Denyut ‘Energi Asia’ di Sungai Musi Siap Torehkan Catatan Emas

Denyut ‘energi Asia’ di Sungai Musi siap torehkan catatan emas. Palembang menyambut pesta Asian Games tak hanya terasa melalui pembangunan infrastrukturnya.
JEMBATAN MUSI VI: Foto udara pembangunan Jembatan Musi VI Palembang, Sumatera Selatan, Senin (2/1). Pembangunan Jembatan Musi VI yang menjadi sarana prioritas dan penunjang transportasi Asian Games 2018 tersebut telah mencapai 70 persen dan ditargetkan dapat beroperasi Juni 2018. (Foto: Ant/Nova Wahyudi).

Beberapa waktu lalu jelang pergantian tahun, aroma pesta olahraga Asian Games 2018 tercium makin tajam di Palembang dan sekitarnya.

Spanduk-spanduk berbagai ukuran, baliho, iklan layanan masyarakat, serta stiker berlogo Asian Games 2018 memenuhi hampir setiap sudut kota.

Bahkan, saat menginjakkan kaki di ujung paling selatan Tanah Sumatera, para penumpang yang menggunakan jasa penyeberangan sudah merasakan aura pesta melalui spanduk besar yang ada di salah satu dermaga kapal penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni, Lampung.

Kantor pemerintah maupun swasta, hotel, restoran, dan kendaraan transportasi umum tidak ketinggalan memasang berbagai atribut yang berisi imbauan agar seluruh warga Kota Palembang dan masyarakat Sumatera Selatan pada umumnya, ikut berpartisipasi menggelorakan semangat masyarakat agar ikut menyukseskan pesta olahraga terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade itu.

Sekitar 230 hari menjelang pesta yang akan diikuti 45 negara, hampir semua kegiatan di kota berpenduduk 1,8 juta itu tidak bisa dilepaskan dari hal-hal yang berkaitan dengan pesta Asian Games.

Tampaknya masyarakat setempat sudah tidak sabar lagi menunggu hari bersejarah tersebut. Hal itu bisa dimaklumi mengingat Palembang akan menoreh catatan emas dalam sejarah mereka sebagai satu-satunya kota di luar Jakarta yang dipercaya sebagai penyelenggaraan "event" akbar tersebut.

Persiapan fisik yang paling mencolok adalah pembangunan jalur kereta ringan (light rail transit/LRT) dari Bandara Sultan Badaruddin II hingga Kompleks Olahraga Jakabaring yang membentang sepanjang 22 km.

Proyek tersebut saat ini memang sedang dikebut agar bisa digunakan sebelum Asian Games digelar.

Akibat pembangunan yang kejar tayang, jalan-jalan yang dilalui jalur tersebut tampak agar semrawut dan menimbulkan kemacetan panjang, seperti yang terlihat di kawasan sekitar Masjid Agung, menjelang Jembatan Ampera.

Proyek besar lainnya adalah dua jembatan sekaligus, yakni Jembatan Musi IV dan Jembatan Musi VI untuk mengurangi konsentrasi lalu lintas yang selama ini menumpuk ke Jembatan Ampera.

Proyek infrastruktur penunjang juga dikebut, seperti pembanguan jalur pipa gas kota untuk menunjang kebutuhan hotel dan restoran, kemudian pembangunan Gardu Induk GIS Barat dan GIS Timur untuk mendukung pasokan listrik selama pesta berlangsung.

Semangat

Palembang menyambut pesta Asian Games tidak hanya terasa melalui pembangunan infrastruktur, tetapi juga terlihat dari suasana di kawasan Benteng Kuto Besak, di pinggir Sungai Musi.

Nasir Ahmad (45), seorang pria yang sehari-hari menawarkan jasa kapal cepat (boat) di dermaga Benteng Kuto Besak adalah salah satu warga Palembang yang mengaku tidak sabar lagi menunggu pesta olahraga tertajuk "Energi Asia" itu digelar.

Saat ditemui di kawasan yang selalu ramai pengunjung itu, pria bertubuh kurus dan kulit gelap tersebut, dengan ramah menawarkan kapalnya dengan tujuan ke Pulau Kemaro atau sekadar mengitari Jembatan Musi.

Tidak ada kesan memaksa, Nasir menawarkan jasa ke Pulau Kemaro yang berjarak sekitar 6 km dari dermaga atau setengah jam perjalanan dengan kapal kayu miliknya.

Meski pengunjung menolak tawaran, Nasir dengan senang hati dan suka rela menceritakan legenda di balik Pulau Kemaro dengan harapan suatu saat pengunjung tersebut tertarik dengan tawarannya.

"Boleh dicatat nomor telpon saya kalau suatu saat nanti berkeinginan untuk diantar ke Pulau Kemaro atau ke tempat lain," ujar Nasir.

Pulau Kemaro adalah salah satu tujuan wisata paling penting di Kota Palembang selain Benteng Kuto Besak, Masjid Agung, dan Jembatan Ampera.

Pengunjung yang berniat di pulau tersebut dikutip bayaran sebesar Rp 200 ribu dengan kapal kayu yang oleh warga lokal disebut ketek dan bermuatan maksimal 20 orang.

Sementara itu, Pak Ali, rekan seprofesi dengan Nasir, juga tampak dengan sabar menunggu pengunjung yang sebagian besar berombongan dan berlibur bersama keluarga karena saat itu adalah musim liburan sekolah.

Terkait dengan penyelenggaraan Asian Games 2018, Nasir dan Pak Ali menyampaikan harapan mereka untuk dapat memanfaatkan momentum yang mungkin hanya sekali dalam seumur hidup.

Mereka berjanji dan memberi jaminan tidak akan memainkan harga saat menghadapi tamu asing yang ingin memanfaatkan jasa mereka ke Pulau Kemaro.

"Kami menyadari bahwa tamu adalah aset kami yang paling berharga sehingga harus dijaga kepercayaan mereka. Sekali mereka kecewa dengan pelayanan kami, bisa dipastikan akan berdampak buruk terhadap kelangsungan usaha kami," kata Nasir.

Kesibukan menghadapi Asian Games juga terlihat di Restoran Riverside. Sesuai dengan namanya, restoran yang berada di atas kapal di pinggir Sungai Musi dan masih di kawasan Benteng Kuto Besak itu, juga terlihat berbenah dengan menambah kapasitas tempat duduk.

Restoran tersebut berlokasi di tempat yang sangat strategis karena pengunjung bisa menikmati hidangan sambil menyaksikan keindahan Jembatan Ampera yang bermandikan cahaya pada malam hari.

Menurut pengakuan manajer Restoran Riverside Sandri Abdullah, mereka akan memanfaatkan kesempatan Asian Games sebaik-baiknya, tidak hanya dari kapasitas, tetapi juga menu yang lebih bervariasi.

Sebagai sebuah pesta besar dan bersejarah bagi Kota Palembang, warganya dengan penuh semangat juga berusaha secara maksimal memanfaatkan peluang, sesuai dengan peran di bidang masing-masing.

Pesta yang digelar hanya sekali dalam empat tahun itu, diharapkan mampu memberikan suntikan semangat dan energi baru bagi warganya, sesuai dengan motto Asian Games 2018, "Energy of Asia". (Atman Ahdiat/ant/yps)

Berita terkait