Denny Siregar: Panglima TNI, Titik Lemah Jokowi

Sejak Panglima TNI dijabat Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, ada dua peristiwa besar yang terjadi di Papua. Tulisan opini Denny Siregar.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (kedua kanan) bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kiri) ketika tiba di Bandara Sentani, Jayapura, Papua, Selasa (3/9/2019). Kapolri dan Panglima TNI akan berkantor di Papua hingga kondisi Papua kondusif. (Foto: Antara/Zabur Karuru)

Oleh: Denny Siregar*

Kenapa Papua rusuh?

Kita boleh bicara panjang lebar tentang faktor eksternal mulai rasisme sampai provokasi dari pihak luar yang menjadikan Papua sempat rusuh kemarin. Tapi kita juga jangan melupakan faktor internal, yaitu lemahnya intelijen dan penanggulangan di aparat militer kita.

Mohon maaf, tetapi sejak Panglima TNI dijabat Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, ada dua peristiwa besar yang terjadi di Papua yang menunjukkan kelemahan kita.

Pertama adalah aksi pembunuhan 31 pekerja di Kabupaten Nduga dan kerusuhan rasial yang bermula dari Manokrawi dan berakhir di Jayapura kemarin.

Seharusnya jika intelijen militer bekerja, kerusuhan di Papua Barat dengan menunggang isu rasisme, tidak perlu terjadi. Gerakan-gerakan ini sudah terbaca sejak negara Pasifik membawa masalah Papua ke sidang majelis PBB.

Panglima TNI harusnya belajar dari mantan Panglima sebelumnya, Jenderal Gatot Nurmantyo.

Pada masanya, Gatot menggerakkan operasi senyap yang membebaskan 1300 sandera di TembagaPura. Operasi ini berhasil dengan sukses dan membuat gerakan kelompok bersenjata di sana teredam. Pada saat itu, TNI terlihat sangat kompak dan kuat.

Sudah saatnya Pak Jokowi memikirkan untuk mengganti Panglima TNI-nya, dengan mendapatkan orang yang kompeten di bidangnya.

Memang dipilihnya Gatot Nurmantyo waktu itu oleh Jokowi supaya TNI fokus mengawal pembangunan infrastruktur di Papua. Lepas dari ambisi politiknya yang menjelang pensiun jadi "nyeleneh", sebagai komandan Gatot cukup berpengalaman.

Nah, ketika Panglima TNI dijabat oleh Hadi Tjahjanto, ada kekosongan di sana, karena memang ia diminta Jokowi fokus mengawal maritim. Gagapnya Panglima saat menghadapi situasi terlihat saat ia harus mengganti Pangdam Cendrawasih dan Kasuari dalam waktu singkat.

Sebelumnya Panglima TNI merotasi Pangdam di Papua, dengan menunjuk Mayjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau Pangdam XVIII Kasuari, menjadi Pangdam XVII Cendrawasih. Sedangkan Mayjen TNI Santos Matondang jadi Pangdam Kasuari di Papua barat.

Belum sebulan, Papua Barat rusuh, Mayjen TNI Santos Matondang yang baru menjabat sudah diganti. Mayjen TNI Joppye yang kemarin jadi Pangdam Cendrawasih, harus balik ke Papua Barat menjadi Pangdam Kasuari.

Dari rotasi mendadak ini terlihat ada ketidaksiapan Panglima saat menghadapi situasi Papua sehingga langkah yang dibuat pun bersifat mendadak, bukan langkah strategis jangka panjang.

Panglima TNI Hadi Tjahjanto memang terlihat kurang pengalaman dalam menuntaskan masalah di darat. Situasi di darat membutuhkan penanganan khusus dari mereka yang paham peta lapangan sehingga kasus separatisme seperti di Papua tidak membesar dan berlanjut.

Mungkin sudah saatnya Pak Jokowi memikirkan untuk mengganti Panglima TNI-nya, dengan mendapatkan orang yang kompeten di bidangnya.

Seruput kopinya....

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
Kapolri dan Panglima TNI Bakal Bertemu Tokoh Adat Papua
Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dijadwalkan bakal bertemu tokoh adat, agama dan masyarakat Papua.
Menkopolhukam, Kapolri dan Panglima TNI Pergi ke Papua
Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian diagendakan berkunjung ke Papua.
Video: Percakapan Panglima TNI dan Enzo Zenz Allie
Video percakapan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dengan salah satu taruna mendadak viral di media sosial.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina