Denny Siregar: Kita Tunggu Ularnya Keluar

Ular tidak bisa selamanya bersembunyi dengan tenang, kepalanya pasti akan muncul dengan terang benderang. Tulisan Denny Siregar.
Ribuan mahasiswa demontrasi menolak pengesahan RKUHP dan sejumlah RUU kontroversial di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta Pusat, Selasa, 24 September 2019. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

"Kami demo menolak RKUHP dan revisi UU KPK, bukan untuk menuntut Jokowi mundur!"

Begitu teriakan seorang mahasiswa dalam aksi demonya. Mahasiswa yang sedang berdemo di beberapa tempat merasa kesal karena aksi mereka sepertinya ditunggangi oleh agenda politik lain.

Memang dalam sebuah aksi dengan massa yang begitu besar, sulit melihat agenda yang sebenarnya. Apalagi aksi mahasiswa yang sekarang sulit mendapat legitimasi bahwa mereka mirip demo mahasiswa di tahun 98. Demo 98 agendanya hanya satu "turunkan Soeharto!" sebagai pesan kuat. Demo sekarang begitu banyak agenda sehingga sulit fokus mana yang harus didahulukan.

Bahkan di selipan agenda demo ada demo untuk "pulangkan Rizieq segala."

Sejak awal saya sudah memprediksi ada yang ingin membangun kembali romantisme kekejaman Soeharto yang sekarang dipakaikan ke Jokowi. Karikatur Jokowi dengan bayangan Soeharto beredar di mana-mana.

Tetapi ular tetap ular. Ular tidak bisa selamanya bersembunyi dengan tenang, kepalanya pasti akan muncul keluar menampakkan keberadaannya dengan terang benderang.

Dan prediksi itu semakin kuat ketika mahasiswa akhirnya memulai aksi dari Gejayan, Jogja. Gejayan pada tahun 1998, ada aksi mahasiswa menuntut Soeharto mundur dan berakhir dengan tewasnya Moses Gatutkaca, mahasiswa Universitas Sanata Darma.

Dalam aksi mahasiswa ini memang terbagi dua. Ada aksi murni mahasiswa karena ingin membela keadilan, dan ada aksi mahasiswa karena punya agenda jangka panjang.

Aksi dengan agenda jangka panjang inilah yang patut diwaspadai karena tujuan akhirnya adalah kudeta, dengan menduduki DPR dulu baru kemudian menuntut Jokowi mundur. Mereka napak tilas perjalanan demonstrasi 98.

Siapa yang bermain?

Ya, mereka para penunggang Pilpres kemarin yang tidak bisa terima Jokowi akan menjadi Presiden lagi karena itu kerugian besar untuk mereka. Apalagi Jokowi berjanji akan memerintah tanpa beban.

Tetapi ular tetap ular. Ular tidak bisa selamanya bersembunyi dengan tenang, kepalanya pasti akan muncul keluar menampakkan keberadaannya dengan terang benderang.

Kita seruput kopi sambil terus memantau keadaan.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Imbauan Polisi: Massa Jangan Bergerak ke DPR
Polisi mengimbau demonstran pendukung revisi Undang-Undang KPK di kawasan Monas tidak bergerak menuju DPR RI Senayan.
DPR Ikuti Saran Jokowi, RUU KUHP dan 3 RUU Ditunda
DPR mengikuti saran Jokowi menunda Rancangan Undang-Undang (RUU) KUHP dan 3 RUU lain.
Senin Menyengat di Gejayan
Perempuan muda itu memakai topi untuk menghalau terik yang menyengat, berlari menuju kerumunan massa di Gejayan, Yogyakarta.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.