Surabaya - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mulai mendalami adanya ancaman bencana likuifaksi (pergerakan tanah) di Jawa Timur. Titik mitigasi itu dipusatkan di Lumajang.
Ketua Tim Peneliti yang juga Penyidik Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Farah Destiasari mengatakan pendalaman melibatkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kegiatan penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik bor tangan dan swedish sounding test.
"Pendalaman ini untuk meneliti potensi likuifaksi di Jatim," katanya, dikonfirmasi, Jumat, 25 September 2020.
Farah menyebutkan daerah yang dianggap berpotensi terjadinya likuifaksi adalah daerah pesisir selatan. Seperti halnya di Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang.
“Kegiatan penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik bor tangan dan swedish sounding test,” ujarnya.
Farah menjelaskan nantinya akan mengambil sampel di 150 titik di semua desa di Kecamatan Kunir. Sementara untuk swedish sounding test, hanya digunakan sebagai pendukung.
Rencananya bor tangan dilakukan di 150 titik dengan berkeliling di 11 desa yang ada di Kecamatan Kunir hingga awal Oktober mendatang. Untuk titik pertama aktivitas bor tangan dan swedish sounding test dilakukan di lahan perkebunan samping Lapangan Sukosari, Dusun Sukomaju, Desa Sukosari.
Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Jatim, Gatot Soebroto menjelaskan pendalaman ini bisa menjadi langkah deteksi dini dan kesiapsiagaan terhadap segala potensi bencana ada di Jatim.
Pihaknya berharap bisa menjadi upaya pengurangan risiko bencana di Jatim dengan mengkaji dan meneliti potensi bencana ini. Mengingat semua orang pasti berharap tidak ingin ada bencana di sekitarnya.
"Maka ita perlu melakukan deteksi dini. Minimal untuk mengurangi risiko bencana, dan meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan,” ucapnya.[]