Gowa - Pada tahun 2019 jumlah kasus gempa sebanyak 11.588 kali di Indonesia. Hal ini turun dari tahun 2018 yang mencapai 11.920 kali gempa. Sementara pada 2017 kejadian gempa yang terjadi hanya 7.169 kali gempa.
Dari 2017 ke 2018 ini diakui ada lonjakan gempa bumi. Dengan demikian, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat merilis Waring Receiver System (WRS) yakni alat untuk mendeteksi kemungkinan titik-titik rawan bencana. Sekaligus melakukan simulasi secara kebencanaan secara virtual.
Selain untuk mendeteksi kemungkinan titik-titik rawan bencana, alat ini juga teraplikasi secara online.
Kepala BMKG IOWave 2020 Dwikorita Karnawati mengatakan, WRS ini sudah disebar ke seluruh kabupaten kota atau pada 315 lokasi.
"Selain untuk mendeteksi kemungkinan titik-titik rawan bencana, alat ini juga teraplikasi secara online untuk mengetahui peristiwa-peristiwa bencana yang ada di provinsi lain," kata Dwikorita, Selasa 6 Oktober 2020.
Sementara, di Kabupaten Gowa, simulasi kebencanaan tersebut di ikuti Kepala BPBD Gowa Ikhsan Parawansa bersama Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas II Gowa Gandamada Mantodang di ruang operasional WRS BPBD Kabupaten Gowa.
Lanjut Dwikora, ketimbang menebak-nebak kondisi bencana, penting bagi kita menerapkan sistem mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.
"Sehingga kita patut waspada jika sewaktu-waktu akan terjadi gempa dan tsunami. Inilah manfaatnya pelatihan kesiapsiagaan ini untuk menguji kesiapan kita termasudank peralatan lokal yang kita punya," ujar Dwikorita.
Akurasi data WRS, dua menit sudah diolah dan disebarkan ke daerah-daerah yang ada. Bahkan cara kerjanya pun sangat realtime. Sehingga diharapkan tahun depan ada penambahan 100 WRS lagi di seluruh Indonesia.
"Kalau di Sulsel saat ini sudah ada 14 WRS dan di sebar di kabupaten kota. Tahun depan, kita akan ada penambahan lagi tiga untuk Sulsel dan dua unit WRS lagi di Sulbar. Jadi tahun 2020 ini, akan ada penambahan lima WRS," ujar kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas II Gowa Gandamada Matondang. []