Surabaya - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat pertumbuhan ekonomi Jatim mengalami kontraksi atau minus 3,75 persen pada triwulan III 2020 (YoY). Angka ini melampaui nasional yang tercatat minus 3,49 persen.
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan, meski melebihi nasional, pertumbuhan ekonomi tergolong masih baik. Kontraksi di triwulan III lebih baik dibandingkan triwulan II 2020 (Q to Q) sebesar minus 5,89 persen.
Panen tebu dan momen Idul Adha mendorong perbaikan ekonomi pada triwulan III 2020.
Dadang menyebutkan, membaiknya pertumbuhan ekonomi secara Q to Q karena didukung oleh kinerja lapangan usaha jasa lainnya yang tumbuh 30,68 persen. Selanjutnya bidang transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 21,34 persen.
Selain itu, penyediaan akomodasi dan nakan minum sebesar 9,71 persen. Lapangan usaha konstruksi juga tercatat tumbuh membaik 7,92 persen. Kemudian disusul industri pengolahan tumbuh 7,32 persen, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang tumbuh 7,17 persen.
"Bahkan jasa perusahaan yang tumbuh 5,24 persen, dan jasa pendidikan yang tumbuh 4,66 persen," ujar Dadang, saat konpres secara virtual, Kamis 5 November 2020.
Sementara, ekonomi Jawa Timur sampai dengan triwulan III 2020 (C to C) terkontraksi atau minus 2,29 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 7,88 persen.
Selanjutnya jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,87 persen, real estat 4,66 persen, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 4,56 persen.
"Sedangkan kontraksi tertinggi pada lapangan usaha jasa lainnya sebesar 15,31 persen serta transportasi dan pergudangan sebesar 13,08 persen," katanya.
Dadang mencatat ekonomi kinerja pertanian, perkebunan dan peternakan lebih baik dari sebelumnya. Panen tebu dan momen Idul Adha mendorong perbaikan ekonomi pada triwulan III 2020.
"Masa giling tebu turut mendorong industri makanan. Seiring meningkatnya bahan baku atau furniture," kata dia.
Peningkatan penjualan listrik terjadi pada triwulan III tahun ini. Hal ini karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dicabut sehingga membuat kegiatan industri pengolahan mulai memproduksi dan meningkatkan penjualan listrik.
Longgarnya PSBB terjadi peningkatan di semua moda transportasi, restoran dan akomodasi mulai beroperasi secara normal kembali. Meski dengan penerapan protokol kesehatan. Promo atau diskon diberikan masyarakat terutama di liburan maupun di weekend.
"Penjualan mobil dan motor meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan peningkatan penjualan perdagangan besar eceran, terutama penjualan daring (marketplace)," ucapnya.
BPS mencatat, pertumbuhan kredit Q to Q disebabkan penempatan dana ke bank milik pemerintah dan swasta terkait program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). []
- Baca Juga: BPS: Selama Mei, Jatim Hanya Dikunjungi 12 Wisman
- Larangan Mudik Pengaruhi Tingkat Inflasi Jawa Timur