Cara Warga Pecinan Tambak Bayan Surabaya Rayakan Imlek

Persiapan menyambut Imlek cukup semarak di Kampung Tambak Bayan Surabaya. Tak terkecuali Sumiati, perempuan keturunan Tionghoa beragama Islam.
Tempat bersejarah di Tambak Bayan, Surabaya, yang katanya dulu rumah orang Belanda yang memiliki banyak kandang kuda, yang kini ditinggali warga Tambak Bayan, Kamis, 23 Januari 2020. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Surabaya - Persiapan menyambut Hari Raya Imlek terasa cukup semarak di Kampung Tambak Bayan Surabaya. Seperti halnya yang dilakukan Sumiati. Saat ditemui di kediamannya, wanita yang memiliki nama Tionghoa Lie Syume ini tengah menyiapkan pernak-pernik menyambut Imlek.

Kendati telah memeluk agama Islam, Sumiati mengaku tak bisa meninggalkan kebudayaan leluhurnya. Saban tahun, Sumiati tetap mengenalkan tradisi ini kepada anak-anaknya.

“Ya, saya muslim karena ikut suami, dan saya juga merayakan Imlek,” kata Sumiati kepada Tagar, Kamis, 23 Januari 2020.

Sumiati menjadi muslim sejak menikah dengan suaminya yang tinggal di Jawa pada 1994. Dan setiap tahun, ia tetap mengikuti perayaan Imlek, bahkan juga melakukan sembahyang.

Sumiati mengatakan wajar melaksanakan prosesi sembahyang jelang Imlek karena ia keturunan Tionghoa. Saat Imlek, ia mengirimkan doa dan penghormatan kepada orang tuanya yang telah meninggal, serta kepada para leluhurnya di Kampung Tambak Bayan.

“Ini tradisi setiap tahun. Saya melakukannya untuk menghormati leluhur saya saja. Makanya anak-anak saya juga saya ajak untuk sembahyang, mengirim doa kepada orang tua yang sudah meninggal,” tuturnya.

Kamis pagi, 23 Januari, ibu dua anak ini sudah melakukan prosesi sebelum sembahyang, yaitu membersihkan tempat ibadah, menyiapkan dupa, dan menghias lampion. “Semua ini kalau dilakukan bisa seharian, setelah itu ke pasar membeli buah untuk ditaruh di tempat sembahyang.”

Ia berharap, setelah ini kedua anaknya juga meneruskan tradisi ini. Meskipun kedua anaknya beragama Islam, tapi ia meminta untuk tetap meneruskan tradisi nenek moyang. “Setelah ini tidak tahu, apakah tetap ada prosesi ini atau tidak. Tapi saya berharap kedua anak saya tetap meneruskan budaya ini.”

Di Surabaya, Kampung Tambak Bayan begitu populer, terlebih menjelang Hari Raya Imlek. Bagaimana tidak, kampung yang terdiri dari 50 Kartu Keluarga (KK) ini memiliki sejarah panjang sebagai Kampung Pecinan di Surabaya, sejak zaman perjuangan dahulu.

Ya, saya muslim karena ikut suami, dan saya juga merayakan Imlek.

Menjelang Imlek tahun ini, warga bergotong royong membuat lampion sekaligus memasangnya. Guyub rukun keturunan Tionghoa ini terlihat saat semua berbagi tugas. Misalnya kaum pria memasang lampion, sedangkan para wanita memasak untuk persiapan sembahyang pada Jumat pagi hingga sore, 24 Januari 2020.

Walaupun mayoritas keturunan Tionghoa, ternyata 50 keluarga di Tampak Bayan tidak semua memeluk agama Khonghucu. Meski berbeda keyakinan, mereka semua merayakan Imlek karena percaya nenek moyang yang telah pergi tetap membutuhkan kiriman doa.

Berbeda Tetap Kompak

Suseno Karjo, Ketua Rukun Tetangga (RT) 02, Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Alun-alun Contong, Tambak Bayan. Ia merasa beruntung melihat harmoni warga, banyak perbedaan namun bisa hidup guyup rukun.

Menurutnya, semua warga yang tinggal di kampung seluas 3000 meter persegi ini adalah keturunan Tionghoa, sudah tinggal di sini sejak ribuan tahun silam, tepatnya sejak 1930.

Pria yang akrab disapa Seno ini tidak mengalami kesulitan sama sekali, mengajak warga melestarikan tradisi Imlek, membuat pertunjukan setahun sekali, dengan melibatkan seluruh masyarakat, anak-anak hingga orang tua. “Tak ada kesulitan sih, karena Tambak Bayan ya ini. Setiap tahun kami mempertahankan tetap merayakan seperti ini.”

Ia bercerita, setiap tahun jelang Imlek sejak jauh-jauh hari warga sangat antusias membahas apa yang akan ditampilkan pada hari H Imlek. Hal itu membuat Seno kagum. Hal sama terjadi tahun ini. “Sejak sebulan lalu, warga begitu antusias, sampai saya ditanyai, 'Ayo Om Seno gawe opo Imlekan tahun iki' (Ayo Om Seno, bikin acara apa Imlek tahun ini?). Sehingga saya tergugah. Berarti masyarakat masih antusias menjaga tradisi kampung ini,”

Warga yang yang tinggal di Tambak Bayan umumnya di atas usia 40 tahun, dominan orang tua, anak mudanya banyak yang merantau ke luar daerah. Hal ini tidak mengurangi antusiasme merayakan Imlek. Semua tetap bersemangat. Apalagi anak-anak mudanya juga pulang kampung pas momen perayaan Imlek.

