Cheta Nilawaty, Pengalaman Bertemu Jokowi-Iriana di Dalam MRT

Cheta Nilawaty, pengalaman bertemu Jokowi-Iriana di dalam MRT, tak sengaja menduduki selendang Iriana.
Cheta Nilawaty (hijab cokelat), seorang penyandang tunanetra berkesempatan mencoba Moda Raya Terpadu (MRT) bersama Jokowi dan Ibu Iriana. (Foto: Setkab)

Jakarta, (Tagar 24/3/2019) - Cheta Nilawaty yang saat ini bekerja sebagai staf redaksi di Tempo Media, membagikan kisah kebersamaannya dengan rombongan presiden, melalui akun media sosial Facebook pribadinya.

Dengan gaya berkelakar, Cheta mengunggah sebuah foto berisi gambar dirinya yang duduk berdampingan dengan Ibu Iriana Jokowi di dalam gerbong MRT. Melalui postingan tersebut, dirinya bercerita tentang pengalamannya bertemu Ibu Negara dan orang nomor satu di Tanah Air itu.

Iriana Joko Widodo digambarkan Cheta sebagai sosok yang ramah dan bersahabat. Dirinya yang memiliki kekurangan indera penglihatan, bahkan sempat tidak yakin sedang berbicara dengan seorang Ibu Negara, saat tiba-tiba Iriana membantu menjawab pertanyaannya yang penasaran apakah rombongan Presiden Jokowi sudah di dalam kereta MRT atau belum.

"Jadi Tunet (tuna netra), pas di tempat umum dan bertebaran pejabat, bisa sok cool. Diem aja pas pejabat dan orang terkenal lewat (maklumlah yeee kaga keliatan). Kalo ada urusan, pejabatnya yang ngedeketin doong, terus ngajak salaman... sombooong!," katanya mengawali cerita melalui unggahan.

"Kamis kemarenan ceritanye satu gerbong MRT sama Presiden. Begitu doi datang, saya dengan teman Tunanetra saya, Esa, malah saling tanya-tanyaan. Ini Jokowi? Bener nih udah di gerbong? Masak iya Jokowi," lanjut kisah Cheta.

"Tahu-tahu, dari samping ada yang meraih tangan saya sambil bilang, "Iya ini Jokowi... betul Jokowi". terus si Cheta sotoy pake sok akrab nerusin, "Oh kok nggak ramai ya Bu? Datang sendirian atau sama Bu Iriana?" Si ibu yang tangannya masih nempel di tangan saya itu pake ngebales, "iya iya, datang sama Ibu Iriana". Sampai ada suara lain nyeletuk. "Ini Ibu Iriananya mbak, yang ngajak salaman". Yah, si ibu diem aje sih (sambil tangan saya nggak lepas-lepas, pas tahu itu tangan ibu Iriana)." tutup cerita Cheta dalam unggahan yang diakhiri tanda pagar #Tunetsotoy #MRT #JBFT.

Saat melakukan uji coba Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu (MRT), bersama Cheta dan kelompok penyandang disabilitas, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Jokowi juga menggelar uji coba MRT bersama para Pemimpin Redaksi media, sederet artis dan influencer media sosial.

Rombongan presiden dan para undangan melakukan perjalanan menggunakan MRT dari stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia menuju stasiun Lebak Bulus, Kamis (21/3). Dalam kesempatan itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tampak ikut mendampingi Presiden dan Ibu Negara.

Menduduki Selendang Iriana

Sabtu malam (23/3) melalui sambungan telepon, Cheta bercerita kepada Tagar News tentang pengalamannya bertemu Ibu Negara dan Presiden. Dia bahkan tidak menyangka akan dapat berdialog langsung dengan presiden dalam agenda uji coba transportasi massal termutakhir di Indonesia itu.

"Kami dan beberapa teman penyandang disabilitas memang diundang dalam agenda (uji coba MRT) itu,” kata Cheta mengawali cerita.

“Tapi kami tidak menyangka bakal bisa berdialog langsung dengan Jokowi. Presiden kan pasti ada protokol kan, biasanya,” imbuhnya.

"Jadi kita tuh gak tahu ya, rombongan Presiden naik dari mana, tapi saat lewat dari stasiun Fatmawati, tiba-tiba ramai beberapa orang yang sepertinya sibuk. Berisik gitu. Ada teman yang bilang kalau mereka itu fotografer Istana," kisah Cheta.

"Terus saya dengan teman tuh saling tanya. Ini beneran Jokowi (sudah ada didalam kereta)?, begitu. Tahu-tahu, dari samping ada yang meraih tangan saya sambil bilang, "Iya ini Jokowi... betul Jokowi,"  kata dia lagi.

Saya kira itu teman saya, yang tanya, lalu saya tanya balik, "Oh kok nggak ramai ya, Bu? Datang sendirian atau sama Bu Iriana? Orang itu jawab lagi, "iya iya, datang sama Ibu Iriana", ternyata itu Ibu Iriana," kata Cheta sambil tertawa.

