Oleh: Denny Siregar*
Terdengar kabar, Budiman Sudjatmiko lolos ke Senayan.
Senyum mengembang di wajah saya. Sudah seharusnya. Senayan harus diisi orang-orang berintegritas seperti dia.
Nama Budiman Sudjatmiko adalah legenda. Dia muncul di era 90an, saat mendirikan Partai Rakyat Demokratik atau PRD pada usia 26 tahun.
Bayangkan, pada usia dimana banyak remaja hura-hura, hang out ke club, pamer mobil orangtua, bahkan banyak yang overdosis narkoba, Budiman menemukan jalannya, melawan rezim Soeharto, rezim paling menakutkan saat itu.
Pada masa itu, siapa pun yang mengkritik Soeharto Presiden ke-2 RI yang berkuasa selama 32 tahun, bisa dipastikan hilang. Minimal masuk penjara entah sampai kapan.
Selamat datang kembali di Senayan, Mas Bud. Jangan tinggalkan idealisme di rumah. Karena itu yang membuat negeri ini tetap terjaga.
Tapi Budiman dengan teman-teman PRDnya nekat. Bisa dibilang mereka "gila". Mereka meneriakkan hal yang pada masa itu tabu untuk disuarakan, yaitu pergantian Presiden. Maka Budiman dan PRDnya dikejar di mana-mana.
Pada bulan Juli 1996, terjadi peristiwa penyerbuan kantor PDIP di Jalan Diponegoro, dan PRD dituding sebagai dalangnya. Budiman pun divonis 13 tahun, meski saat Gus Dur memimpin ia diberi amnesti dan bebas.
Waktu saya undang ke acara live streaming "Seruput Kopi" saya bertanya, "Apa yang membuat Anda bisa seberani itu pada usia muda?"
Dengan santainya ia menjawab, "Justru saya begitu karena saya takut. Rasa takut itulah yang membuat saya bisa berbuat apa saja. Teman-teman saya banyak yang mati, Alhamdulillah saya keluar penjara masih bisa merasakan udara."
Budiman memang bukan politisi kaleng kaleng yang muncul hanya pada saat Pemilu saja. Ia adalah politik itu sendiri, bagian dari sejarah negeri. Tanpa keberanian Budiman pada waktu itu, sejarah Indonesia bisa jadi akan berubah. Dan kita harus berterima kasih padanya dan teman-temannya yang sudah tiada.
Selamat datang kembali di Senayan, Mas Bud. Jangan tinggalkan idealisme di rumah. Karena itu yang membuat negeri ini tetap terjaga.
Salam seruput kopi dari saya.
*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga:
- Luhut Pandjaitan, Ketika Menelepon Prabowo Subianto
- Budiman Sudjatmiko, Menuju Senayan untuk Kedua Kali
- Foto: Transformasi Budiman Sudjatmiko dari Aktivis Hingga Jadi Anggota DPR
- Budiman Sudjatmiko ke Andi Arief: Apa Sih Nikmatnya Narkoba, Ndi?
- Faldo Sebut Jokowi Tukang Mebel Amatir, Budiman: Faldo Selesaikan S3 Fisika