Berkah Limbah Ban Bekas Kala Pandemi di Yogyakarta

Seorang pemilik bengkel las di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, menjadi perajin pot berbahan ban bekas akibat pandemi.
Sudadi menunjukkan cara membuat pot tanaman berbahan ban luar sepeda motor bekas, di rumahnya, Dusun Cagunan, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Jumat, 26 Februari 2021. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Bantul – Puluhan pot tanaman berwarna-warni tersusun di halaman depan salah satu rumah di Dusun Cagunan, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, siang itu, Jumat, 26 Februari 2021. Satu ayunan anak-anak terpasang hanya sekitar satu meter dari tumpukan pot tersebut, yang semuanya berbahan dasar ban luar bekas, baik ban sepeda motor maupun ban mobil.

Pot dan ayunan itu merupakan hasil karya si pemilik rumah, Sudadi Joko Triswanto, 42 tahun. Dia memanfaatkan limbah ban untuk dijadikan barang kerajinan.

Di halaman samping rumah, terdapat tumpukan ban luar bekas sepeda motor yang menggunung. Tidak jauh dari situ, sejumlah peralatan las, termasuk batang-batang besi bermacam ukuran.

Joko mengambil beberapa ban bekas yang sudah dipotong, kemudian mencontohkan cara memroduksi kerajinan berbahan ban. Tangannya lincah memasang anyaman ban bekas yang sudah dipaku untuk dijadikan alas pot, kemudian mulai menempelkannya dengan bagian atas pot.

Dampak Pandemi

Sambil mencontohkan cara membuat pot, Joko, sapaan akrabnya menceritakan awal dirinya menggeluti kerajinan berbahan dasar ban bekas.

Cerita Kerajinan Ban Bekas 2Sejumlah pot tanaman berbahan dasar ban luar sepeda motor bekas hasil karya Sudadi Jojko Triswato, 42 tahun. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

“Awalnya kan gara-gara pandemi. Semua pekerjaan kan terpengaruh, apa-apa jadi serba susah. Saya kan buka bengkel las, omzetnya menurun. Sepi banget. Ada tapi kan tidak seperti sebelumnya. Akhirnya saya cari ide,” ucapnya menceritakan.

Saat itu Joko teringat bahwa bisnis tanaman sedang booming, sehingga dia berpikir untuk memroduksi sesuatu yang berhubungan dengan tanaman.

Saya ingat bahwa tanaman sedang booming. Saya pun mencoba bikin pot berbahan ban luar bekas. Saya pasarkan lewat online.

Dia memilih memroduksi pot berbahan ban luar bekas bukan tanpa alasan. Selama ini, kata dia, ban luar bekas sangat jarang digunakan kembali atau diolah menjadi sesuatu. Bahkan ban-ban itu hanya menjadi limbah.

Dia pun memulai usahanya dengan berkeliling ke beberapa lokasi di Yogyakarta dan sekitarnya. “Akhirnya saya keliling sampai ke Kecamatan Kasihan, ke Jl Godean, dll. Awalnya saya hubungi bengkel untuk tanya ban bekas, biasanya limbah ban bekas itu digunakan untuk apa”.

Beberapa bengkel yang dihubunginya mengatakan bahwa ban luar bekas tidak digunakan lagi oleh mereka. Tapi ada orang lain yang sering datang untuk mengambil ban-ban bekas tersebut.

Singkat cerita, Joko pun mendapatkan pemasok ban luar bekas. Sekali mengambil ban bekas tersebut, dia mengeluarkan biaya sekitar Rp 600 ribu, jumlahnya pun tak tanggung-tanggung, yakni sebanyak satu truk.

“Biasanya kalau ambil satu truk itu habisnya sekitar Rp 600 ribu, itu termasuk untuk solar dan tenaga,” ucapya menambahkan.

Proses Produksi

Joko masuk ke dalam rumah, kemudian kembali keluar dengan mambawa sebungkus rokok kretek kesukaannya. Setelah menyulut ujung rokok dan mengembuskan asapnya, dia melanjutkan ceritanya.

Cerita Kerajinan Ban Bekas 3Seorang anak bermain ayunan berbahan ban luar bekas hasil karya Sudadi Joko Triswanto, 42 tahun, di rumahnya, Jumat, 26 Februari 2021. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Kata Joko, sebenarnya semua ban luar bekas bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan pot dan ayunan, atau kursi, kecuali ban yang sudah meletus, karena secara fisik sudah robek.

“Semua ukuran juga bisa digunakan karena kan nantinya untuk bagian yang berbeda, misalnya untuk alas dll. Alasnya dari ban yang dipotong dan dianyam,” kata dia melanjutkan.

Untuk memroduksi satu unit pot tanaman, yang pertama kali dilakukan adalah menghilangkan sisi pinggir ban menggunakan pisau. Setelah itu, ban tersebut dibalik, sisi dalamnya berada di luar.

“Selanjutnya dirangkai. Saya menggunakan paku dan palu, semuanya manual.”

Dari seluruh proses pembuatan, yang tersulit adalah proses membalik ban, terutama ban mobil. Proses itu menjadi yang tersulit karena membutuhkan banyak tenaga.