“Saya menyadari rumah yang ditinggali warga di sini itu tidak besar, umumnya ukuran lima kali enam meter saja. Sehingga kalau keluarganya banyak, pasti keluar dari kampung ini. Tapi waktu Imlek seperti ini pasti semua pulang. Sehingga di sini sangat ramai,” tutur Seno.

Ditanya apa yang memotivasi warga kampung Pecinan Tambak Bayan tetap semangat meneruskan tradisi Imlek, walau penganut agama Khonghucu sudah tidak banyak, Seno mengatakan hal ini tidak lepas dari peran mahasiswa yang pernah menjalankan Kuliah Kerja Nyata atau KKN di kampung sempit ini.

“Mahasiswa yang pernah datang ke sini memotivasi kami untuk tetap menjaga kampung Tambak Bayan seperti dulu, yakni Pecinan dengan mayoritas penduduk warga Tionghoa. Nah dari situ semangat kami untuk tetap membuat perayaan Imlek di tengah keterbatasan kami,” tutur Seno.

Imlek Tahun Ini

Liem Kem Hao akrab dipanggil Cak Gepeng, tokoh pemuda di Kampung Pecinan Surabaya mengatakan ada sedikit perbedaan Imlek tahun ini. Biasanya hanya menggelar pertunjukan barongsai, namun tahun ini ada tari-tarian yang melibatkan anak-anak, anak Tambak Bayan dan luar Tambak Bayan.

"Bedanya kita buat ada tari-tarian. Nah ini melibatkan anak-anak sekitar Tambak Bayan," kata Gepeng.

Berkaitan tahun Tikus Logam, Gepeng juga sudah menyiapkan lampion bentuk tikus dibuat dari tangan anak-anak Tambak Bayan. "Seminggu lalu kita sudah gotong royong membuat lampion seperti tahun Imlek ini, yakni Tikus Logam."

Uniknya, kata Gepeng, lampion-lampion itu dibuat dari bahan bekas, seperti bola dan botol. Memanfaatkan bahan yang ada. "Ya kita manfaatkan yang ada, kita bentuk jadi lampion."

Ia berharap di tahun Tikus Logam ini dapat memberikan rezeki yang melimpah bagi warga Tambak Bayan. Serta gotong royong dan pluralisme masyarakat tetap terjaga.

Gepeng juga berharap Tambak Bayan segera mendapat perhatian Pemerintah Kota Surabaya. Karena ia menilai Kampung Pecinan ini seharusnya sudah menjadi cagar budaya yang dikelola Pemerintah Kota. "Ya harapannya seperti itu, selain banyak rezeki dan warganya sejahtara, supaya Tambak Bayan ini menjadi perhatian Pemerintah Kota Surabaya."

Lihat Foto

Berikut foto-foto kemeriahan menyambut Imlek di Pecinan Tambak Bayan Surabaya.

Imlek SurabayaLiem Kem Hao, seorang warga Kampung Tambak Bayan Surabaya, menghias rumahnya untuk menyambut Hari Raya Imlek, Kamis siang, 23 Januari 2020. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Imlek SurabayaLiem Kem Hao, seorang warga Kampung Tambak Bayan Surabaya, menghias rumahnya untuk menyambut Hari Raya Imlek, Kamis siang, 23 Januari 2020. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Imlek SurabayaLiem Kem Hao, seorang warga Kampung Tambak Bayan Surabaya, menghias rumahnya untuk menyambut Hari Raya Imlek, Kamis siang, 23 Januari 2020. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Imlek SurabayaLampion berbentuk tikus sesuai tahun baru Imlek Tikus Logam, dibuat dari bahan bola dan botol bekas, Kamis, 23 Januari 2020. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Imlek SurabayaSumiati, warga Tambak Bayan Surabaya, memperbaiki lampion untuk dipersiapkan dipasang jelang Hari Raya Imlek, Kamis, 23 Januari 2020. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Imlek SurabayaSuseno Karjo, Ketua RT 02 RW 02 Tambak Bayan, Surabaya, menunjukkan alat kerja terdahulu warga Pecinan sebagai tukang kayu, Kamis, 23 Januari 2020. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Imlek SurabayaRumah Sumiati penuh hiasan khas Imlek, untuk mempercantik tempat sembahyang, Kamis, 23 Januari 2020. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Imlek SurabayaMural di Kampung Tambak Bayan, Surabaya, dibuat mahasiswa yang pernah menjalani kuliah kerja nyata di kampung Pecinan ini, Kamis, 23 Januari 2020.  Mural menunjukkan mayoritas waga Tambak Bayan adalah keturunan Tionghoa. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Lihat infografis:

Baca juga:

Berita terkait
Lima Fakta Menarik Mengenai Tahun Baru Imlek
Tahun Baru Imlek memiliki beberapa fakta menarik, pasalnya beberapa ritual wajib yang harus dilakukan.
Tradisi Kemeriahan Perayaan Imlek di Enam Negara
Tradisi Imlek selalu disambut meriah oleh sejumlah negara yang ada di belahan dunia. Negara mana sajakah itu?
Kue Bakul Kuliner Wajib Khas Imlek di Sibolga
Menyambut Tahun Baru Imlek di Sibolga, Sumatera Utara, kue bakul merupakan sajian wajib yang menjadi simbol dan tradisi.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.