Denny Siregar: Cerita di Balik Viral Video Ustaz Abdul Somad

Viral video Ustaz Abdul Somad dan Akhyar Nasution di Pilkada 2020, disusul viral video UAS dan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019. Denny Siregar.
Ustaz Abdul Somad di antara Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi dalam kampanye Pilkada 2020 di Medan. (Foto: Tagar/Istimewa)

Pilkada serentak sudah selesai. Beberapa quick count sudah menunjukkan hasilnya. Dan dari beberapa daerah, kita pilih 3 daerah terfavorit, yaitu Solo, Surabaya, dan Medan. Solo meski diributkan dengan isu politik dinasti, toh Gibran sukses mendapat dukungan sampai 87 persen untuk memimpin kotanya.

Rakyat sudah memilih dan isu politik dinasti itu ternyata tidak berpengaruh terhadap Gibran. Kalau memang banyak warga yang memilih karena kecintaan warga Solo kepada bapaknya Gibran, yaitu Joko Widodo, ya bagaimana lagi? Ini jelas malah jadi beban berat buat Gibran, bisakah dia sebesar bapaknya nanti? Atau malah tenggelam di bayang-bayang bapaknya?

Kalau Surabaya sudah jelas Eri Cahyadi yang menang. Eri ini anak kesayangan Bu Risma, dan sudah digadang-gadang sejak lama untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpinan Bu Risma. Dan yang menarik adalah Eri Cahyadi ini hanya diusung satu parpol saja, yaitu PDIP, melawan seluruh parpol yang ada di pihak lawannya.

Yang menarik ini Medan. Medan ini dikenal dengan mental pejabatnya yang korup. Bahkan sebelumnya ada tiga Wali Kota Medan yang berturut-turut jadi tersangka korupsi. Yang pertama namanya Abdillah, Wali Kota Medan 2005-2010. Belum lama menjabat, Abdillah ditangkap KPK waktu korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran. Abdillah kemudian hilang, digantikan Rahudman Harahap. Eh, korupsi lagi. Akhirnya kemudian beliau dipenjara.

Warga Medan pun makin terpuruk, yang mereka pilih kok kurupsi melulu. Sesudah Rahudman, akhirnya terpilihlah Dzulmi Eldin yang berpasangan dengan Akhyar Nasution yang kemarin melawan Bobby Nasution, menantu Jokowi. Enggak lama, si Dzulmi ditangkap KPK karena korupsi.

Tiga orang Wali Kota Medan ditangkap KPK membuat warga Medan akhirnya sadar, bahwa memilih pemimpin itu tidak bisa dilihat dari etnisnya, agamanya, ataupun latar belakang pendidikannya. Mereka kemudian menggantungkan harapan kepada Bobby Nasution, menantu Jokowi, dengan harapan Bobby bisa membawa semangat dan kejujuran Jokowi dalam membangun Kota Medan.

Nah, di sinilah Akhyar Nasution melihat bahwa dukungan warga Medan terhadapnya mulai berkurang. Warga Medan masih melihat Akhyar sebagai pasangan Dzulmi Eldin, dan mereka kemudian trauma. Akhyar mengambil jalan yang ia anggap terbaik, yaitu memainkan politik identitas.

Bisikan alam gaib yang dibilang Somad bahwa Prabowo bakal jadi presiden ternyata zonk.

Ustaz Abdul SomadUstaz Abdul Somad (kanan) dan Prabowo Subianto dalam kampanye Pilpres 2019. (Foto: Screenshot YouTube/Tafaqquh video)

Dan begitulah yang terjadi, entah bagaimana caranya, Akhyar berhasil menggandeng Somad untuk diajak kampanye politik. Padahal Somad ini sudah didaulat sebagai ustaz oleh sebagian warga. Dan sebagai ustaz seharusnya Somad bijak melihat situasi yang ada. Apalagi Somad sudah berjanji bahwa dia tidak akan terlibat dalam dunia politik.

Tapi janji tinggal janji. Somad dengan entengnya melipat lidahnya kembali. Dia dengan terang-terangan memilih Akhyar dan berkampanye untuknya di dalam sebuah video. Dan seperti biasa bumbu-bumbunya adalah ayat, "Memilih pemimpin muslim yang amanah".

Mungkin ia mengira Akhyar Nasution yang paling amanah dibandingkan lawannya. Yang Somad tidak sadari, warga Medan sudah muak dengan politik identitas. Mereka sudah tidak percaya lagi ketika politik membawa-bawa agama, toh dari hasil pilihan mereka kemarin, ternyata pada korupsi juga. Apalagi Akhyar masih ada benang merahnya dengan wali kota sebelumnya yang ditangkap KPK karena korupsi.

Itulah yang tidak disadari Somad. Dia cuma melihat dengan mata di kepalanya, tidak dengan mata di hatinya. Dan akhirnya video saat dia berkampanye dengan Akhyar menjadi viral waktu quick count mencatat Akhyar kalah dari Bobby Nasution. Seluruh Indonesia ketawa ngakak dan mulailah video lama waktu Somad membaiat capres Prabowo Subianto seakan-akan dia mendapat bisikan dari alam gaib, muncul lagi.

Pada waktu Pilpres 2019, Somad dengan bangga seakan-akan menjadi penasihat spiritual Prabowo. Mungkin dia berpikir, "Ah, siapa tahu nanti Prabowo jadi presiden, gua bisa jadi menteri agama." Dan Prabowo gagal menjadi presiden.

Bisikan alam gaib yang dibilang Somad bahwa Prabowo bakal jadi presiden ternyata zonk. Somad mungkin tidak bakat jadi peramal, padahal di sana uangnya banyak dibandingkan harus ceramah di depan ribuan orang, kan capek? Mending meramal satu orang tapi duitnya yang ribuan.

Dari kisah Somad yang gagal lagi gagal lagi di dunia politik itu, saya hanya ingin sedikit mengingatkan:

"Wahai saudaraku, Somad. Sesungguhnya kamu itu pintar. Pergunakanlah kepintaranmu itu untuk sesuatu yang bermanfaat. Sampaikanlah ayat-ayat Tuhan itu dengan hati yang bersih, dan jangan kau kotori dengan nafsu duniawi.

Karena ketika kau gadaikan ayat-ayat itu dengan harga murah, jangan salahkan kalau kelak Tuhan akan membuka aibmu satu per satu di dunia. Engkau akan ditelanjangi tanpa kau sadari. Singkirkanlah puja-puji itu. Pujian itu seperti bisikan setan, akan melemahkan. Mulailah kembali melihat ke diri sendiri. Benarkah apa yang telah kau lakukan?

Dan ketika kesombonganmu nanti sudah pergi, percayalah, engkau akan merasa seperti manusia yang lahir kembali. Dan ketika sudah masuk fase itu, baru aku akan mulai memanggilmu dengan diawali gelar 'ustaz' sebagai tanda hormat."

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
Ustaz Abdul Somad Disetujui Jadi Ketua Umum Partai Masyumi
A Cholil Ridwan mengajak sejumlah tokoh untuk bergabung sebagai Majelis Syuro Partai Masyumi seperti Ustaz Abdul Somad (UAS) dan Amien Rais.
Duduk Berdempetan, Ustaz Abdul Somad Ajak Warga Pilih AMAN
Ustaz Abdul Somad mengajak warga Kota Medan untuk memilih pasangan Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi pada Pilkada 9 Desember 2020.
Hasil Sementara Peserta Pilkada yang Didukung oleh UAS
Hasil perhitungan sementara peserta Pilkada yang didukung oleh UAS.