Bisnis Kuliner yang Tidak Bikin Capek di Sleman

Pandemi membuat sebagian pelaku usaha banting setir. Salah satu usaha yang dinilai berpeluang adalah usaha kuliner.
Hana Melita, 35 tahun, seorang PNS yang membuka usaha kuliner bersama sang suami, sedang melayani pembeli, Kamis, 21 Januari 2021. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sleman – Setiawan Agung Pamungkas sedang bersantai di ruang dalam tempat usahanya, di Jl Gurameh Raya, Perumahan Minomartani, Kabupaten Sleman. Tubuh bagian atasnya berbalut kaus oblong, dipadu dengan sarung bermotif kotak-kotak yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Selembar masker menutupi separuh wajahnya sore itu, Kamis, 21 Januari 2021.

Di ruangan depan Bouna Cake, tempat usaha milik Iwan, sapaan akrabnya, sang istri, Hana, 35 tahun sedang membantu karyawannya melayani pembeli. Keduanya dengan cekatan mengiris dan mengolesi roti gembong buatan mereka dengan selai beraneka varian rasa.

Dua pembeli duduk di sudut depan outlet, berhadapan dengan semacam meja bartender berwarna putih dengan tulisan ‘Roti Gembong’ berukuran cukup besar.

Aroma sedap yang keluar dari oven pemanggang roti menyebar di penjuru rungan, bahkan hingga ke halaman dan di luar bangunan tersebut.

Roti Gembong 3Seorang karyawan Bouna Cake sedang meracik roti gembong pesanan pembeli, Kamis, 21 Januari 2021. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sebelum pandemi Covid-19, Iwan memiliki usaha lain selain kuliner. Dia membuka usaha penerbitan dan percetakan. Namun pandemi membuat sebagian pelaku usaha banting setir, termasuk Iwan. Dia pun mencoba peruntungan dengan membuka usaha kuliner yang saat ini sedang booming, yaitu roti gembong.

Iwan mengaku baru sebulan terakhir membuka usaha barunya tersebut. Meski demikian, omzet penjualan roti buatannya cukup lumayan. Dalam sehari dia bisa menjual antara 100 hingga 150 porsi.

Usaha yang Buka Kembali

Pria humoris ini menceritakan tahap demi tahap dirinya membuka Bouna Cake. Kata Iwan, walaupn Bouna Cake dengan produk utama roti gembong ini baru berjalan sebulan, tetapi usaha kulinernya ini merupakan usaha lanjutan dari Bouna Cake yang pernah dirintisnya pada tahun 2006.

Bouna Cake part pertama tutup di tengah jalan karena beberapa sebab, di antaranya karena sistem dan manajemen yang digunakan masih tradisional. Selain itu, Iwan merasa kelelahan akibat sistem yang tradisional itu.

Tahun 2006 itu versi rumahan, jadi sistemnya masih tradisional. Akhirnya kecapekan dan kita tutup. Sekarang kita buat bisnis lain yang tidak capek.

“Sebetulnya Bouna part pertama kita sudah pernah bikin tahun 2006. Kita memang waktu itu spesialisasinya menyediakan snack untuk Pemda Sleman, karena memang suplayer snack box di sana kurang variatif,” kata Iwan. Sang istri kebetulan bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman.

Setelah Bouna Cake part pertama tutup, Iwan mulai bergelut dengan kertas-kertas dan buku. Dia membuka usaha penerbitan, yang kini harus tutup akibat pandemi.

“Pas pandemi itu bisnisku yang penerbitan itu kiamat, karena tidak ada orderan dari klien dan tidak ada yang dicetak,” kata Iwan menambahkan.

Iwan dan Hana pun kembali memutar otak untuk membuat usaha baru. Sang istri kemudian mengajaknya ngobrol untuk membahas hal itu. Mereka pun memutuskan untuk kembali membuka usaha kuliner.

“Akhirnya istri ngobrol sama aku. Kita rasan-rasan (ngobrol) bahwa di pemda mulai miskin suplayer snack box. Menurutku bisnis kuliner ini ceruk. Kita pasar sudah ada. Lahirlah Bouna part dua.”

Roti Gembong 2Suasana di outlet Bouna Cake yang menjual roti gembong, di Jl Gurameh Raya, Minomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Kamis, 21 Januari 2021. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

“Bouna part pertama dulu kan tutup karena capek, nah Bouna part dua ini cari yang nggak capek,” kata Iwan sambil tertawa keras.

Sadar bahwa sistem dan manajemen yang digunakannya dulu salah, termasuk mempekerjakan karyawan yang bukan ahli di bidang kuliner, kini Iwan dan Hana mengubah pola usaha mereka. Keduanya mencari karyawan yang profesional dalam pekerjaannya, mulai dari pembuat roti hingga peracik selai.

Dia juga tidak mau membuka usahanya di rumah yang menjadi tempatnya tinggal, dengan alasan hal itu akan kembali membuat mereka kelelahan.

“Akhirnya kita pakai sistem dan tenaga yang memang profesional, tapi jangan di rumah. Akhirnya kita cari tempat, yang penting bisa untuk kitchen, menyuplai snack box untuk pemda. Alhamdulillah dapat di sini, Jl Gurameh Raya, Minomartani,” ucapnya.

