Deepfake, Teknologi Mutakhir Pembuat Video Hoaks

Kini, ada teknologi mutakhir bernama deepfake untuk memproduksi konten hoaks dalam bentuk video.
Ilustrasi deepfake (foto: longhash.com)

Jakarta - Era digital semakin berkembang seiring kemajuan zaman dan teknologi. Akibat kemajuan itu, sekarang ini memproduksi konten hoaks atau berita bohong tidak lagi sebatas dalam bentuk gambar atau teks. Kini, ada teknologi mutakhir bernama deepfake untuk membuat konten hoaks berupa video.

Konten hoaks dalam bentuk audio visual ini mengambil tayangan video asli orang bersangkutan, kemudian mimik bicaranya dimirip-miripkan seakan-akan dia yang berbicara sesungguhnya padahal tidak.

Atau dengan kata lain, ada sosok yang menyamar berbicara di belakang orang itu dengan mengganti gambar videonya. Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pernah jadi korban hoak dari teknologi deepfake ini. Karena itu, warganet harus hati-hati jangan mudah percaya atau terhasut dari sebuah berita dan konten video.

Deepfake diproduksi melalui teknik menggabungkan video orisinil dengan video yang hendak dimanipulasi. Misalnya, bisa menggunakan wajah publik figur (pejabat, politikus, artis). Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat deepfake merupakan hasil olah imaji lewat teknologi komputer.

Deepfake ini kerjaan ahli pemrograman yang membuat teknologi yang dapat mengganti wajah seseorang, termasuk dengan mimik yang diciptakan di video tersebut.

Deepfake diproduksi melalui teknik menggabungkan video orisinil dengan video yang hendak dimanipulasi. Misalnya, bisa menggunakan wajah publik figur. Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat deepfake merupakan hasil olah imaji lewat teknologi komputer.

Deepfake adalah produk aplikasi berbasis artificial intelligence (AI) yang mengonfigurasikan media target dengan media yang ada untuk menghasilkan konstruksi menyesatkan yang mampu mengelabui mata pemirsa.

Penyalahgunaan deepfake sedang hangat diperbincangkan belakangan ini karena mampu mengganti muka seseorang dengan muka orang lain.

Jika dulu teknik memanipulasi gambar hanya dapat digunakan di dalam studio efek khusus film Hollywood dan dimanfaatkan pula oleh intelijen seperti CIA, kini dengan berkembang pesatnya teknologi produksi audio visual, maka akses untuk menggunakannya tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu saja.

Ketika deepfake lahir ke publik pada 2017, tak perlu menunggu waktu lama langsung beredar video porno yang kala itu menghebohkan publik karena pemerannya adalah selebriti papan atas Hollywood, Scarlett Johansson.

Setelah kasus ini diungkap, ternyata video plus-plus itu dimanipulasi secara rapi menggunakan teknologi deepfake, dengan mengganti wajah asli bintang porno ditimpa dengan wajah cantik pemeran film Avengers itu.

Kemampuan deepfake untuk menimpa (mengganti) wajah seseorang dengan muka lain yang bergerak, mengikuti ekspresi wajah dalam video aslinya berasal dari machine learning (ML).

Aplikasi deepfake juga sudah beredar luas dan dapat diunduh secara online gratis. Namanya adalah FakeApp. Dengan menggunakan aplikasi tersebut, memungkinkan siapa saja untuk mengetahui ML dan selanjutnya membuat deepfake.

Manipulasi audiovisual dalam sistem digital ini dilakukan dengan cara yang makin realistis, hingga membuat pengamat merasa kebingungan dalam menganalisis video hoaks apabila tanpa alat bantu atau software pendeteksi.

Ancaman terbesar keberadaan deepfake tentu tidak untuk menyasar publik figur saja, karena teknik ini bisa digunakan untuk melakukan balas dendam. Siapa pun yang data fotonya sudah tersebar di dunia maya akan dengan mudah dipalsukan.

Patut dicatat, memanipulasi video sangat mungkin dilakukan apabila orang tersebut memiliki banyak stok foto wajah yang diunggahnya ke media sosial. Maka dari itu orang yang berniat jahat bisa dengan mudah mengambilnya dan menggunakannya.

Kemudian untuk memanipulasi, orang tersebut tinggal merekam video dia sendiri untuk melakukan hal yang bersifat negatif dan mengganti dengan muka korban.

Semakin banyak kumpulan data, maka makin mudah juga bagi si pemalsu untuk membuat video deepfake yang bisa dipercayai publik, terlebih bila bermuatan konten negatif.

Teknologi ini dapat digunakan untuk menghilangkan kepercayaan pada pejabat dan lembaga pemerintahan, dan bisa melakukan pembunuhan karakter terhadap tokoh-tokoh politik serta memperkeruh konflik sosial hingga memanipulasi proses pemilihan umum.

Baca juga:

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.