Cerita Petugas Covid-19 di Padang Saat Jauh dari Anak

Petugas kesehatan Covid-19 merupakan orang yang paling merasakan jauh dari keluarga saat pandemi.
Sri Parmala Susi bersama tim kesehatan Puskesmas Anak Air Lubuk Minturun Padang, Kota Padang. (Foto: Tagar/Istimewa)

Padang - Cerita petugas kesehatan yang berjibaku di tengah pandemi Covid-19 tak habis-habis untuk dibahas. Belasan hari hingga berbulan-bulan mereka meninggalkan rumah demi menyelamatkan nyawa manusia.

Seperti Sri Parmala Susi, 40, tahun. Ahli gizi, konselor menyusui, fasilitator makan bayi dan anak di Puskesmas Anak Air Lubuk Minturun, Kota Padang, merupakan satu dari ratusan tenaga kesehatan Sumbar yang rela berpisah dari keluarga demi menangani pasien corona.

Banyak yang stres apalagi ibu-ibu usai melahirkan. Mereka stres karena jauh dari anak dan tidak mau memberi ASI.

Sejak komplek perumahan nelayan di Lubuk Buaya dioperasikan sebagai lokasi karantina, Susi ditunjuk Dinas Kesehatan sebagai tim pelayanan pasien sejak September 2020.

Saat ibu dua anak itu ditugaskan, angka positif Covid-19 di Padang sedang menanjak tajam. Dia dan rekannya bahu-membahu membantu dan melayani ratusan pasien positif yang juga masuk silih berganti.

Di sana, Susi masuk dalam tim I bersama dokter, perawat dan petugas kesehatan. Mereka terus memberi motivasi pasien yang mengalami stres. Dari ratusan orang yang dirawat, ada ibu-ibu yang baru siap melahirkan dan harus rela berpisah dari anak-anaknya.

"Banyak yang stres apalagi ibu-ibu usai melahirkan. Mereka stres karena jauh dari anak dan tidak mau memberi ASI, karena takut menularkan virus pada anak-anak mereka. Kami mengedukasi dan motivasi agar mereka tetap memberi ASI sebab tidak akan menularkan virus,” katanya.

Selama menjadi petugas pasien Covid-19, ada empat perempuan yang baru melahirkan. Tiga di antaranya memberikan ASI untuk sang bayi, satu perempuan lainnya tidak. Perempuan itu memilih memberikan bayinya susu formula. Bayinya itu kemudian dinyatakan positif. Sedangkan bayi yang mendapatkan ASI negatif.

Saat memerah ASI, petugas mendampingi para perempuan tersebut, sehingga ASI yang diperah tetap steril dan aman dikonsumi bayi.

"Setelah ASI diperah kami sterilkan dan disimpan dalam kulkas. Kemudian kami menghubungi ayah atau keluarga bayi. Mereka senang dan langsung menjemput ASI," tuturnya.

Dalam menjalankan tugas, Susi yang tergabung dalam tim I bergantian dengan tim II. Jadwalnya masing-masing satu minggu. Setelah satu minggu bertugas mereka akan menjalani swab. Jika hasilnya negatif baru mereka pulang dan istirahat selama 1 minggu. Kemudian, bertugas di puskesmas tempat dia dinas, setelah itu siap-siap kembali ke lokasi karantina.

Awal bertugas melayani pasien corona, anak-anak Susi sempat protes. Mereka menangis dan menolak ibunya ditunjuk ke lokasi karantina. Dia pun memberi pengertian pada dua jantung hatinya.

"Mereka akhirnya paham dan selalu ingin tahu apa saja pengalaman yang dijalani masing-masing pasien," katanya.

Berpisah dengan anak adalah duka bagi Susi dan ibu lainnya. Sebab, di tengah pandemi anak-anak belajar secara daring yang seyogyanya harus didampingi.

"Sedih tapi saya kuatkan diri demi tugas dan tanggung jawab saya pada pasien harus tetap dijalankan. Anak-anak pasti bisa belajar dan mengurus diri sendiri. Sampai akhirnya saya dan anak-anak terbiasa,” tuturnya.

Kesedihan Susi jauh dari anak-anaknya, terobati ketika mampu menyemangati para pasien yang sangat stres karena corona. Lambat laun para pasien itu dapat menerima kenyataan kalau mereka tertular virus tersebut.

“Ada kebahagiaan tersendiri bagi kami nakes dapat membantu pasien kembali berpikir normal. Akhirnya mereka kembali beraktivitas dan termotivasi untuk segera sembuh jauh dari keterpurukan,” ujarnya.

Menurutnya, selama bertugas di lokasi karantina banyak pasien yang telah sembuh dianggap seperti keluarga. Sisi lain yang pernah dialami Susi, ketika bertugas di lokasi karantina, dia sedikit mendapat sindiran dari orang sekitarnya. Apakah tidak membawa virus saat pulang dari lokasi karantina.

"Ada yang bilang apa saya tidak positif atau membawa virus? Padahal kami sebelum pulang sudah diswab dan hasilnya negatif baru boleh pulang," katanya.

Dia berharap, semua lintas sektor terus mengedukasi masyarakat tentang apa itu Covid-19, bagaimana cara penularannya agar masyarakat terus sadar akan pentingnya protokol kesehatan bagi diri sendiri dan lingkungan masing-masing. Mulai dari memakai masker, jaga jarak, cuci tangan dan mandi sekembali beraktivitas di luar rumah. []


Berita terkait
Polresta Padang Larang Perayaan Menang Pilkada dengan Konvoi
Polresta Padang minta pendukung calon kepala daerah tidak merayakan kemenangan dengan konvoi.
Warga Padang Boleh Gelar Pesta Nikah di Tengah Pandemi
Pemerintah Kota Padang kembali mengizinkan warganya menggelar pesta pernikahan dengan syarat mematuhi protokol kesehatan.
Otak Begal yang Libatkan 5 Pelajar di Padang Diringkus
Polisi akhirnya menangkap otak kasus pembegalan yang melibatkan 5 orang pelajar di Kota Padang.