Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin mengatakan, demonstrasi di Kedutaan Besar (Kedubes) Prancis pada Senin, 2 November 2020 nanti akan lebih ramai ketimbang aksi unjuk rasa di Kedubes India beberapa waktu lalu.
"Diperkirakan akan lebih ramai. Karena di seluruh negara Arab juga marah," ujar Novel dalam pesan singkatnya kepada Tagar, Jumat, 30 Oktober 2020.
Tapi seperti biasanya massa dari Jabodetabek serta Jawa Barat dan Banten yang dominan
Kendati begitu, Novel belum dapat memastikan estimasi jumlah massa aksi yang akan datang nantinya. Namun, kata dia, aksi di Kedubes Prancis kali ini diperkirakan akan didominasi masyarakat yang berasal dari daerah Jabodetabek dan sekitarnya.
"Belum ada gambaran (jumlah massa aksi). Tapi seperti biasanya massa dari Jabodetabek serta Jawa Barat dan Banten yang dominan," ucap Novel.
Sebelumnya, tiga organisasi masyarakat (ormas) Islam yakni GNPF Ulama, Front Pembela Islam (FPI), dan PA 212 berencana menggelar demonstrasi di depan Kedubes Prancis.
Unjuk rasa ini masih berkaitan dengan sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang membela penerbitan kartun Nabi Muhammad SAW dengan dalih kebebasan berekspresi.
Dalam selebarannya, ketiga ormas tersebut juga mengajak masyarakat memboikot produk asal Prancis. Rencananya, aksi turun ke jalan yang dinamai 'Aksi 211' itu akan digelar pada Senin, 2 November 2020.
"Seruan untuk pecinta Rasulullah SAW. Ayo kepung Kedubes Prancis. Aksi bela Nabi Muhammad SAW, sekaligus Maulid Agung Baginda Rasulullah SAW," tulis selebaran seruan aksi seperti dilihat Tagar di akun Twitter @DPPFPI_ID, Jumat, 30 Oktober 2020.
Diketahui, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, negaranya tidak akan berhenti menerbitkan atau membicarakan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW.
Hal itu disampaikan Macron usai merespons guru sejarah bernama Samuel Paty yang dipenggal usai memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad SAW kepada murid-muridnya dalam pelajaran kebebasan berekspresi pada awal Oktober 2020.
Perkataan Macron tersebut kemudian menyulut gelombang protes dan kritik jutaan Muslim di Eropa dan di seluruh dunia, termasuk di Palestina, Turki, Iran, Libia dan Suriah.
Sejumlah presiden dan petinggi negara juga mengecam aksi Emmanuel Macron. Seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, dan Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov.
Adapun aksi demo di Kedubes India, Kuningan, Jakarta Selatan, terjadi pada awal Maret 2020. Kala itu, GNPF Ulama, FPI, dan PA 212, serta sejumlah ormas lainnya meminta pemerintah India menghentikan pertikaian berdarah antara pemeluk agama Hindu-Islam yang terjadi di negara 'Bollywood' tersebut.
Sementara, pertikaian berdarah itu terjadi usai pemerintah India mengesahkan UU Kewarganegaraan yang menyatakan semua imigran yang rata-rata berasal dari Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh dapat memeroleh status kewarganegaraan India.
- Baca juga: FPI dan PA 212 Segera Kepung Kedubes Prancis
- Baca juga: Bu Mega: Anak Muda Jangan Dimanja, Hanya Bisa Demo!
Namun, keistimewaan itu tidak berlaku jika imigran tersebut memeluk agama Islam. []