Cak Nun Sebut Usai Pemilu Tak Ada Bentrok Besar

Budayawan Emha Ainun Nadjib akrab disapa Cak Nun mengatakan setelah Pemilu 2019 tak ada bentrok besar, semua baik-baik saja.
Intelektual dan budayawan Emha Ainun Nadjib akrab disapa Cak Nun saat ditemui di rumahnya di Jalan Barokah No. 287, Kadipiro, Kecamatan Kasihan, Bantul, Kamis (25/4/2019). (Foto: Tagar/ Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Budayawan Emha Ainun Nadjib akrab disapa Cak Nun mengatakan usai Pemilu 2019 ini semua akan baik-baik saja, tak akan ada bentrok besar seperti dikhawatirkan banyak pihak.

"Kalaupun nanti ada bentrok atau benturan horizontal itu terjadinya di kelas menengah. Di masyarakat bawah, aman-aman saja," kata Cak Nun saat ditemui di rumahnya di Jalan Barokah No 287, Kadipiro, Kecamatan Kasihan, Bantul, Kamis 25 April 2019.

Cak Nun yakin rakyat bawah baik-baik saja karena menurutnya selama ini rakyat bawah sudah terbiasa disuguhi ketidakbenaran, sudah kebal dan tangguh dengan manipulasi.

"Jangankan manipulasi atau klaim yang tidak berhubungan dengan mereka, yang berhubungan dengan mereka saja tidak masalah kok," katanya.

Intelektual kelahiran Jombang  27 Mei 1953 ini mengungkapkan, soal Pemilu, curang atau tidak,  jujur atau tidak itu hanya urusan masyarakat menengah ke atas. 

"Kalau rakyat bawah tidak ada masalah. Kita berharap agar Pancasila dijalankan oleh para elit dan kelas menengah," ungkapnya.

Kalaupun nanti ada bentrok atau benturan horizontal itu terjadinya di kelas menengah. Di masyarakat bawah, aman-aman saja.

Cak Nun menambahkan, rakyat bawah sudah Pancasila karena Pancasila lahir dari rakyat bawah yang sudah berabad-abad dijalankan. 

"Yang belum berperilaku Pancasila kan pemimpinnya, kan begitu," kata Cak Nun.

Ia berpendapat, yang menyulut konflik adalah elit, kelas menengah ke atas dan media sosial. Medsos ibarat lempar batu dari jauh, tidak berani berhadap-hadapan. Makanya di medsos itu semuanya abal-abal dalam berpendapat, katanya.

"Sehebat-hebatnya pendapat hanya pendapat, bukan kebenaran final. Pendapat tidak bisa dibatalkan dengan pendapat lain. Yang tidak boleh adalah memaksakan pendapat," jelasnya.

Cak Nun menerangkan, kalau konflik pada masyarakat menengah ke atas, aturannya sudah lengkap semua. 

"Sistemnya lengkap, aturannya ada. Penyelenggara KPU, pengawasnya Bawaslu, yang bertanding ada 01 dan 02. Kalau ada deklarasi, kan jelas ada domainnnya. Secara aturan sudah jelas siapa nanti yang menang," paparnya.

Sekali lagi Cak Nun menegaskan, rakyat bawah juga tidak bingung-bingung amat tentang Pemilu. Rakyat tidak menghiraukan deklarasi kemenangan pakai datanya sendiri. 

"Yang satu sujud syukur, yang satu tasyukuran yo monggo saja. Rakyat bawah tenang-tenang saja, yang ribut itu kan elitnya dan kelas menengah," jelasnya.

Seperti diketahui, banyak pihak menyebut pasca Pemilu, suasana di masyarakat tidak nyaman dan rawan konflik horizontal. Klaim kemenangan salah satu pihak atau tim sukses menggelar tasyakuran menjadi salah satu pemicunya.

Cak Nun menuturkan selama dua minggu sebelum dan sesudah 17 April dirinya diundang ke berbagai kota di Indonesia untuk mengisi pengajian bersama Kyai Kanjeng. 

"Sengaja atau tidak sengaja, saya diundang masyarakat untuk memastikan wilayahnya aman," kata Cak Nun. 

Ia mengatakan, semua kota yang ia kunjungi aman-aman saja. "Kota Solo misalnya, yang katanya rawan ternyata aman-aman saja."

Suami Novia Kolopaking ini berpendapat, rakyat bawah biasa-biasa saja. Tak akan terjadi bentrok di kalangan rakyat bawah seperti dikhawatirkan banyak pihak. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.