Burung Kenari Yorkshire, Harga Stabil Favorit Kicau Mania

Kicauan burung menjadi terapi tersendiri bagi yang mendengar. Tak terkecuali Kenari Yorkshire. Penikmatnya membeberkan seluk beluk si merdu.
Koleksi Love Bird milik Cindy. (Tagar/Rahmat Jiwandono)

Yogyakarta - Sore itu langit mendung menyelimuti Kampung Badran, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Terdengar kicauan merdu dari sebuah rumah tingkat tiga yang letaknya persis di ujung gang.

Ketika wartawan Tagar mengunjungi rumah itu, si pemilik rumah masih belum pulang. Tak berselang lama, 15 menit kemudian si pemilik rumah datang. Dari kejauhan nampak seorang pria berbadan tegap, mengenakan kemeja lengan pendek dengan motif garis-garis warna warni. Ia berjalan menuju ke rumah yang paling di tinggi dibanding rumah tetangganya.

Pria itu bernama Yudha Lupita, 27 tahun, tanpa basa-basi ia langsung mengajak wartawan Tagar untuk masuk ke dalam rumahnya. 

Naiklah keduanya ke lantai tiga, belasan anak tangga dinaiki. Semakin ke atas, suara kicauan burung semakin jelas terdengar. Benar saja, puluhan sangkar burung terbuat dari kayu sudah tergantung rapi di langit-langit rumahnya. Dalam sangkar burung itu terdapat burung berwarna hijau, kuning, oranye, hingga isabel. Warnanya begitu terang untuk dipandang.

Yudha menjelaskan bahwa burung-burung yang itu adalah burung Kenari Yorkshire. Total ada 35 ekor burung Kenari Yorkshire di rumahnya.

Kenari Yorkshire merupakan burung paling digemari untuk dikoleksi sekarang ini. Alasannya karena Kenari Yorkshire adalah burung impor, mudah dirawat, dan harga jualnya tergolong stabil jika dibanding Love Bird.

Yudha mengatakan, Kenari Yorkshire berasal dari negara Italia. Ia mulai memelihara burung tersebut sejak 10 tahun lalu. Menurutnya, Kenari Yorkshire bukan asli Italia, burung kenari berasal negara Kepulauan Kenari.

“Kenari Yorkshire itu hasil persilangan antara burung Lancaster dan burung Norwich,” katanya kepada Tagar pada Jumat, 23 Oktober 2020.

Burung Kenari Yorkshire banyak dikembangbiakkan di Benua Biru. Kendati demikian, tidak semuanya cocok untuk dipelihara di Indonesia yang beriklim tropis. Ia menyebut, Kenari Yorkshire dari negara Pizza itu lebih mampu beradaptasi dengan iklim di Indonesia.

“Aku juga punya Kenari Yorkshire dari Belanda dan Turki tapi yang paling cocok di Indonesia ya dari Italia,” tuturnya.

Mudah dirawat

Selain faktor burung impor yang membuatnya banyak diminati orang, Kenari Yorkshire cenderung lebih mudah dirawat dibanding memelihara Burung Cucak Rowo atau Burung Murai. Pakan untuk Cucak Rowo harus diberi jangkrik dan kroto. Sedangkan Kenari Yorkshire cukup diberi biji sawi, millet, dan biji gandum.

“Tiga bahan ini tinggal dicampur saja untuk dijadikan makanan,” kata pria lulusan Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta ini.

Kenari YorkshireYudha Lupita memegang kandang burung berisi Kenari Yorkshire. (Foto: Tagar/Rahmat Jiwandono)

Untuk perawatan harian, setiap hari harus ganti pakan dan alas supaya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Kenari Yorkshire tidak boleh diletakkan di tempat yang terlalu panas atau dingin. “Habitatnya dia ada di tempat yang sujak,” ujarnya.

Oleh karena itu, Kenari Yorkshire tidak boleh dijemur terlalu lama di bawah terik sinar matahari pagi. Pasalnya, jika terpapar sinar matahari lebih dari satu jam, burung bisa sakit.

“Maksimal dijemur ya 30 menit sampai satu jam. Lebih dari itu burung bisa mengalami sesak napas dan kecapekan. Bahkan burung bisa mati,” jelasnya.

Harga jual stabil

Harga jual Kenari Yorkshire diklaim lebih stabil daripada burung-burung lainnya. Yang membuatnya mahal yakni burung kenari dijual berdasarkan jenis kelasnya. Kenari Yorkshire merupakan kelas tertinggi di antara kenari lainnya.

Yudha mempunyai Kenari Yorkshire paling mahal senilai Rp 10 juta. "Jenis Kenari Yorkshire Foi ini paling mahal yang saya punya. Warnanya kuning campur oranye,” kata dia.

