingkir, Mimpi PDI Perjuangan yang Tertunda di Sumut | Djarot Saiful Hidayat calon gubernur Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Wesly Simanjuntak)

Jakarta, (Tagar 29/6/2018) - Hasto Kristiyanto Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mengakui pemilihan gubernur Sumatera Utara (Pilgub Sumut) merupakan salah satu mimpi PDI perjuangan untuk melawan politik identitas.

Ia mengatakan, Djarot Saiful Hidayat kader PDI Perjuangan memang sengaja dipilih dan dipersiapkan untuk menjadi calon pemimpin di Sumut.

"Ya Sumut kan bagian dari mimpi kita untuk Indonesia Raya. Ditengah politik identitas, PDI Perjuangan memilih untuk mengambil arus yang berseberangan karena kita punya mimpi bahwa Indonesia adalah satu," tuturnya di kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis malam (28/6).

Narasi Indonesia Raya

Djarot yang notabene dari Suku Jawa sengaja dipasangkan dengan Sihar Sitorus dari Suku Batak. Dengan segala perbedaan latar belakang, PDI Perjuangan berniat mencerminkan persatuan dari pemimpinnya tanpa membeda-bedakan asalnya.

"Indonesia tidak dibeda-bedakan suku karena disitulah kekuatan kita bersama. Ketika kita dibeda-bedakan oleh suku, kita terjajah 350 tahun lamanya. Ini yang membuat narasi Indonesia Raya ini jauh lebih penting dari sekadar menang kalah," ujar Hasto.

PDI Perjuangan, menurut Hasto, telah legowo dengan kekalahan Djarot-Sihar berdasar hasil quick count yang menunjukkan kemenangan pihak pesaing. PDI Perjuangan pun tak menyesal telah mengusung kadernya. Sebab, evaluasi untuk PDI Perjuangan kini ialah bagaimana usaha untuk menyiapkan pemimpin yang baik kedepannya.

"Buat PDI Perjuangan kalah menang lima tahun, yang penting bagaimana kami menyiapkan pemimpin yang kami nilai baik. Persoalan menang kalah itu adalah bagian dari sebuah kontestasi," terangnya.

"Yang kami lakukan dalam kontestasi dan demokrasi PDI Perjuangan membangun peradaban politik itu, kami tidak menghalalkan segala cara. Kami tidak menggunakan politik uang dan insitusi negara dan sebagainya," sambung Hasto.

Evaluasi

Andreas Hugo Pareira Ketua DPP PDI Perjuangan mengatakan bahwa ada evaluasi atas kekalahan Djarot-Sihar di Sumut.

"Kami sudah melakukan evaluasi. Dan hasil secara keseluruhan, bahwa ada harapan yang belum tercapai," katanya.

Mengenai penyebab kelalahan Djarot-Sihar, ia memilih tidak mengungkapkannya.

"Ada beberapa faktor, tapi itu bagian dari internal yang nanti kami bicarakan," katanya.

Berdasarkan hasil hitung cepat dari sejumlah lembaga survei dalam Pilkada yang dilaksanakan Rabu (27/6), Djarot-Sihar kalah dari pesaingnya, Edy-Musa.

Hitung cepat dari lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) menunjukkan dari suara yang masuk 57,67 persen, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah memperoleh 55,21 persen, dan Djarot-Sihar 44,79 persen.

Sementara dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA berdasarkan data yang masuk sebanyak 100 persen, pasangan Edy-Musa memimpin perolehan suara dengan persentase 57,12 persen. Sedangkan pasangan Djarot-Sihar memperoleh suara sebanyak 42,88 persen.

Proses quick count Pilkada Sumut 2018 ikut diselenggarakan lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Hasilnya, memenangkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumut Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah sebesar 58,88 persen. Sedangkan, pasangan Djarot-Sihar mendapatkan suara 41,12 persen, dari data yang masuk 99,33 persen.

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) juga merilis hasil hitung cepat Pilkada Sumut 2018, dengan pasangan nomor urut 1 Edy-Musa unggul 56,52 persen dari pasangan nomor urut 2 Djarot-Sihar yang hanya memperoleh 43,48 persen. 

Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus diusung PDI Perjuangan dan PPP. Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah diusung Demokrat, PAN, PKS, Gerindra, Hanura, Nasdem, dan Golkar. (nhn)

Berita terkait
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina