Jakarta - Dalam kanal YouTube-nya, Denny Siregar menjelaskan bahwa minat baca orang Indonesia cukup rendah dibandingkan negara lainnya. Klaim ini otomatis menjelaskan bahwa orang Indonesia minim literasi sehingga cenderung tidak memiliki kedalaman pengetahuan terhadap suatu subjek ilmu.
Berdasarkan survei Program for international Student Assessment (Pisa) yang dirilis pada tahun 2019, tingkat literasi Indonesia pada penelitian di 70 negara, menempatkan Indonesia pada peringkat 62.
Tentunya hal ini menjadi kontradiksi ketika sebuah survei Internasional menyebutkan bahwa Indonesia memiliki penduduk paling religius dari 34 negara di dunia di atas Timur Tengah, Afrika dan eropa,
“Seharusnya kalau dibilang religius orang Indonesia itu harus banyak membaca terutama bacaan yang meningkatkan pengetahuan sehingga menambahkan keyakinan mereka, lalu apa yang dimaksud religius kalau tanpa pemahaman agama,” katanya.
Sejalan dengan itu Denny menyebutkan religius yang dimaksud lebih mengenai tentang bagaimana pemahaman agama tersebut hanya sebatas syariat saja serta memaknai ibadah sebagai bentuk ritual yang tidak didasari ilmu pengetahuan.
Perkara ini yang dianggap sebagai faktor yang membuat negara religius termasuk Indonesia belum memiliki ekonomi yang kuat dan masih berstatus sebagai negara berkembang,
“Beberapa survei internasional mengatakan orang-orang di negara dengan ekonomi berkembang, cenderung lebih religius dan cenderung mempertimbangkan agama sebagai hal yang penting dalam hidup mereka,” jelasnya.
Implementasi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bernegara masih sangat kurang dilakukan, tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) masih terus menghantui para pejabat.
Indonesia merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, riset terakhir yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri (2021), ada sebanyak 237,53 juta jiwa atau 86,9 persen dari total populasi yang beragama Islam sehingga jumlah tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara dengan jumlah muslim terbanyak.
Tetapi kuantitas tersebut tidak menjamin bahwa nilai-nilai keislaman telah masuk ke berbagai aspek kehidupan bernegara. Hal ini juga diperkuat oleh survei internasional Amerika yang menyebutkan bahwa negara paling islam malahan dinobatkan pada Selandia baru, sebuah negara yang terletak pada benua Australia yang hanya memiliki total penduduk islam sebesar 1 persen dari populasi keseluruhan,
“ Ini menjadi kontradiktif karena Indonesia adalah negara religius namun tidak islami. Temuan ini menjelaskan bahwa sifat religius tersebut sekali lagi, hanya bersifat ritual saja, syariat saja. Bahwa ritual itu berdampak pada kehidupan sehari-hari belum tentu,” katanya.
Dalam akhir Video yang di unggah pada 3 April yang lalu itu, Denny Siregar menjelaskan bagaimana sebenarnya sebuah negara bisa menjadi maju dengan memahami nilai-nilai dari agama serta menerapkannya dalam bentuk teknologi, sains, dan segala macam bentuk yang mendukung negara tersebut.[]
(Agung Bukit)
Baca Juga:
- Sejumlah Menteri Sri Lanka Mundur Seiring Memburuknya Krisis Ekonomi
- Situasi Pandemi Covid-19 Membaik Ekonomi Kian Bangkit
- Realisasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional 2022 Capai Rp 29,3 Triliun
- Puan Maharani: Pemulihan Ekonomi Transisi Covid-19 Harus Dirasakan Rakyat