Karena harga jualnya yang tinggi, burung ini rawan dicuri. Burung ini rawan dicuri lantaran warna-warna cerahnya yang sama sehingga sulit untuk dibedakan ketika dijual. Pencuri pun sudah tau trik untuk mencuri Kenari Yorkshire.

“Kenari Yorkshire kalau sudah dicuri, tinggal dilepas saja cincin penanda yang melingkar di kakinya. Dengan begitu sudah sulit untuk ditemukan,” paparnya.

Dalam cincin yang terpasang di kaki Kenari Yorkshire berisi identitas si pemilik burung.

Beralih dari Love Bird ke Yorkshire

Sebelum serius menggeluti ternak Kenari Yorkshire, Yudha pernah menjajal beternak Love Bird. Namun prospek dari ternak Love Bird dianggap tidak menjanjikan.

Derasnya impor Love Bird membuat peternak lokal jenis burung itu terpaksa gulung tikar. “Sebab peternak lokal kalah bersaing. Dampaknya harga Love Bird di pasaran langsung anjlok,” ujarnya.

Cucak RowoYudha bersiul kepada burung Cucak Rowo miliknya. (Foto: Tagar/Rahmat Jiwandono)

Berangkat dari situ, pada 2009 silam, Yudha memutuskan untuk menjual delapan ekor Love Bird miliknya senilai Rp 15 juta. Kemudian uang hasil penjualan ia gunakan untuk membeli dua ekor jantan Yorkshire dan delapan betina Yorkshire.

Melihat adanya peluang bisnis, ia mulai serius untuk menekuni ternak (breeding) Kenari Yorkshire pada 2011. Keuntungan pertama yang ia dapat dari penjualan Kenari Yorkshire sebesar Rp 2 juta. “Itu dari hasil jual empat ekor Kenari Yorkshire yang masih kecil," kata Yudha.

Bahkan dari bisnisnya itu, Yudha mampu membiayai uang kuliahnya. "Enggak dibayari orangtua lagi," katanya.

Menurut dia, dalam menjalankan ternak Kenari Yorkshire tidak selalu berjalan mulus. Baginya Kenari Yorshire merupakan titipan Tuhan. Sehingga sewaktu-waktu bisa diambil oleh Yang Maha Kuasa.

"Burung kan juga punya nyawa. Risiko dari makhluk yang bernyawa pasti meninggal dunia," tambahnya.

Yudha mengganggap bahwa dia hanya bisa merawatnya sebaik mungkin. Selain itu, kendala dalam beternak Kenari Yorkshire ialah telur dari indukan kadang tidak ada isinya. "Burungnya juga bisa terkena penyakit lain,” katanya.

Koleksi burung lain

Sebagai kolektor burung, Yudha pun memiliki empat ekor burung murai batu, dua ekor Cucak Rowo, serta satu ekor burung Bilbong Pendeta asal Sulawesi.

Yudha menyatakan, harga jual burung Cucok Rowo mencapai Rp 5 sampai Rp 8 juta. Sementara untuk harga burung Murai Batu Rp 2-3 juta.

Setia pada Love Bird

Seorang pecinta burung lainnya, Cindy, 33 tahun, warga Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta masih setia memelihara Love Bird meski harga jualnya sudah turun drastis. Saat ini ia punya delapan ekor Love Bird.

"Love Bird yang masih saya punya ada yang warnanya biru, hijau, kuning, dan oranye," tuturnya.

Ia tidak begitu peduli dengan harga Love Bird yang kini harganya hanya ratusan ribu per ekornya. Menurutnya, satu ekor Love Bird saat ini mencapai Rp 350-400 ribu.

“Saya sih enggak terlalu mikirin harganya berapa. Toh karena dasarnya saya suka Love Bird saja,” ujarnya.

Cindy tidak akan menjual koleksi Lover Bird-nya. "Biar buat klangenan (hobi) saya kalau pas di rumah," katanya.

Berita terkait
Kicau Burung dan Kacau Pikiran Pecintanya di Aceh Barat
Seorang penangkar sekaligus pehobi lomba kicau burung di Aceh Barat berharap agar pemerintah setempat mempermudah izin pelaksanaan lomba.
Perempuan Ulet Bandung Penjual Burung di Bantaeng
Keuletan Nia Yayah, perempuan pedagang burung di Bantaeng, bisa menjadi inspirasi pelaku usaha kecil menghadapi sulitnya ekonomi di masa pandemi.
Burung Kesayangan Seorang Polisi di Medan Diambil Maling
Arif Kurniawan, warga Medan, yang juga polisi bertugas di Polda Sumut, kehilangan burung kesayangan. Pencurinya sudah ditangkap.