(Calon) Kapolri Listyo Sigit dan Hukum Tumpul ke Atas

Calon Kapolri Listyo Sigit Prabowo menyatakan tekadnya menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Opini Lestantya R. Baskoro.
Komisi III DPR RI menyetujui pengangkatan Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis. (Foto: Istimewa)

Oleh: Lestantya R. Baskoro

KOMISARIS Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan tekadnya jika menjadi kapolri. Ia menyatakan tak ada lagi hukum tumpul ke atas, tajam ke bawah. Tak ada lagi kasus nenek Minah atau kasus seorang anak menggugat ibunya. Semua yang dikatakan Listyo -di badge bajunya tertulis “L. Sigit. P” - adalah kasus-kasus yang menjadi sorotan masyarakat. Dan itu semua berhubungan dengan polisi.

Listyo, dengan suaranya tenang, menyatakan semua itu di depan DPR, saat fit and proper test, Rabu 20 Januari 2021. Tak ada fraksi yang menolaknya. Sejumlah anggota DPR mengangguk-angguk mendengar penjelasannya yang runtut dan jernih. Tak ada anggota DPR yang menyerangnya dengan suara bergemuruh dengan tangan ke sana-ke mari seperti yang dilakukan anggota PDIP Ribka Tjiptaning saat rapat dengar pendapat bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Sebaliknya seorang anggota DPR dari sebuah partai Islam memuji Listyo yang datang ke DPR didampingi polisi berhijab.

Dalam sejarah kepolisian RI, Listyo adalah sedikit dari kapolri yang berlatar belakang agama bukan Islam. Yang lain, antara lain, Widodo Budidarmo. Kapolri adalah salah satu posisi yang sangat penting dan Presiden, yang menunjuk dan mengangkatnya, tentu mempertimbangkan banyak aspek dalam mengangkat seseorang mengisi jabatan itu. Listyo pun mengalami hal itu –mendapat sorotan perihal agamanya. Namun, semua itu tak menghalangi Presiden Jokowi menetapkan pilihannya, menunjuk Listyo

Rekam jejak Listyo memang bersih. Integritasnya tidak diragukan. Ia tipe polisi yang tidak suka ingar bingar. Reserse sejati, bekerja dalam diam dengan tujuan jelas: menjalankan tugasnya untuk kepentingan publik. Sosok Listyo mengingatkan saya pada almarhum Jenderal Widodo Budidarmo, mantan kapolri kesayangan “kapolri legendaris,” Jenderal Hoegeng Iman Santoso, yakni berpembawaan tenang tapi tegas. Sekitar delapan tahun silam saya pernah diminta Pak Widodo menulis biografinya, berjudul “Semua Karena Kuasa dan KasihNya” –demikian judul yang ia minta- bersama seorang teman.

Hukum memang berbicara kebenaran materiil, tapi di atas segalanya ada hal paling hakiki: keadilan.

Ketegasan –juga “kebersihan” Widodo Budidarmo, antara lain terlihat saat ia diperintahkan Kapolri Jenderal Hoegeng menjadi Kapolda Sumatera Utara. Saat ia akan masuk rumah dinas barunya, ia terkejut. Di dalam rumah itu tersedia

sejumlah fasilitas yang ia tahu betul tidak disediakan kepolisian. Ia bertanya siapa yang mengisi dan anak buahnya menjawab, “seorang pengusaha Medan.”

Widodo murka. “Keluarkan semua dan saya tidak akan masuk sebelum barang-barang itu dikeluarkan,” katanya keras. Setelah penulisan biografi itu, saya beberapa kali mengunjungi kediaman Pak Widodo yang sederhana di Kebayoran, Jakarta Selatan. Setiap pagi, ia bercerita, ia selalu berteleponan dengan sahabatnya, Letnan Jenderal (Pur) Widjojo Suyono, mantan Komadan Kopassus dan Kepala Staf Kopkamtib -kini berusia 90-tahun. Widodo meninggal pada 5 Mei 2017, saya melihat raut kesedihan Widjojo saat menatap sahabatnya terbaring di peti jenazah. Seperti Widodo, Widjojo dikenal “lurus” dan “tegas.”

Kita berharap wajah polri memang berubah di bawah Listyo Sigit Prabowo, terutama penegakan hukum dengan kasus yang ia contohnya dan ia tamsilkan: hukum tak lagi tumpul ke atas, kasus nenek Minah dll. Ini tugas yang jelas tidak ringan. Kasus nenek Minah, nenek yang diadili hanya karena “mencuri” tiga buah biji kakao milik sebuah perkebunan, mestinya tidak akan terjadi jika polisi bisa menyelesaikannya dengan kewenangan, “diskresi” yang dimiliki. Polisi pada level paling bawah harus memahami ini –menyelesaikan kasus semacam itu dengan bijak, dengan “cara dan bahasa polisi,” sesuai jargon yang tertera di kantor-kantor mereka: di kota hingga di plosok-plosok negeri: “pengabdianku terbaik,” atau "Melindungi, Mengayomi, dan Melayani Masyarakat." Hukum memang berbicara kebenaran materiil, tapi di atas segalanya ada hal paling hakiki: keadilan. Kepekaan ini yang harus dimiliki mereka yang berkecimpung di dalam hukum, terlebih yang berhadapan dengan masyarakat.

Listyo Sigit telah mencanangkan tekadnya sebagai kapolri. Dengan integritas dan jejak rekamnya, kita berharap ia akan membawa polri benar-benar sebagai institusi penegak hukum yang melayani –juga mengayomi masyarakat -seluruh lapisan masyarakat-  tanpa terkecuali. []

Berita terkait
Puan Soal Listyo Sigit: Ada Semangat Transformasi di Tubuh Polri
Ketua DPR RI Puan Maharani menyambut baik visi dan misi Komjen Listyo Sigit Prabowo. Puan melihat ada semangat transformasi di tubuh Polri.
DPR RI Setuju Angkat Listyo Sigit Prabowo Menjadi Kapolri
Komisi III DPR RI menyetujui pengangkatan Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis.
Listyo Akan Tegas Soal Ujaran Kebencian Memecah Persatuan Bangsa
Listyo Sigit mengaku akan menindak siapa saja yang berupaya untuk memecah belah persatuan dan kesatuan dengan menyebar ujaran kebencian.
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja