Dampak Bakar Batik Saat Demo di Pamekasan Madura

Akademisi mengungkapkan dampak bakar batik saat demo di depan gedung Pemerintah Kabupaten Pamekasan Madura.
Pengunjuk rasa membakar batik tulis motif "Sekar Jagad" di Pamekasan, Jawa Timur, belum lama ini. (Foto: Antara/Abd Aziz)

Jakarta - Akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Abd Hanan mengatakan demonstrasi di depan gedung Pemerintah Kabupaten Pamekasan berujung pembakaran batik tulis dapat memicu meluasnya konfilk horizontal.

Menurut dia, membakar batik tulis sebagai bagian dari karya seni berpotensi menimbulkan persepsi publik pendemo tidak menghargai dan melecehkan karya seni dari perajin batik di Pamekasan.

"Ini terjadi, karena batik tulis itu merupakan hasil sebuah karya," kata dosen ilmu sosiologi ini di Pamekasan, Sabtu 21 September 2019, seperti dilansir dari Antara.

Secara sosiologis, hal-hal yang berkenaan dengan nilai-nilai lokalitas, jika itu diganggu, katakanlah dibakar, tentu akan mengundang reaksi dari masyarakat. Terutama mereka yang selama ini bergelut dalam dunia kreativitas batik.

Hanan menyarankan pihak-pihak berwenang hendaknya segera melakukan pencegahan dini, agar kasus itu tidak meluas, apalagi hingga terjadi benturan antara para perajin batik yang merasa hasil karyanya dilecehkan dengan kelompok orang yang melakukan pembakaran batik tulis tersebut.

"Konflik itu kan sebenarnya persinggungan kepentingan, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Makna kepentingan ini bisa beragam, namun secara umum selalu memuat dua hal, yakni kekuasaan dan material," urai Hannan.

"Saya kira jika ditanya, apakah pembakaran batik ini akan menuai konflik, saya rasa jawabannya, iya. Karena walau bagaimana pun, batik selain merupakan komoditas ekonomi lokal, lebih penting dari merupakan salah satu nilai kearifan lokal masyarakat," kata dia.

Hannan yang juga mengaku bangga dengan batik tulis Pamekasan dan kini sudah banyak dikenal di luas daerah ini menyatakan, motif batik tulis "Sekar Jagat" yang dibakar oleh sekelompok orang saat berunjuk rasa di kantor Pemkab Pamekasan itu merupakan ciri khas masyarakat setempat.

"Maka, secara sosiologis, hal-hal yang berkenaan dengan nilai-nilai lokalitas, jika itu diganggu, katakanlah dibakar, tentu akan mengundang reaksi dari masyarakat. Terutama mereka yang selama ini bergelut dalam dunia kreativitas batik," katanya.

Sebelumnya, pada 18 September 2019, sekelompok orang berunjuk rasa ke kantor Pemkab Pamekasan dan membakar batik tulis motif "Sekar Jagad" lantaran mengaku kecewa atas murahnya harga beli tembakau petani.

Pengunjuk rasa membakar batik tulis itu, karena batik "Sekar Jagad" digunakan oleh Bupati Pamekasan Baddrut Tamam dan Wakilnya Raja'e saat mencalonkan diri sebagai padangan Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan pada Pilkada 2018 hingga akhirnya terpilih sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan Periode 2019-2024.

Namun, aksi bakar batik pengunjuk rasa ini justru melukai perasaan para perajin batik tulis di Kabupaten Pamekasan dan mereka menilai, aksi itu merupakan bentuk penghinaan terhadap hasil karya seni, apalagi batik motif "Sekar Jagad" yang merupakan batik kebanggaan masyarakat Pamekasan.

"Kalau kecewa terhadap harga tembakau seharusnya mereka membakar tembakau bukan batik tulis yang merupakan hasil karya seni perajin batik tulis di Pamekasan," tutur Sekretaris Asosiasi Perajin Batik Tulis dan Bordir Pamekasan Ahmadi.

Baca juga: 

Berita terkait
PMII Demo KPK Karena Tersangkakan Imam Nahrawi
PB PMII demo KPK lantaran tetapkan Imam Nahrawi sebagai tersangka kasus suap dana KONI. Menurutnya penetapan itu dilatari dasar politik.
3 Fakta Demo Mahasiswa Tolak RUU KPK dan RKUHP
Fakta-fakta mahasiswa dari berbagai universitas menggelar unjuk rasa menolak RKUHP dan revisi UU KPK.
Foto: Aksi Demo Mahasiswa Tolak RKUHP dan RUU KPK
Sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas, menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung Parlemen DPR Senayan, Jakarta.