Daun Gatal ‘Mutiara Terpendam’ Papua Penghilang Lelah

Daun gatal ‘mutiara terpendam’ Papua penghilang lelah ini juga bisa membantu proses persalinan, sebagai obat penghilang rasa nyeri pada ibu yang melahirkan.
DAUN GATAL: Bila ada teka-teki tentang daun apa yang paling terkenal di tanah Papua, bisa jadi jawabannya kalau bukan daun suanggi, daun bungkus, daun perempuan, dan daun isap darah mati, maka jawabannya yang terakhir pasti daun gatal. Daun gatal merupakan tanaman perdu famili Urticaceae yang terdiri atas beberapa spesies. Namun, daun gatal yang umum dijual di pasar tradisional sebagai obat tradisional berasal dari spesies Laportea decumana. (Foto: Ist)

Biak, (Tagar 1/12/2017) – Papua tak hanya dikenal karena keragaman 250 suku dan bahasanya. Wilayah di paling timur Indonesia ini juga menyimpan obat-obatan tradisional berupa daun gatal (Laportea ducumana) yang dalam bahasa warga lokal Biak disebut daun raprap.

Daun gatal adalah salah satu mutiara terpendam dari Tanah Papua yang sudah terbukti khasiatnya sebagai obat alternatif kesehatan masyarakat lokal Biak.

Daun gatal yang merupakan tumbuhan alam hutan asli Papua dari famili Urticaceae ini memiliki bulu atau duri halus di permukaan daun.

Walaupun di Indonesia daun gatal belum terlalu populer, akan tetapi untuk masyarakat di Papua daun gatal adalah yang nomor satu.

Daun gatal dipercaya sebagai obat mujarab yang dapat menyembuhkan beberapa gangguan kesehatan, seperti pegal-pegal, kurang enak badan, nyeri, sakit perut, sakit kepala, dan masih banyak lagi.

Keunikan daun gatal jika digosok akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit, akan tetapi ketika selesai digunakan pada badan maka lelah akan hilang dan badan kembali segar.

Tanaman daun gatal tumbuh bebas di hutan Papua. Secara fisik panjang daun sekitar 20 cm dan lebarnya 15 cm. Ujung daun meruncing dan bagian pangkalnya membulat. Warna daun hijau tua.

Pada bagian tengah terdapat pola warna daun yang lebih muda. Permukaan daun bagian atas dan bawah tidak rata dan berbulu-bulu kecil. Bulu-bulu ini seperti jarum kecil yang akan menempel pada kulit. Itu yang terkenal dari daun ini.

Tokoh adat Biak Ham Wambrauw mengakui banyak khasiat yang dirasakan dari daun gatal oleh masyarakat lokal Papua.

Daun gatal sudah dikenal masyarakat Papua karena telah menjadi terapi, yakni sebagai penghilang rasa capai atau sakit. Ketika daun gatal dioleskan pada tempat yang capai atau yang sakit, maka rasanya sangat panas dan memunculkan rasa gatal-gatal.

Selain itu, akan muncul benjolan kecil di kulit sebagai reaksi nyata daun tersebut pada tempat yang digosok. Namun, panas yang ditimbulkan dari gosokan daun gatal tidak berlangsung lama karena setelah rasa gatal muncul pada bagian tubuh yang diurut daun gatal akan berganti menjadi segar.

Masyarakat tradisional di berbagai kampung di wilayah Provinsi Papua sudah banyak mengetahui khasiat daun gatal.

Ham Wambrauw menyebutkan, karena manfaat daun gatal dapat digunakan sebagai obat alternatif maka saat ini sudah banyak dibudidayakan warga asli Papua di halaman atau pekarangan rumah masing-masing.

Pada sejumlah masyarakat kampung di Pulau Numfor dan Biak daratan, daun gatal sudah menjadi obat alternatif. Jika badan terasa sakit atau panas maka obat alternatfnya memakai daun gatal dengan cara mengosoknya.

Sejak puluhan tahun atau turun temurun daun gatal sudah digunakan masyarakat Papua menjadi obat alternatif untuk menghilangkan rasa capai dan sakit.

Budayawan Papua Septinus Rumaseb mengatakan, daun gatal yang dihasilkan dari hutan Papua sudah digunakan masyarakat lokal menjadi obat alternatif tradisional untuk mengatasi sakit-sakit badan dan kelelahan karena kesibukan bekerja keseharian.

Septinus mengatakan, penggunaan daun gatal biasanya dengan cara menggosokkan secara langsung pada bagian tubuh yang terasa pegal dan lelah.

Bahkan, kata dia, daun gatal juga bisa untuk membantu proses persalinan, sebagai obat penghilang rasa nyeri pada ibu yang akan melahirkan.

Hal seperti itu biasanya digunakan masyarakat lokal Suku Meyah di Tanah Papua.

Secara budaya, ujarnya, keberadaan daun gatal tidak saja menjadi sumber kekayaan hutan alam Tanah Papua, tetapi juga obat alternatif.

Septinus mengharapkan kekayaan hutan alam Papua harus tetap dijaga dan tidak boleh dirusak karena memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, budaya, dan adat istiadat.

Secara medis, daun gatal memang dapat mengatasi hal-hal tersebut. Secara ilmiah tumbuhan famili Urticaceae umumnya memang memiliki kandungan kimiawi, seperti monoridin, tryptophan, histidine, alkaloid, flavonoid, asam formiat, dan authraguinones.

Asam semut ini sendiri terkandung di dalam kelenjar "duri-duri" di permukaan daun. Saat duri-duri tersebut mengenai tubuh, asam semut kelenjar itu terlepaskan dan memengaruhi terjadinya perlebaran pori-pori tubuh.

Pelebaran pori-pori ini rupanya merangsang peredaran darah. Itulah sebabnya pemanfaatan daun gatal umumnya untuk mengatasi pegal-pegal ataupun membuat orang merasa lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian, daun gatal dapat dikembangkan menjadi bahan pengawet alami makanan, selain untuk kesehatan.

Tanaman daun gatal sebagai produk asli hutan alam Papua sudah dapat dibudiyakan oleh sebagian warga asli Papua sebagai bahan obat alternatif, untuk mencegah sakit, rematik, dan pegal-pegal. (ant/yps)

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.