China Sebut Tidak Akan Cari Dominasi Atas Asia Tenggara

Pemimpin China, Xi Jinping, pada Senin, 22 November 2021, mengatakan negaranya tidak akan mencari dominasi atas Asia Tenggara
Presiden China, Xi Jinping, menyampaikan pidatonya pada sesi pleno keenam Komite Sentral Partai Komunis China (CPC) ke-19 di Beijing, 11 November 2021 (Foto: voaindonesia.com - Xinhua via AP)

Jakarta – Pemimpin China, Xi Jinping, pada Senin, 22 November 2021, mengatakan negaranya tidak akan mencari dominasi atas Asia Tenggara atau menggertak tetangganya yang lebih kecil, di tengah gesekan yang sedang berlangsung di Laut China Selatan.

Xi membuat pernyataan tersebut selama konferensi virtual dengan ASEAN, yang diadakan untuk menandai peringatan 30 tahun hubungan antara China dan kelompok tersebut.

Dua diplomat mengatakan Myanmar tidak diwakili pada pertemuan tersebut setelah pemerintah militernya menolak untuk mengizinkan utusan ASEAN bertemu dengan pemimpin terguling, Aung San Suu Kyi, dan politisi yang ditangkap lainnya. Penguasa militer Jenderal Min Aung Hlaing juga dilarang mewakili negaranya pada KTT ASEAN terakhir.

China telah berulang kali berusaha mengatasi kekhawatiran tentang meningkatnya kekuatan dan pengaruhnya di kawasan, khususnya klaimnya atas hampir seluruh Laut China Selatan yang tumpang tindih dengan klaim dengan Malaysia, Vietnam, Brunei, dan Filipina.

kapal penjaga pantai chinaDalam foto yang disediakan oleh Penjaga Pantai Filipina ini, kapal Penjaga Pantai China terlihat berpatroli di Laut China Selatan, diambil sekitar 13-14 April 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

"China dengan tegas menentang hegemonisme dan politik kekuasaan, ingin menjaga hubungan persahabatan dengan tetangganya dan bersama-sama memelihara perdamaian abadi di kawasan itu dan sama sekali tidak akan mencari hegemoni atau menggertak (negara) yang kecil," kata Xi, menurut kantor berita resmi China, Xinhua.

Sebelumnya kapal penjaga pantai China memblokir dan menyemprotkan aliran air yang kuat ke dua kapal Filipina yang membawa pasokan untuk pasukan di Laut China Selatan yang disengketakan. Penjaga China memaksa mereka untuk kembali.

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyoroti insiden itu dalam sambutannya di konferensi tersebut, merujuk pada kawanan itu dengan nama Filipinanya.

presiden dutertePresiden Filipina Rodrigo Duterte di Pasay, Metro Manila, Filipina, 28 Februari 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Eloisa Lopez)

“Kami membenci kejadian baru-baru ini di Ayungin Shoal dan memandang dengan keprihatinan serius perkembangan serupa lainnya. Hal ini cara yang baik terkait hubungan antara negara-negara kita dan kemitraan kita,” kata Duterte, menurut sebuah pernyataan dari kantornya.

Duterte juga meminta China untuk menghormati Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982 yang menetapkan hak maritim dan hak berdaulat atas zona maritim, bersama dengan putusan arbitrase Den Haag 2016 yang sebagian besar membatalkan klaim Laut China Selatan China. Beijing menolak untuk mengakui keputusan itu.

“Kita harus sepenuhnya memanfaatkan perangkat hukum ini untuk memastikan bahwa Laut China Selatan tetap menjadi lautan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran,” kata Duterte, sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Associated Press (AP).

pm malaysia yakobPerdana Menteri baru Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, berbicara di kantornya di Putrajaya, Malaysia, Jumat, 27 Agustus 2021 (Foto: voaindonesia.com/via AP)

Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, juga mengangkat masalah laut dalam pidatonya di konferensi tersebut. Ia mengatakan, “Sebagai negara penuntut, Malaysia dengan tegas memandang bahwa hal-hal yang berkaitan dengan Laut Cina Selatan harus diselesaikan secara damai dan konstruktif sesuai dengan prinsip-prinsip internasional yang diakui secara hukum internasional."

"Malaysia meminta semua negara untuk tetap berkomitmen menjaga Laut China Selatan sebagai lautan perdamaian, stabilitas dan perdagangan," katanya seperti dikutip kantornya. “Untuk tujuan ini, semua pihak harus menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat dianggap provokatif, yang dapat semakin memperumit situasi dan meningkatkan ketegangan di daerah tersebut.”

China telah berusaha untuk memperkuat kehadirannya di jalur air, rumah bagi rute pelayaran penting, stok ikan dan deposit minyak dan gas bawah laut, dengan membangun landasan terbang dan fitur lainnya di pulau-pulau yang dibuat dengan menumpuk pasir dan beton di atas terumbu karang.

Angkatan Laut China juga telah berusaha untuk memblokir langkah-langkah yang dilakukan negara-negara kawasan ASEAN untuk mengeksploitasi sumber daya di dalam zona ekonomi eksklusif mereka. Beijing sangat menentang operasi yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan militer asing lainnya di daerah tersebut. China dan ASEAN telah bertahun-tahun merundingkan kode etik untuk menangani masalah di Laut China Selatan, tetapi pembicaraan itu hanya membuat sedikit kemajuan akhir-akhir ini.

Pada sejumlah kesempatan lainnya, Xi mengatakan perdamaian adalah “kepentingan bersama terbesar” dari semua pihak dan China akan mengerahkan yang terbaik untuk menghindari konflik (ah/rs)/Associated Press/voaindonesia.com. []

ASEAN Khawatir AS Ambil Alih Laut China Selatan

ASEAN Tolak Lobi China Agar Myanmar Gabung dalam KTT

ASEAN Sepakat Tak Mengundang Junta Militer Myanmar ke KTT

ASEAN dan China Siap Ratifikasi Perjanjian Dagang Dunia

Berita terkait
ASEAN Tolak Lobi China Agar Myanmar Gabung dalam KTT
Lobi yang dilakukan oleh pihak pemerintah China terhadap negara-negara ASEAN untuk bolehkan perwakilan militer Myanmar hadir