Ibu Negara Iriana Jokowi kemudian dikisahkan Cheta duduk di sisi kanannya, saat diminta bergeser mendekat, dirinya tak sengaja menduduki selendang milik istri Presiden Jokowi itu.

Dia pun berkesempatan untuk berdialog sebentar dengan  Ibu Iriana. Sampai pada saat sesi tanya jawab dengan Presiden, Ibu Iriana sempat memaksa Cheta mengungkapkan keluh kesahnya.

"Mbak Cetha mau menyampaikan apa ke Pak Jokowi? kata Ibu. Saya grogi lah. Karena Pak Jokowi kan orang sibuk ya, waktu tentu terbatas, saya bingung mau meyampaikan apa," kata Cetha.

"Tapi kemudian saya sampaikan apa saja yang ada di kepala. Dengan singkat dan padat. Supaya itu melekat di ingatan Pak Jokowi," tuturnya.

"Saya mulanya bahas tentang guiding block. Itu kan banyak yang masih terputus ya. Takutnya teman-teman tuna netra malah kesasar, kata saya. Terus Pak Jokowi menanggapi, "kan sudah ada," katanya. Tapi saya jawab lagi, "tapi banyak yang bolong-bolong pak". Dia lalu menjawab dengan santai. "Itu gampang, bisa segera diperintahkan. nanti masih akan ada banyak perbaikan" katanya. Mungkin maksudnya, akan diperintahkan ke dinas terkait ya," tutur Cheta.

Perempuan jebolan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran ini juga menceritakan kesan-kesan saat berdialog dengan Presiden Jokowi. Menurutnya, mantan wali kota Solo itu begitu bersikap sangat bersahabat, begitu juga dengan Ibu Negara.

"Asik ya. Seolah sedang berbicara dengan tetangga saya yang orang Jawa. Tidak ada gap sama sekali. Seperti berdialog dengan teman sendiri," kata Cetha.

"Ibu Iriana juga keibuan sekali. Ada anak kecil yang satu gerbong dengan kami, dia terbatuk-batuk. Ibu Iriana kemudian menyapa dan bertanya, "Kamu kenapa, dengan siapa ke sini" seperti itu lah. Memberikan perhatian kepada siapa pun," kata Cetha lagi.

Secara umum, Cetha Nilawaty menilai sosok Jokowi sebagai orang yang optimistis. Dia bahkan menilai Presiden Jokowi akan kembali memimpin Indonesia selama lima tahun mendatang, selepas memenangi kontestasi Pilpres 2019.

"Beliau orangya optimistis sekali ya. Semua masalah yang disampaikan oleh teman-teman penyandang disabel dalam dialog, itu menjawabnya seolah mudah saja. Dengan ketawa-ketawa. Ceria," kenang Cheta.

"Saya yakin seorang presiden itu pasti memimpin selama dua periode. Kecuali di-impeachement ya, dimakzulkan. Sebagai warga, dibandingkan dengan sebelumnya, saya melihat pembangunan dan kinerja dia bagus dan pro sama rakyat. Jadi kalau ditanya apakah akan dua periode, kenapa enggak," katanya.

Cheta Nilawaty merupakan penyandang tuna netra sejak tahun 2016. Penglihatannya menurun sejak tahun 2005 pasca operasi blasio retina, yang disebabkan oleh penyakit diabetes yang dideritanya.

Bersama teman-teman penyandang disabilitas lain, seperti penyandang disabilitas pengguna kursi roda dan penyandang tuna rungu, Cheta dan penderita tuna netra lain diikutsertakan dalam proses peningkatan kualitas pelayanan moda transportasi MRT.

Dalam paparannya, Cheta dan kawan-kawan lain masih mengeluhkan perihal guiding block yang masih terputus dan kurang terintegerasi. Menurutnya, teman-teman dari penyandang disabilitas pengguna kursi roda juga mengeluhkan jarak antara stasiun dan peron yang masih terlalu lebar.

Namun dirinya mengaku senang, karena orang-orang seperti dirinya dan teman-temannya, mulai mendapat perhatian khusus dalam pembangunan sebuah proyek pelayanan publik seperti MRT.

"70 persen sudah baik ya. Ada eskalator khusus untuk pengguna kursi roda, guiding block, sudah bagus. tapi sayang guiding blocknya masih banyak yang bolong-bolong dan kurang terintegerasi," paparnya.

"Beberapa teman pengguna kursi roda juga mengeluhkan jarak lantai kereta dengan peron ya. Itu masih sekitar empat jari jaraknya. Kalau saya bandingkan dengan waktu saya ke Singapura, di sana hanya dua jari jaraknya," katanya lagi.

"Tapi kami senang, kami diikutsertakan dalam proses pembangunan MRT ini. Tinggal bagaimana nanti, benar-benar ditingkatkan atau tidak," pungkas Cheta Nilawaty diiringi tawa kegembiraan. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Anak Elon Musk Mau Mengganti Nama
Anak CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, telah mengajukan permintaan untuk mengubah namanya sesuai dengan identitas gender barunya