Bus Tak Layak di Trans Semarang

Bus-bus berbagai koridor pelayanan ini diketahui menggunakan ban halus, ban vulkanisir dan emisi gas buangnya melebihi batas ambang normal.
Bus Tak Layak di Trans Semarang. Koridor II terbanyak menerima keluhan kondisi kendaraan mengingat bus-bus tersebut usianya paling uzur dibanding BRT koridor lain. Solusinya, mulai Desember lalu sudah dilakukan peremajaan. Dari total 26 armada yang melayani koridor II, tinggal 12 yang belum diremajakan. (Foto: Ags)

Semarang, (Tagar 3/1/2018) - Sebanyak 15 unit bus rapit transit (BRT) Trans Semarang dalam kondisi tak laik jalan. Bus-bus berbagai koridor pelayanan ini diketahui menggunakan ban halus, ban vulkanisir dan emisi gas buangnya melebihi batas ambang normal.

"Kami ingatkan agar operator segera melakukan tindakan (perbaiki)," tutur Kepala BLU UPTD BRT Trans Semarang Ade Bhakti usai kegiatan uji kelayakan bus Trans Semarang di halte BRT Jalan Pemuda, Semarang, Rabu (3/1) siang.

Uji kelayakan yang berlangsung sekitar dua jam ini menyasar tiga hal, yakni uji emisi mengacu Permen LH No 5 Tahun 2006, kelengkapan surat-surat seperti SIM, STNK, kartu pengawas trayek, buku uji (KIR) dan kualitas roda kendaraan.

Dari uji yang digelar, sembilan bus menggunakan ban gundul dan halus. Rincinya bus no lambung 010 dan 015 (koridor V), 023 dan 019 (koridor II), 021, 008, 011 (koridor IV) serta bus 002 dan 007 (koridor III) yang memakai ban vulkanisir. Enam BRT lain, yakni bus no lambung 016, 019, 027 (koridor II), 007, 002 (koridor III) serta bus 015 (koridor V) emisi gas buangnya melibihi ambang batas.

"Kami juga menemukan pelanggaran lain, bus koridor I no 008, karena SIM tidak dibawa sehingga STNK diamankan yang berwajib," tegasnya.

Terkait dengan kelengkapan administrasi kendaraan, lanjut Ade, kadang operator lalai menyiapkan kelengkapan surat kepada driver. "Karena mereka pikir dengan membawa armada pemerintah mereka menyepelekan kelengkapan surat-surat," sambungnya.

Sebagai catatan, sepanjang tahun 2017 BLU UPTD BRT menerima 653 keluhan masyarakat. Dari jumlah tersebut, 90 keluhan menyangkut kondisi kendaraan, mulai kualitas pendingin ruangan, pintu hidrolis macet, emisi gas buang. Tiga poin keluhan itu paling banyak terjadi di BRT koridor II, sebanyak 44 keluhan, koridor IV 22 keluhan, koridor I 10 keluhan, koridor III 8 keluhan, koridor V 3 keluhan dan koridor VI sebanyak 1 keluhan.

Koridor II terbanyak menerima keluhan kondisi kendaraan mengingat bus-bus tersebut usianya paling uzur dibanding BRT koridor lain. Solusinya, mulai Desember lalu sudah dilakukan peremajaan. Dari total 26 armada yang melayani koridor II, tinggal 12 yang belum diremajakan.

"12 unit armada sebenarnya sudah siap, hanya kemarin ada keterlambatan pengiriman dari karoseri dan ini sedang dalam proses pengurusan surat menyurat. Target kami tanggal 9 nanti semua armada baru sudah dapat beroperasi menggantikan armada yang sudah habis masa berjalannya selama 5 tahun," terangnya.

Selain keluhan kondisi bus, keluhan lain yang cukup mendominasi adalah kualitas pelayanan sopir, armada tidak merapat ke shelter dan kualitas pelayanan petugas tiket. "Maka dari itu tahun ini coba akan kami naikkan bertahap terkait dengan kesejahteraan. Kami mulai dari sopir, kami akan naikkan sebanyak 2 x UMK Kota Semarang," tukasnya. (ags)

Berita terkait