Jakarta - Gejolak yang terjadi di Afghanistan tidak dipungkiri selalu menjadi hal yang menarik bagi masyarakat Indonesia, karena terdapat isu keagamaan di dalamnya. Tak hanya itu, fakta lainnya bahwa kurang lebih masih ada 7000 pengungsi Afghanistan di Indonesia, sehingga tak sedikit pula yang melakukan euforia di media sosial terkait kembali berkuasanya Taliban.
Sebagaimana diketahui, Kelompok militan Taliban kembali mengambil alih Afghanistan untuk kedua kalinya. Pertama terjadi di tahun 1995, kedua terjadi pada Agustus 2021 lalu. Kudeta tersebut terjadi sebelum pasukan militer Amerika Serikat benar-benar meninggalkan negara tersebut, setelah 20 tahun berada di sana.
Untuk memaksimalkan langkah preventif dalam mengantisipasi dampak pasca berkuasanya Taliban di Afghanistan bagi Indonesia, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H hadir dalam kegiatan Lokakarya yang mengangkat tema “Meningkatkan Peran Intelijen dalam Mengantisipasi Dampak Konflik di Afghanistan” acara ini digelar Rabu, 29 September 2021.
Boy Rafli mengatakan, Taliban sebagai entitas yang melakukan kegiatan aksi kekerasan. Karena itulah, ia tidak ingin aksi kekerasan yang dilakukan kelompok Taliban di Afghanistan dijadikan contoh oleh masyarakat Indonesia.
"Kekerasan yang dilakukan Taliban bukanlah gambaran jati diri bangsa kita, karena kami menyoroti aksi kekerasan Taliban merupakan salah satu karakter kejahatan terorisme, jadi pasca kemenangan Taliban perlu kita waspadai dan antisipasi," ujarnya.
Tak lupa, Boy Rafli juga mengimbau pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan baik dari Polri/TNI terutama Densus 88 dan Intelijen untuk memantau situasi. Selain dengan aparat penegak hukum, BNPT juga akan memaksimal keterlibatan tokoh agama, melalui gugus tugas Pemuka agama yang dimiliki BNPT.
"Konteks pencegahan akan kami (BNPT) tentu kami tingkatkan, BNPT tetap berhati-hati dan waspada dengan terus menjalin komunikasi dengan stekholder yang berkaitan, kita upayakan semaksimal mungkin demi Indonesia yang damai dan aman," katanya.
Boy Rafli juga mengimbau semua pihak agar meningkatkan kewaspadaan di media sosial. Mengingat saat ini banyak euphoria yang beredar pasca Taliban berkuasa.
Kekerasan yang dilakukan Taliban bukanlah gambaran jati diri bangsa kita, karena kami menyoroti aksi kekerasan Taliban merupakan salah satu karakter kejahatan terorisme, jadi pasca kemenangan Taliban perlu kita waspadai dan antisipasi.
Sebagai antisipasi, Boy Rafli memastikan BNPT mengambil langkah antisipasi dengan terus melakukan sosialisasi, menyampaikan kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam menyikapi hal-hal yang berkaitan dengan masalah Taliban.
“Kita cegah dengan kontra narasi karena kemenangan taliban bisa menjadi sebuah inspirasi yang bisa saja membangkitkan semangat radikalisme, kita menerima kenyataan hari ini Taliban telah menjadi sekter kembali, menjadi entitas pemerintah di Afghanistan," katanya.
BNPT tidak ingin catatan-catatan kekerasan Taliban sebagai entitas di masa di masa lalu muncul.
"Yang terpenting adalah jangan sampai contoh-contoh kekerasan yang telah berjalan selama ini itu menjadi sebuah inspirasi bagi masyarakat kita sehingga ini bisa mengganggu suasana kehidupan berbangsa dan bernegara yang tentunya sudah kira rawat dengan menjunjung nilai-nilai kebangsaan kita,” tutup Boy Rafli. []
Baca Juga :
- Berbahaya, Penanganan Terorisme TNI dan Polri Harus Dipisah
- Mantan Kepala BNPT: TNI Jangan Tangani Terorisme
- Kampanye BPIP - BNPT Bersinergi Membumikan Pancasila
- BNPT: Literasi Wawasan Kebangsaan untuk Cegah Radikalisme