Jakarta - China mencetak poin di Asia Tenggara dalam melawan Amerika Serikat (AS), negara adidaya saingannya yang hendak membatasi pengaruh Beijing di luar negeri, melalui rangkaian kunjungan menteri pekan lalu. Demikian dikatakan analis di kawasan Asia Tenggara.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, bertemu dengan pejabat-pejabat di Kamboja, Laos, Malaysia dan Thailand pada tanggal 11-15 Oktober 2020, seperti dilaporkan media di China. Kunjungannya mengikuti perjalanan Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe ke Asia Tenggara pada September 2020.
Pertemuan Wang di negara-negara yang secara historis bersimpati kepada China, terkadang menjauhkan diri dari pengaruh Amerika. Hal ini, menurut para pakar, akan membantu melawan Amerika yang berupaya agar pemerintah di kawasan Asia Tenggara, yang berpenduduk 650 juta jiwa, memihaknya.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Michael Pompeo, berjanji pada Juli 2020 akan mendukung negara-negara yang terancam ekspansi Beijing. China membuat kesal sebagian besar Asia Tenggara karena mengerahkan kekuatan maritim di Laut China Selatan, laut yang disengketakan. Awal bulan ini, Pompeo menuduh Partai Komunis yang berkuasa di China, melakukan "eksploitasi, korupsi, dan pemaksaan."
“Kunjungan Wang jelas merupakan tanggapan atas seruan Pompeo untuk bersatu melawan Partai Komunis China dan kebijakannya,” ujar Carl Thayer, profesor emeritus khusus Asia Tenggara di New South Wales University di Australia. “Ini adalah seruan balasan,” katanya.
Kunjungan menteri luar negeri dirancang untuk membantu China dan negara-negara tuan rumah mendiskusikan detail pemulihan ekonomi Asia, produksi dan rantai pasokan, seperti yang dilaporkan oleh situs berita Global Times yang berbasis di Beijing dan dikuasai pemerintah. (ka/ab)/voaindonesia.com. []