Covid-19 Jalin Solidaritas Dunia Bagaimana Indonesia

Ketika wabah atau pandemi virus corona baru (Covid-19) merebak di seantero dunia muncul solidaritas di berbagai kalangan dalam menghadapi wabah
Masyarakat di seluruh dunia menunjukkan tingkat persahabatan yang luar biasa untuk saling membantu menghadapi pandemi Covid-19. (Foto: weforum.org/REUTERS/Mohammed Salem).

Solidaritas muncul tanpa komando karena semua orang merasakan hal yang sama ketika sebuah negara menjalani lockdown atau penguncian. Seperti yang terjadi di Italia warga yang seharian ada di dalam rumah atau kamar apartemen keluar ke balkon sambil menyanyikan lagu-lagu patriotik (lagu-lagu yang menunjukkan kecintaan terhadap Tanah Air).

Warga yang ada di negara yang menerapkan lockdown terjebak di rumah atau di kamar apartemen, tapi mereka tetap terhubung melalui media sosial. Warga keluar ke balkon atau membuka jendela untuk meneriakkan slogan-slogan bernada optimistis untuk menjalani penguncian sebagai bagian dari upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona (Covid-19).

1. Solidaritas Global Muncul Karena Senasib

Mereka bernyanyi bagaikan melakukan flash mob untuk memberikan dukungan bagi semua orang yang terperangkap lockdown. Pada mulanya teriakan yang disertai tepuk tangan dan bunyi berbagai peralatan dilakukan oleh warga Wuhan, China, yang merupakan tempat pertama yang menjalankan lockdown.

Penduduk Wuhan membuka jendela untuk mengeluarkan bagian badan sambil meneriakkan slogan-slogan dukungan sebagai pemberi semangat bagi semua warga kota yang terperangkap sebagai dampak pandemi Covid-19.

Seiring dengan penyebaran wabah Covid-19 terus menyebar ke banyak kota di dunia, terlahir pula solidaritas (perasaan setia kawan dan senasib) yang tinggi di banyak kalangan. Selain keluar ke balkon atau membuka jendela untuk meneriakkan yel-yel penyemangat, musik jadi alat pemersatu dalam kerangka solidaritas.

Warga Spanyol yang juga terperangkap lockdown membuka jendela untuk bersorak dan bertepuk tangan dengan meneriakkan "Viva los medicos", panjang umur dokter. Di beberapa negara lain juga ada seremoni sebagai dukungan untuk kalangan medis yang jadi ujung tombak di garis depan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Di banyak kota di dunia relawan menyediakan layanan untuk warga lansia yang menghadapi lockdown di rumah atau apartemen. Ada pula yang mengirimkan kartu pos juga untuk lansia. Selain itu ada juga relawan yang membantu warga yang mau berbelanja kebutuhan sehari-hari.

2. Tanpa Empati Bagi Petugas Medis

Tidak hanya sebatas solidaritas, tapi juga sifat kerelawanan muncul. Di Inggris lebih setengah juga warga menawarkan diri membantu sektor kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Di Indonesia juga hampir 30.000 warga yang menawarkan diri jadi relawan medis dan nonmedis untuk Covid-19 yang ditempatkan di berbagai fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.

Tapi, di bagian lain kehidupan sebagian masyarakat Indonesia pandemi Covid-19 ternyata tidak menumbuhkan solidaritas. Bahkan terhadap jenazah pun ada penolakan untuk dimakamkan di daerah mereka.

Betapa kecewanya arwah perawat yang ditolak warga untuk dimakamkan disebelah makam orang tuanya di Taman Pemakaman Umum (TPU) Sewakul, Ungaran Timur, Semarang, Jawa Tengah, 9 April 2020. Padahal, jenazah yang meninggal karena Covid-19 sudah ditangani sesuai dengan protokol kesehatan sehingga tidak ada kemungkinan terjadi penularan dari jenazah yang sudah dimakamkan ke warga.

Ada pula perawat yang diusir dari tempat kosnya karena perawat itu ditengarai warga menangani pasien Covid-19. Seperti yang dialami oleh tiga perawat yang bekerja di RSUD Bung Karno (RSBK) Solo yang ‘diusir’ pemilik kos melalui aplikasi WhatsApp (WA) dengan mengatakan untuk sementara pindah kos dulu. Uang kos akan dikembalikan. Ini terjadi 24 April 2020 yang dibenarkan oleh Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Solo, Suminanto.

Sedangkan di Jakarta dokter dan perawat yang bekerja di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, diusir dari tempat kos karena warga tahu persis rumah sakit itu jadi rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Hal ini dibenarkan oleh Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhilah, yang menerima keluhan dari tenaga medis.

3. Solidaritas dan Peran Aktif Masyarakat Dibutuhkan

Kalau saja warga berempati tentulah ada cara-cara yang lebih manusiawi dalam menghadapi perawat tadi. Tidak perlu dilakukan dengan aksi massa, tapi cukup melalui Pak RT dengan pemilik kos dan menghubungi rumah sakit tempat perawat itu bekerja.

Untunglah pemerintah di beberapa provinsi, kabupaten dan kota menyediakan hotel, bahkan hotel berbintang, sebagai tempat istirahat bagi tenaga medis dan nonmedis yang bekerja di rumah sakit. Ini langkah baik sebagai bagian dari solidaritas.

Tapi, ada yang ironis. Di satu sisi ada penolakan terhadap warga dan jenazah yang terkait dengan Covid-19, di sisi lain ada Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang kabur ke rumahnya tapi tidak diserahkan oleh keluarganya ke rumah sakit. Bahkan, ada PDP yang melawan ketika dijemput oleh petugas dengan ambulans.

Kasus Covid-19 pertama di Korea Selatan terdeteksi pada anggota jemaat sebuah rumah ibadah. Bahkan, perkembangan selanjutnya ratusan anggota jemaat itu positif Covid-19. Di Jawa Barat ada tiga klaster penyebaran Covid-19 yang terkait dengan agama. Di beberapa negara kegiatan keagamaan tidak dilakukan di luar rumah, tapi di Indonesia tetap saja ada yang melakukan kegiatan agama dengan berkumpul.

Solidaritas sangat diperlukan untuk menanggulangi penyebaran virus corona (Covid-19) karena hanya peran aktif masyarakat yang bisa memutus mata rantai penularan Covid-19 (Bahan: weforum.org dan sumber-sumber lain). []

Berita terkait
Sultan Kenang Reformasi dalam Hadapi Pandemi Corona
Sri Sultan HB X mengenang Reformasi, saat krisis seperti wabah Corona ini, rakyat Yogyakarta bisa dan mampu bangkit dari keterpurukan.
Jokowi Serius Melindungi Penduduk Terdampak Covid-19
Presiden Jokowi serius memberikan perlindungan kepada penduduk di perkotaan, khususnya yang terdampak virus corona atau Covid-19.
Covid-19 di Seluruh Dunia Tembus Angka 3 Juta
Wabah Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda reda, bahkan jumlah kumulatif kasus positif Covid-19 secara global justru menembus angka 3.000.000
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.