Denny Siregar: Kenapa Harus TNI Turun Tangan

TNI ke jalan dengan komando Pangdam Jaya Dudung Abdulrachman, mencopoti baliho-baliho propaganda Rizieq Shihab memang sudah saatnya. Denny Siregar.
Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang memerintahkan penurunan baliho Rizieq Shihab. (Foto: Tagar/Era/Dok Kodam Jaya)

"Kenapa TNI yang mengurusi kerjaan Satpol PP?" Begitu protes seseorang, yang sebelumnya tidak percaya beredarnya video TNI mencopoti baliho-baliho Rizieq Shihab. "Ah, itu seragam Banser, mengakunya TNI." begitu dia bilang kemarin.

Sesudah tahu itu TNI beneran, dan Pangdam Jaya langsung bicara bahwa dia yang perintahkan pencopotan baliho-baliho Rizieq, orang itu langsung diam, mingkem, seluruh tubuhnya langsung bergetar.

Itu tanda-tanda panik. Pertama menyangkal, kedua marah, ketiga sedih enggak keruan dan pada akhirnya harus menerima kenyataan bahwa harapan besar bahwa TNI ada di pihak mereka sia-sia belaka..

Turunnya TNI ke jalan dengan komando langsung Pangdam Jaya, memang sudah saatnya. Karena baliho-baliho propaganda itu enggak ada yang berani menurunkan. Enggak usah ketua RT atau bahkan camat sekalian, Satpol PP DKI saja enggak bernyali untuk menurunkan. Mau digeruduk anggota FPI apa? Terus dituding penista ulama? Mendingan cari aman deh, sama-sama cari makan.

Ya, harus TNI yang turun dan beraksi memang. Langsung auto diam dan tiarap enggak bersuara. "Wah, TNI ternyata enggak di pihak kita," begitu sesal mereka.

Turunnya TNI ke jalan punya efek ganda. Pertama, rakyat akhirnya tahu bahwa negara hadir di tengah mereka. Dengan begitu, kelompok-kelompok moderat menahan diri untuk tidak unjuk kekuatan melawan yang radikal. Soalnya kalau yang moderat sudah unjuk kekuatan, bahaya. Bisa terjadi gesekan.

Kedua, TNI menunjukkan dirinya solid dan berada di belakang pemerintah. Narasi ormas dan oposisi selama ini memang merasa bahwa TNI ada di pihak mereka. Apalagi dulu waktu Gatot Nurmantyo jadi Panglima TNI, si ormas-ormas itu berasa jumawa. Lalu bikin framing di media sosial, membenturkan TNI versus Polri. Narasi berbahaya yang selama ini seolah dibiarkan saja.

Turunnya TNI ke jalan dengan komando langsung Pangdam Jaya, memang sudah saatnya. Karena baliho-baliho propaganda itu enggak ada yang berani menurunkan.

Ketiga, ini bukan sekadar menurunkan baliho, tapi menghancurkan simbol-simbol yang dibangun ormas radikal bahwa umat Islam seharusnya berada di belakang "Imam besar". Dan yang menurunkan TNI sendiri, yang selama ini di-framing bahwa institusi itu ada di pihak mereka.

Turunnya TNI ke jalan dan menurunkan baliho-baliho itu sudah benar. Kalau ada yang protes, biarkan saja. Itu bentuk kekecewaan mereka karena enggak bisa lagi bergerak. Ruang yang dulu luas buat mereka, sekarang sempit. Susah bergerak dan bernapas. Akhirnya yang muncul teriakan-teriakan lemah dan ditertawakan banyak orang.

Lihat saja narasi baru mereka, "Wah ini pasti ada usaha adu domba." Padahal mereka itulah yang selama ini mengadu domba orang.

Siapapun kita, baik negara dan TNI juga Polri, harus mulai bergerak menghancurkan simbol-simbol yang mereka bangun. Jangan lagi diberi kesempatan mereka untuk besar. Jangan lagi mereka diberi ruang untuk tumbuh. Mereka harus dihajar, kalau bisa sampai ke akar-akar.

Jangan pedulikan elit-elit politik yang selalu memanfaatkan kelompok radikal ini. Elit-elit politik ini hanya peduli pada kepentingan perut mereka saja. Mereka enggak peduli bahwa memelihara ormas-ormas radikal itu, sama saja dengan memelihara ular, yang akan mematuk mereka sendiri jika ada kesempatan.

Begitulah hancurnya Suriah, Libya, Afghanistan dan banyak negara Timur Tengah lainnya. Ketika elit politik lidahnya bercabang dua dan selalu merangkul ormas radikal itu demi nafsu politik mereka belaka..

Bravo, TNI. Bravo, Polri. Bravo, Jokowi. Rakyat butuh rasa aman. Hadirnya TNI dan Polri di tengah masyarakat menaikkan semangat kita kembali, bahwa negara peduli.

Untuk mereka yang moderat, teruslah bersuara. Gerakkan energi semakin kuat untuk melindungi negara kita. Tidak boleh ada satupun kelompok yang mengatasnamakan agama, tapi melakukan pengrusakan. Merekalah sesungguhnya penghina Islam, penghina Nabi dan penghina Tuhan.

Seruput kopinya, kawan.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
Baliho Habib Rizieq di Makassar Ditertibkan Satpol PP
Balihi Habib Rizieq di Kota Makassar ditertibkan Satpol PP tanpa melibatkan TNI.
Tanggapan Pangdam Jaya Soal Kritikan Copot Baliho Rizieq
Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman menanggapi kritik yang ditujukan kepadanya terkait pencopotan baliho imam besar FPI Habib Rizieq Syihab.
Denny Siregar: Baliho Rizieq Shihab
Saya setuju TNI menghancurkan baliho Rizieq Shihab yang dibangun sekelompok orang dengan dana dari elit politik hitam. Denny Siregar.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.