Coba kita teliti lagi calon-calon terkuat hasil survei.
Ada lima calon mulai Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno. Dari lima calon terkuat hasil survei ini, siapa yang punya komitmen kuat melawan kelompok radikalis?
Anies jelas enggak, Pilkada 2017 jelas dia bersekutu dengan mereka. Prabowo dan Sandi juga sama, mereka menunggangi kelompok radikalis demi kemenangan mereka. RK abu-abu, malah mungkin enggak ada gerakan ke sana sama sekali.
Ya kenyataan yang harus kita terima, 2024 nanti kita hanya punya Ganjar.
Komitmen dan konsistensinya melawan kelompok radikalis di Jawa Tengah bukan cuma buat kampanye. Dia gelisah, sama dengan kita semua. Apalagi Jawa Tengah termasuk zona merah kelompok radikal yang tumbuh pesat seperti cendawan.
Kita ingat Ganjar pernah berbicara di depan para kepala sekolah, supaya mereka menandatangi pakta integritas setia pada Pancasila. Kalau nanti melanggar, mereka harus bersedia dipecat. Dan dia enggak sekadar ngomong. Ada 7 kepala sekolah yang dia sortir terindikasi pengikut khilafah dan dia pecat. Dan akibat konsistensinya itu, dia dibenci dan di-bully simpatisan radikalis se-Indonesia raya.
Dari komitmennya melawan kelompok radikal, hanya dialah sekarang yang kita punya.
Ganjar juga paling depan mendesak supaya ASN yang terpapar radikal segera diberhentikan secepatnya. Buat Ganjar, radikalisme itu menular dan harus segera dipisahkan.
Tahun 2024, saya prediksi kelompok yang sudah dibubarkan Jokowi seperti HTI dan FPI akan berkoalisi lagi. Mereka akan masuk dalam perang Pilpres supaya bisa eksis kembali. Ada dendam di hati mereka karena di era Jokowi mereka dibabat habis. Bayangkan, kalau orang yang mereka dukung menang di Pilpres nanti. Akibatnya buat Indonesia terlalu berbahaya.
Saya tidak sedang berkampanye buat Ganjar, kenal saja tidak. Hanya mencoba membuka fakta yang ada. Ganjar Pranowo memang belum tentu sebaik Jokowi jika kelak memimpin negara. Tapi setidaknya, dari komitmennya melawan kelompok radikal, hanya dialah sekarang yang kita punya.
Apa yang sudah dibangun Jokowi selama 10 tahun jangan sampai rusak. Tongkat estafet harus diserahkan kepada orang yang tepat. Cara kita menjaga NKRI, ditentukan nanti, siapa calon pemimpin yang harus kita pilih.
Rekam jejak sangat menentukan di sini. Kita tidak boleh beli radikalis dalam karung. Mereka sedang mengintip, kapan saatnya keluar dan ikut kembali bertarung.
Kalau kita kalah, bersiaplah mereka akan kembali menguasai kita seperti pada masa SBY dulu berkuasa.
Seruput kopinya.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi dan Bukan Manusia Angka
Baca juga Denny Siregar: Ganjar Pranowo Mengulang Kisah Jokowi