Densus Tangkap Mantan Tenaga Honorer RSUD, Markas TNI Mimika Perketat Penjagaan

Densus tangkap tenaga honorer RSUD, Markas TNI Mimika perketat penjagaan. "Kami mulai memperketat penjagaan di pintu keluar masuk ke kesatrian. Jangan sampai nanti kita kebobolan,” kata Letkol Inf Windarto.
Ilustrasi, prajurit TNI di Timika, Papua. (Foto: Ant/Spedy Paereng)

Timika, (Tagar 19/5/2018) – Penjagaan di setiap pintu masuk keluar markas satuan TNI dan objek-objek vital strategis lainnya di wilayah Mimika kini semakin diperketat guna mencegah aksi terorisme.

"Sekarang kami mulai memperketat penjagaan di pintu keluar masuk ke kesatrian. Jangan sampai nanti kita kebobolan. Di tempat-tempat strategis lainnya seperti di Bandara Mozes Kilangin Timika juga mulai ada perketatan pemeriksaan terhadap para penumpang yang hendak berangkat maupun penumpang yang baru tiba," kata Komandan Kodim 1710 Mimika Letkol Inf Windarto di Timika, Sabtu (19/5).

Penjagaan ketat dilakukan menyusul Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap dua orang warga Limau Asri-SP5 Timika yang diduga merupakan anggota jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD).

Cecep yang pernah menempuh pendidikan di SMK Negeri 1 Kuala Kencana Mimika dan pernah bekerja sebagai tenaga honorer di RSUD Mimika itu langsung dibawa ke Jakarta oleh aparat Densus 88 Mabes Polri untuk menjalani pemeriksaan terkait keterlibatannya dalam jaringan teroris yang kini paling diburu oleh Polri.

Dandim Mimika menegaskan, hingga kini aparat kepolisian masih terus menyelidiki jaringan JAD di wilayah Timika dan sekitarnya.

"Kami mendapat informasi dari rekan-rekan kepolisian bahwa masih ada jaringan di Timika yang terus dikejar dan diselidiki. Mudah-mudahan ini bisa terungkap sampai tuntas," harap Windarto.

Keterlibatan TNI dalam mengungkap jaringan teroris di Timika, kata dia, sebatas memberikan laporan kepada kepolisian jika mengetahui ada hal-hal yang mencurigakan.

Dandim Mimika sepakat, pemberantasan terorisme harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh elemen masyarakat guna menghindari konflik horizontal antarkelompok masyarakat.

"Awal mula terorisme itu dari paham radikalisme yang berkembang di kalangan umat atau masyarakat. Ini yang harus kita cegah agar tidak terjadi benturan dengan kelompok masyarakat yang lain," ujar Windarto.

Tersangka kasus teroris di SP5 Timika, Cecep bersama adiknya bernama Putra ditangkap aparat Densus 88 Mabes Polri pada Sabtu (5/5).

Sebelum ditangkap aparat, yang bersangkutan diketahui sempat mengajak seorang warga SP5 Timika untuk ikut membantunya merakit bom atau bahan peledak.

"Sempat ada warga yang diajak oleh yang bersangkutan untuk merakit bom, tapi warga tersebut tidak berani," kata Junaidi, seorang mubalig muda di kawasan SP5 Timika.

Cecep dilaporkan sempat menghilang selama beberapa bulan ke Jawa. Setelah kembali ke Timika, penampilan Cecep berubah drastis lantaran tidak lagi bersosialisasi dengan warga lainnya dan sehari-hari selalu memakai pakaian syar'i. (ant/yps)

Berita terkait
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina