Buku Pengalaman Belajar di Rumah Saat Pandemi di Yogyakarta

Pengalaman siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta selama belajar di rumah dirangkum menjadi sebuah buku. Wakil Wali Kota Yogyakarta mengapresiasi.
Penyerahan buku berisi pengalaman siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 10 Yogyakarta (Muhdasa) selama belajar di rumah saat pandemi Covid-19 kepada Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi. (Foto: Tagar/Dok Humas Pemkot Yogyakarta)

Yogyakarta – Kegelisahan dan pengalaman siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 10 Yogyakarta (Muhdasa) selama belajar di rumah saat pandemi Covid-19, dirangkum menjadi sebuah buku berjudul Sketsa Pandemi “Sekumpulan Kisah Dalam Antalogi Siswa Muhdasa”.

Buku yang merupakan tulisan-tulisan para siswa Muhdasa Yogyakarta tersebut diserahkan pada Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi oleh Kepala SMP Muhdasa Yogyakarta, Endra Widyarso, Rabu, 23 Desember 2020 di ruang kerja Wakil Wali Kota Yogyakarta.

Kita perlu membuat buku seperti ini, perlu ditulis, karena itu menjadi monumen bagi kita.

Menurut Heroe, merangkum hal-hal yang dialami oleh siswa selama belajar di rumah akibat pandemi merupakan hal yang penting, khususnya untuk orang tua siswa dan guru. Sebab, dengan adanya rangkuman pengalaman siswa tersebut guru dan orang tua bisa mengambil langkah evaluasi untuk dilakukan pada masa mendatang.

"Kita perlu membuat buku seperti ini, perlu ditulis, karena itu menjadi monumen bagi kita. Di masa pandemi ini SMP Muhammadiyah 10 Yogya terutama bisa dapat merasakan apa yang dialami siswa, dan ini sebagai rekam jejak. Setiap orang mengalami pengalaman yang berbeda-beda. Semoga apa yang dituliskan mampu menjadikan evaluasi untuk ke depannya," ujarnya, seperti dilansir laman resmi Pemkot Yogyakarta.

Heroe juga berharap, cara belajar yang dilakukan secara daring di masa pandemi ini dapat dipahami semua pihak. Pihak sekolah bisa meminta masukan dari siswa maupun wali murid untuk kemudian memberikan arahan dan bimbingan ekstra karena siswa lebih banyak meluangkan waktunya di rumah.

"Setiap siswa tentunya punya cara pembelajaran yang berbeda-beda. Namun yang lebih ekstra dalam bimbingannya lebih kepada sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Tentunya dengan mendapatkan respon dari siswa di masa pandemi ini, merupakan suatu pembelajaran untuk kita bersama, terlebih jika nantinya akan ada buku khusus dari luapan isi hati wali murid," kata Wawali.

Harapan lain adalah ke depannya ada lagi buku yang dibuat berdasarkan pengalaman para wali murid selama proses belajar di rumah. Tujuannya untuk saling mengevaluasi satu sama lain dan memberikan motivasi agar ada cerita menarik lainnya yang dialami tiap siswa dan orang tua.

"Bisa juga membuat tulisan dari wali murid. Kita perlu tahu itu, monumen di masa pandemi harus dituliskan agar apa yang sudah kita alami ini bisa jadi bahan merenung dan bersyukur serta menjadi saksi dimasa yang akan datang," jelas Heroe.

Kepala SMP Muhammadiyah 10 Yogya Endra Widyarso menyambut baik usulan Heroe tersebut. Dia mengatakan, sebelum buku tentang pengalaman siswa tersebut dibuat, sudah ada buku tentang tentang guru dan karyawan.

Ke depannya menurut dia memang perlu adanya pembuatan buku mengenai orang tua murid seperti yang disampaikan Heroe.

"Dari 100 tulisan kami rangkum hasilnya sebanyak 46 tulisan ini cukup mewakili apa yang dirasakan para siswa. Tentunya ini berdasarkan pengalaman siswa dari kelas 7 sampai kelas 9. Dengan adanya buku ini sekolah mendapatkan kemudahan dan efektifitas dalam pembelajaran," jelasnya.

Nantinya, buku yang dibuat oleh para siswa, akan dibagikan ke wali murid untuk dibaca dan menjadi arahan dalam mendidik anak selama melakukan pembelajaran daring di rumah. []

Berita terkait
Sultan Yogyakarta: Tak Usah Cek Surat Bebas Covid Wisatawan
Gubernur DIY Sri Sultan Hamenku Buwono X tak akan memerintahkan petugasnya mengecek surat bebeas covid wisatawan yang masuk Yogyakarta.
Penampakan Darurat Sampah Jelang Nataru di Yogyakarta
Pemandangan tak sedap menjelang liburan Natal dan Tahun Baru di Yogyakarta. Di sejumlah sudut sampah menggunung akibat penutupan TPST Piyungan.
Janda di Yogyakarta Gelapkan Uang Perusahaan Rp 8 Miliar
Seorang janda di Yogyakarta menggelapkan uang perusahaan hingga Rp 8 miliar untuk membiayai hidup tiga anaknya dan buka usaha pencucian mobil.