Cara Menghindari Hipoksia saat Mendaki Gunung

Hipoksia adalah suatu kondisi dimana jaringan tubuh seseorang kekurangan oksigen. Disebabkan tingkat oksigen dalam darah lebih rendah dari normal.
Sejumlah pendaki mengejar momen sunset merah yang hanya tersaji di Hargo Dumilah, Puncak tertinggi di Gunung Lawu. (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna)

Jakarta - Hipoksia adalah suatu kondisi dimana jaringan tubuh seseorang kekurangan oksigen. Disebabkan tingkat oksigen dalam darah lebih rendah dari tingkat normal.

Dengan kata lain, hipoksia adalah kesulitan bernapas karena gangguan sirkulasi darah. Kondisi ini dapat terjadi pada seseorang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan dipengaruhi kadar udara yang tipis di ketinggian.

Bagi yang memiliki permasalahan pada pembuluh darah otak maupun jantung, hipoksia akan mengalami kekurangan oksigen atau iskemia, bahkan sampai terjadi kematian jaringan (infark).

Untuk menghindari kondisi tersebut, pendaki disarankan melatih fisik.

Sementara bagi orang yang memiliki masalah pembuluh darah di otak, akan mengalami penurunan oksigen yang menyebabkan tidak sadarkan diri, dan organ lain juga akan mengalami gangguan.

Tanda-tanda yang ditujukkan penderita hipoksia biasanya diikuti gejala seperti pusing, letih yang berkepanjangan, mual, keringat dingin, dan sesak nafas.

Selain itu, akan merasakan rasa nyeri seperti ditekan pada dada, dan gangguan irama jantung yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal.

Berikut ini beberapa gejala hipoksia yang umumnya terjadi: 

  • Napas pendek.
  • Kebingungan.
  • Berkeringat.
  • Kulit berubah warna, menjadi biru atau merah keunguan.
  • Sesak napas.
  • Halusinasi.
  • Batuk-batuk.
  • Kelelahan.
  • Detak jantung cepat.
  • Napas berbunyi (mengi).

Jika gejala di atas dibiarkan atau dianggap sepele, akan mengakibatkan semakin banyak kerusakan permanen pada otot jantung, bahkan menyebabkan kematian.

Apalagi jika terjadi kesalahan dalam penanganan, seperti pemberian oksigen secara berlebihan justru meracuni jaringan tubuh dan dapat menyebabkan vertigo, kejang-kejang, perubahan perilaku, dan Pneumonia.

Untuk menghindari kondisi tersebut, pendaki disarankan melatih fisik. Karena mendaki gunung tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan pengalaman. Latihan fisik dapat membantu kemampuan paru-paru menampung udara, serta menyalurkan oksigen keseluruh tubuh.

Baca juga: 

Berita terkait
Yuk, Traveling Habiskan Cuti Bersama Idul Fitri 2019
Traveling sudah menjadi hobi sejuta umat, sisa cuti bersama Idul Fitri bisa dihabiskan dengan mengeksplor suatu tempat.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.