Roti Gembong yang Berbeda

Hana sudah selesai melayani pembeli roti buatannya. Dia masuk dan menemani Iwan di ruangan belakang. Sesekali Iwan merayu mesra sang istri sambil bercanda. Hana menanggapi rayuan sang suami dengan seyuman.

Iwan melanjutkan ceritanya didampingi sang istri. Kata Iwan, pemilihan roti gembong sebagai produk unggulan karena belakangan ini roti gembong sedang digemari di Yogyakarta. Untuk memroduksi roti tersebut, dia melakukan riset dengan membeli beberapa roti gembong yang sudah ada sebelumnya.

Roti Gembong 4Seorang karyawan Bouna Cake mengoleskan selai cokelat pada roti gembong yang dijualnya, Kamis, 21 Januari 2021. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

“Kita ngeliat roti gembong lagi happening, terus kita berdua belajar. Kita beli rotinya, kelembutannya kayak gini, rasanya kayak gini, dan itu bisa diduplikasi,” ucapnya.

Akhirnya, setelah yakin dengan pilihannya, keduanya mulai mencari karyawan, membeli alat dan bahan, serta menghubungi suplayer bahan-bahan pembuat kue yang menjadi langganannya saat Bouna Cake part pertama masih buka.

Mengenai kelebihan roti gembong buatannya, kata Iwan terletak pada tekstur roti yang lebih lembut tetapi lebih padat. Tekstur roti, lanjut Iwan, dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan. Dia mengaku menggunakan bahan-bahan premium untuk seluruh produknya.

“Kelebihannya rotinya lebih lembut tapi lebih padat. Kita juga pakai bahan-bahan yang premium.”

Saat ditanya mengenai resep khusus yang digunakan dalam memroduksi roti, Iwan mengatakan dirinya tidak menggunakan resep khusus, termasuk untuk pasta atau selai yang dioleskan. “Nggak ada, kita nggak pakai resep khusus. Kalau mau lihat cara buatnya, ya tinggal lihat saja. Nggak ada resep khusus.”

Selain menjual langsung di outlet, Iwan dan Hana juga menjualnya secara dalam jaringan (daring) atau online melalui aplikasi Grab dan Gojek.

“Di Grab Food dan Go Food juga ada. Omzet dari online sekitar 25 persen, yang banyak tetap retail. Tapi intinya masih minus, belum kembali modal,” ucap Iwan sambil kembali tertawa.

Senada dengan Iwan, Hana menambahkan bahwa dirinya tidak memiliki resep khusus dalam memroduksi roti. Kelebihannya, kata Hana, ada pada tangan para pembuat roti itu.

“Keunggulan kita itu karena tangan pembuatnya, jadi bukan dari resep khusus,” tuturnya.

Roti Gembong 5Hana dan seorang karyawannya sedang meracik roti gembong untuk pembelinya, Kamis, 21 Januari 2021. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Walaupun usaha ini baru dibuka selama sebulan, dalam sehari mereka sudah bisa menjual hingga 150 roti. Pada awalnya mereka memang hanya menyiapkan 100 roti, dengan pertimbangan waktu yang dibutuhkan untuk memroduksi serta terbatasnya kapasitas oven yang dimiliki.

“Mulai kemarin kami siapkan 150 roti, mulai buka dari jam 13.00 sampai malam. Untuk memroduksi roti itu butuh waktu dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang. Itu di luar pesanan dari pemda,” kata Hana menegaskan.

Astuti, 41 tahun, Seorang pembeli yang ditemui di tempat itu, mengaku mengetahui adanya outlet roti gembong Bouna tersebut dari media sosial Facebook. Dia sengaja datang dari rumahnya di kawasan Jl Tentara Rakyat Mataram, untuk menyicipi roti tersebut.

“Iya, sengaja datang ke sini untuk coba roti gembong. Rasanya enak, lembut banget. Selainya juga manisnya pas. Hari ini saya coba beli yang rasa cokelat dan oreo,” kata Astuti yang datang bersama suami dan dua anaknya.

Ke depannya, lanjut Astuti, dia masih akan mencoba varian rasa yang lain, tetapi kemungkinan dia hanya akan memesan melalui aplikasi transportasi daring, karena jarak dari rumahnya ke outlet tersebut cukup jauh.

“Mungkin besok-besok beli lagi yang rasa lain, tapi lewat Go Food. Lumayan jauh perjalanan ke sininya.” []

Berita terkait
Mie Ayam Yogyakarta Racikan Bule Belanda di Bekas Garasi
Seorang bule dari Belanda membantu suaminya menjual mie ayam menjadi viral di Yogyakarta. Ini cerita lengkap Charlotte tentang usahanya.
Kebijakan Joe Biden dan Kue Jill untuk Garda Nasional
Ada yang menarik seusai pelantikan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Sang istri, Jill Biden memberi kue pada anggota Garda Nasional.
Laporan Khusus: Payah Kali Toba Ini...
Payah kali Toba ini, stereotipe yang masih melekat di benak banyak orang luar tentang masyarakat Danau Toba. Benarkah demikian?
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.