Meski saat ini usahanya mulai banyak dikenal, Joko masih memroduksi kerajinan itu sendiri. Dia belum mempekerjakan orang untuk membantunya berproduksi, sebab saat ini dai masih merasa bahwa usaha kerajinan itu sebagai usaha sampingan.

“Saya masih produksi sendiri karena masih untuk usaha sampingan. Saya juga tidak menitip di toko. Sebagian pembeli datang langsung ke sini untuk membeli. Mereka biasanya mendapat informasi dari grup jual beli di Facebook.”

Pot yang dibuatnya terdiri dari beberapa ukuran, tergantung dari diameter ban yang digunakan, yakni mulai ukuran 40 sentimeter hingga 60 sentimeter. Sementara, kerajinan berupa ayunan anak dia menggunakan ban motor ukuran 14 inchi.

Cerita Kerajinan Ban Bekas 4Sudadi Joko Triswanto, 42 tahun, sedang mengatur pot-pot bunga berbahan ban luar bekas hasil karyanya, di rumahnya, Jumat, 26 Februari 2021. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Pot bunga dijualnya mulai harga Rp 35 ribu hingga Rp 75 ribu, sedangkan untuk ayunan anak dibanderol dengan harga Rp 40 ribu. Biasanya para pembeli datang langsung ke rumahnya, tapi jika mereka ingin diantarkan, Joko mematok ongkos kirim sebesar Rp 10 ribu per unitnya, atau disesuaikan dengan jarak pengantaran.

“Sehari tidak tentu memproduksi berapa biji. Biasanya sehari saya bikin alas, besoknya bikin bagian lain. Saya bikinnya biasanya malam hari atau saat senggang, sebab saya kalau siang fokus di bengkel las,” ucapnya menambahkan.

Pembeli barang kerajinan karyanya sebagian besar masih berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya. Dia pernah mendapat pesanan dari Bekasi, namun akhirnya Joko membatalkan karena ongkos kirim yang dirasa terlalu mahal.

“Pembeli ya belum tiap hari ada, tapi sudah lumayan banyak yang tahu.”

Dia juga menjelaskan bahwa awalnya sempat terbersit ide untuk memasarkan pot-pot hasil karyanya ke instansi-instansi seperti sekolah. Tapi kondisi pandemi membuat dia menunda rencananya.

Ide untuk menawarkan ke sekolah-sekolah didasari oleh banyaknya kejadian anak-anak sekolah yang bermain di halaman sekolah mereka, misalnya bermain bola, kemudian memecahkan pot bunga milik sekolah.

“Tapi saat ini karena masih pandemi, sekolah masih belajar daring. Kalau di sekolah kan misalnya SD biasanya kan bermain di halaman, main sepak bola dll. Nah kan banyak yang mengeluhkan banyak pot tanaman yang pecah, saya pikir ini solusinya,” tuturnya memaparkan.

Cerita Kerajinan Ban Bekas 1Sudadi Joko Triswanto, 42 tahun, menunjukkan proses pembuatan kerajinan pot bunga berbahan ban luar sepeda motor, di rumahnya, Jumat, 26 Februari 2021. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Hingga saat ini setidaknya sudah ada dua sekolah yaang memesan pot bunga buatannya, masing-masing memesan sebanyak satu lusin atau 12 buah.

Yuli, 41, seorang rekan Joko yang kebetulan sedang berkunjung untuk melihat-lihat pot dan ayunan, berpendapat pot bunga dan ayunan hasil karya Joko cukup bagus dan menarik.

“Pertama kali saya lihatnya dari FB (Facebook). Pas saya lihat kok bagus-bagus, jadi saya penasaran dan datang ke sini untuk melihat langsung,” ucap Yuli yang datang bersama suami dan anaknya.

Hal yang menarik dari karya-karya Joko, lanjutnya, karena Joko mengolah limbah yang selama ini sangat jarang digunakan atau diolah menjadi barang berguna. Secara tidak langsung, kata dia, Joko membantu mengurangi limbah dengan menjadikannya sebagai barang berguna.

“Paling tidak barang-barang ini bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Mengurangi limbah dan kalau dijadikan tempat sampah kan berarti menjaga kebersihan.”

Yuli bahkan mengatakan tertarik untuk turut menjualkan barang kerajinan temannya itu dengan cara online. “Ada sih rencana ikut menjualkan, tapi nantilah dilihat,” katanya. []

Berita terkait
Band Punk Rebel Riot Protes Antikudeta di Myanmar
Salah satu band punk terkenal di Myanmar membuat video klip lagu terbaru sebagai bentuk aksi proter antikudeta di negara itu.
Rezeki dari Bongkahan Batu Berlubang di Yogyakarta
Pandemi Covid-19 menyebabkan seorang pemuda di Yogyakarta harus dirumahkan dari tempatnya bekerja. Dia pun memulai usaha barunya menjual batu.
Jumat Kelabu di Kediaman Pendiri Tagar.id Viktor S Sirait
Langit kelabu memayungi perumahan keluarga pendiri Tagar.id Viktor S. Sirait di Cibinong, Jumat itu. Tanah basah menghampar, jejak hujan pagi.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.