Delusi vs Halusinasi

Delusi dan halusinasi terdengar sama, tapi sebenarnya ada perbedaan mendasar arti dari kedua kata tersebut.
Ilustrasi. (Foto: Tagar/AF)

Jakarta - Saat otak merasakan atau memproses suatu hal yang tidak benar-benar terjadi, artinya kemungkinan tubuh mengalami dua hal, halusinasi atau delusi. Baik halusinasi maupun delusi terdengar sama, tapi sebenarnya ada perbedaan mendasar, apa arti dari keduanya.

Halusinasi

Gangguan halusinasi merupakan kondisi medis serius yang perlu  mendapat pemeriksaan dan penanganan psikiater. Halusinasi adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, merasa, mencium aroma, dan melihat sesuatu yang kenyataannya tidak ada.

Halusinasi merupakan sebuah sensasi yang diciptakan oleh pikiran seseorang tanpa adanya sumber yang nyata. Penderita gangguan halusinasi tidak disarankan tinggal atau bepergian sendiri. Karena penderita gangguan halusinasi seringkali memiliki keyakinan kuat bahwa apa yang mereka alami adalah persepsi yang nyata meskipun sebenarnya tidak nyata.

"Seseorang disebut berhalusinasi ketika dia melihat, mendengar, merasa, atau mencium suatu aroma yang sebenarnya tidak ada. Hal-hal ini hanya ada di dalam pikiran mereka," seperti dikutip Tagar dari website alodokter yang ditinjau oleh dr Kevin Adrian selaku Medical Editor, Senin 22 April 2019.

Jenis halusinasi yang umum terjadi ada beberapa macam di antaranya sebagai berikut.

1. Halusinasi pendengaran (audio) yang menyebabkan seseorang mendengar suara-suara yang tidak didengar orang lain.

2. Halusinasi penglihatan (visual) melibatkan indera penglihatan, seperti melihat sesuatu namun benda tersebut sebenarnya tidak ada. Misalnya melihat seseorang yang sebenarnya tidak berada di ruangan, atau melihat lampu berkedip yang tidak dapat dilihat orang lain.

3. Halusinasi penciuman (olfaktorik) melibatkan indera penciuman. Seseorang mungkin mencium aroma wewangian atau justru bau yang tidak sedap atau merasa bahwa tubuhnya berbau busuk padahal nyatanya tidak.

4. Halusinasi pengecapan (gustatorik) menyebabkan seseorang merasakan sensasi bahwa sesuatu yang dimakan atau diminum memiliki rasa yang aneh. Misalnya, mengeluh karena merasakan atau mengecap rasa logam secara terus-menerus. Jenis halusinasi ini merupakan salah satu gejala yang sering terjadi pada penderita epilepsi.

5. Halusinasi sentuhan (taktil) melibatkan perasaan sentuhan atau gerakan di tubuh Anda. Misalnya, merasa seolah disentuh atau digelitik seseorang, padahal tidak ada orang lain di sekitar.

Delusi

Delusi adalah salah satu jenis gangguan mental serius yang dikenal dengan istilah psikosis. Tanda-tanda psikosis muncul saat terjadi ketidaksinambungan antara pemikiran, imajinasi, dan emosi, dengan realitas yang sebenarnya. Orang yang mengalami delusi seringkali memiliki pengalaman yang jauh dari kenyataan.

"Penderita gangguan delusi meyakini hal-hal yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Walau sudah terbukti bahwa apa yang diyakini penderita berbeda dengan kenyataan, penderita tetap berpegang teguh pada pemikirannya," tulis alodokter ditinjau oleh Medical Editor dr Allert Benedicto Ieuan Noya, Senin 22 April 2019.

Delusi bisa terjadi karena faktor keturunan atau genetik, misalnya riwayat gangguan delusi atau skizofrenia di dalam keluarga, faktor biologis, lingkungan, dan psikologis.

Untuk pemicunya sendiri bisa karena stres, penyalahgunaan obat-obatan, mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan atau fungsi otak tidak normal, seperti pada penderita penyakit parkinson, penyakit huntington, demensia, stroke, serta kelainan kromosom.

Ada beberapa jenis delusi, di antaranya sebagai berikut.

1. Waham kebesaran (grandiose)

Penderita delusi waham kebesaran memiliki rasa kekuasaan, kecerdasan, identitas yang membumbung tinggi, serta meyakini bahwa dirinya telah melakukan suatu penemuan penting atau memiliki talenta yang hebat. 

Selain itu, penderitanya juga bisa meyakini bahwa dirinya memiliki kemampuan spesial atau memiliki relasi khusus dengan figur yang hebat, misalnya hubungan dengan presiden atau selebritas terkenal. Padahal kenyataannya tidak demikian.

2. Erotomania

Penderitanya meyakini bahwa dirinya sangat dicintai oleh seseorang. Sering kali terjadi, orang yang menjadi obyek delusi adalah orang-orang terkenal atau berkedudukan penting. Penderita umumnya menguntit dan berusaha melakukan kontak dengan obyek delusinya.

3. Waham kejar (persecutory)

Penderita delusi ini akan merasa terancam karena yakin bahwa ada orang lain yang menganiaya dirinya, memata-matai, atau berencana mencelakainya.

4. Waham cemburu

Penderita waham cemburu, percaya bahwa pasangannya tidak setia kepada dirinya, padahal tidak didukung dengan fakta apa pun.

5. Campuran

Si Penderita delusi akan mengalami dua jenis gangguan delusi atau bahkan lebih banyak dari itu.

Seseorang dikatakan menderita gangguan delusi apabila mengalami gejala delusi setidaknya satu bulan, gejala umumnya yaitu mudah marah dan emosinya tidak stabil. Dalam sejumlah kondisi, gejala delusi juga dapat disertai dengan halusinasi.

Delusi bisa muncul sebagai gejala dari gangguan mental psikosis pada tahap yang lebih serius. Oleh karena itu, ketika memeriksa pasien yang mengalami delusi, biasanya dokter mengevaluasi kemungkinan penyakit lain, seperti skizofrenia, gangguan mood, atau masalah medis yang bisa memicu gejala delusi.

Psikosis tak sama dengan psikopat. Penderita psikosis cenderung berperilaku membahayakan dirinya sendiri, sedangkan perilaku psikopat atau penderita gangguan kepribadian anti sosial, cenderung membahayakan orang lain. []

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.