Deklarasi KAMI Tiru Petisi 50 Orba Bernada Tendensius

Pernusa menilai terbentuknya deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ingin meniru aksi petisi 50 tokoh nasional di zaman orde baru.
Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa) KP Norman Hadinegoro. (Foto: Dokumen Norman Hadinegoro)

Jakarta - Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa) KP Norman Hadinegoro menilai terbentuknya deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dipimpin Din Syamsuddin ingin meniru aksi 5 Mei 1980, yakni petisi 50 tokoh nasional yang prihatin atas tafsiran Pancasila ala Presiden Soeharto di zaman Orde Baru (Orba).

Namun, Norman berpandangan gerakan Din Syamsuddin Cs lebih mengarah kepada tuduhan yang berbau tendensius kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Bermakna seolah-olah Indonesia dalam keadaan darurat, Indonesia bangkrut, lalu mereka ingin jadi pahlawan kesiangan

"Kayaknya mereka berkeinginan seperti kelompok petisi 50 di zaman Orba. Kumpulan kelompok sempalan membuat Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) bernada tendensius," katanya kepada Tagar, Selasa, 4 Agustus 2020.

Menurutnya, kehadiran koalisi ini seakan ingin menjadi pahlawan di tengah mewabahnya pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, serta resesi ekonomi global yang menghantam berbagai negara.

Dia juga menduga kelompok ini sedang mempersiapkan diri untuk membentuk dukungan menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024

"Bermakna seolah-olah Indonesia dalam keadaan darurat, Indonesia bangkrut, lalu mereka ingin jadi pahlawan kesiangan. Kelomppk ini lagi ancang-ancang mau jualan politik untuk Pilpres 2024," ujarnya.

Norman juga menyinggung yang ada dalam kelompok itu merupakan golongan sakit hati hendak mencari panggung.

"Dia lagi, dia lagi dan rakyat pun tahu siapa mereka ini. Sudah bisa ditebak misi mereka. Karena yang gabung sebagian besar oposan semua. Mereka cari panggung politik. Mereka tadinya sebagian besar pendukung 02 dalam Pilres 2019," kata dia.

Lantas, dia menegaskan bahwa KAMI hanya setaraf dengan relawan Presiden Jokowi. Menurutnya, tidak ada yang sesuatu yang besar dalam kelompok Din Syamsuddin Cs.

"Mereka bisanya koar-koar saja dan sepak terjang mereka terekam dalam jejak sebelumnya. Kelompok ini ini hanya se-level kelompok relawan pendukung Jokowi. Tidak ada sesuatu yang baru dalam kelompok ini. Tidak ada pendatang baru yang bergabung," ucap Norman.

Dia berpandangan, kelompok Din Syamsuddin saat ini, di dunia politik sedang tidak diminati, mengingat partai-partai besar sudah merapatkan diri ke pemerintahan.

"Jualan politik pun kurang laku, karena semua Partai besar sudah bergabung di barisan koalisi pemerintah," ujarnya.

Kendati demikian, dia berharap partai pendukung pemerintah tidak memanfaatkan kelompok KAMI yang berisikan Din Syamsuddin, Rocky Gerung, Refly Harun, Ichsanuddin Noorsy dan Abdullah Hehamahua, Said Didu, Kwik Kian Gie, Bachtiar Chamsyah serta MS. Kaban.

"Jika ada partai pendukung pemerintah memanfaatkan kelompok ini maka sama saja bunuh diri dan tidak mendapatkan tempat dihati rakyat. Semoga Gerindra, Golkar dan PDI-P tidak memanfaatkan kelompok kecil ini. Tiga partai besar ini punya peluang besar dalam Pilpres 2024," kata Norman Hadinegoro.[]

Berita terkait
Ferdinand ke KAMI: Galangan Politik Berbau Opini
Ferdinand mengatakan dibentuknya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) oleh Din Syamsuddin Cs hanya galangan politik yang berbau opini.
Irma NasDem Suruh Rocky Gerung dan KAMI Tabayun
Politisi partai Nasional Demokrat (NasDem) non aktif, Irma Suryani Chaniago menyuruh Rocky Gerung dan KAMI tabayun sebelum mengkritik.
PDIP Solo Pecah, Pernusa: Banyak Partai Dukung Gibran
Norman menegaskan masih banyak partai yang akan memberikan dukungan penuh kepada Gibran dan Teguh Prakosa, jika PDIP Solo pecah.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.