Cokelat Bakal Punah, Gimana Nasibnya Valentine?

Siapa yang tidak suka cokelat? Rasanya selalu bikin rindu dengan kelezatan yang selalu bikin ‘nagih’.
Tanaman kakao sangat sensitif karena terpengaruh berbagai faktor di sekitar. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 5/11/2018) - Siapa yang tidak suka cokelat? Rasanya selalu bikin rindu dengan kelezatan yang selalu bikin nagih. Tak mengherankan dari anak kecil sampai orang dewasa menyukainya. Apalagi ketika Valentine, cokelat menjadi makanan wajib untuk diberikan ke pasangan.

Namun, ada kabar buruk bagi para pecinta cokelat. Akibat dampak pemanasan global, mungkin tidak bisa menikmati cokelat lagi. 

Dilansir The Independent, tanaman kakao tengah menghadapi situasi genting. Cokelat hanya bisa tumbuh di tempat terpencil atau lahan hutan hujan, kira-kira 20 derajat ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Karena suhu, hujan, dan kelembapan tetap konstan sepanjang tahun.

Biji kakao setiap tahunnya diproduksi  dari penjuru dunia, di antaranya Afrika Barat, Pantai Gading dan Ghana, Indonesia, Brazil, Kamerun dan Nigeria. Setelah itu, biji kakao siap diolah menjadi cokelat

Meningkatnya suhu bumi selama beberapa dekade ke depan, tepatnya pada tahun 2050 berbagai kawasan di dunia tidak lagi cocok untuk budidaya pohon kakao.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, pada 2050 suhu yang meningkat akan menggeser daerah pertumbuhan cokelat ke sekitar 1.000 kaki di daerah pegunungan.

Tanaman kakao sangat sensitif karena terpengaruh berbagai faktor di sekitar. Selain unsur tanah, tahan hama, kakao juga dipengaruhi iklim dan cuaca.

Cokelat biasa ditanam di atas ketinggian 800 meter dari permukaan laut (mdpl), ada juga yang di atas 1200 mdpl. Sejumlah penelitian menyebutkan temperatur ideal bagi tanaman kakao adalah 30 derajat Celcius, atau maksimum 32 derajat Celcius. Karena temperatur tinggi dalam kurun waktu panjang akan berpengaruh terhadap bobot biji.

Mengatasi Kepunahan Cokelat

Para peneliti mulai mengkaji kemungkinan hidup cokelat di masa yang akan datang. Malahan Sejumlah peneliti dari University of California, Berkeley, AS mulai meneliti bagaimana jika tanaman kakao hidup dalam kondisi suhu yang panas dan kering.

Para peneliti mencoba kemungkinan dengan menggunakan alat penyunting gen Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR). Digunakan untuk membuat tanaman kakao bertahan menghadapi tantangan baru.

Proyek penelitian ini melibatkan perusahaan cokelat Mars, di bawah pengawasan Myeong-Je Cho, direktur plant genomics. Biji cokelat yang disimpan dalam gelas kaca dipercaya akan bertansformasi.

Jika penelitian berjalan lancar, biji cokelat akan mampu bertahan hidup dalam iklim hangat dan kering, yang bisa jadi harapan untuk para petani cokelat global.

Sebelumnya, teknologi CRISPR pernah digunakan untuk tanaman lain, agar lebih murah dan terjangkau. Kali ini, teknologi tersebut diharapkan bisa mengatasi persoalan perubahan iklim, seperti yang dihadapi cokelat. (Reza Antares)

Berita terkait