Bekas Tempat Sampah yang Jadi Kebun Warga di Bandung

Beragam tanaman ada di kebun milik Kelompok Kebun 04 Pacing binaan Terminal BBM (TBBM) PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) III
Lahan di area Kelompok Kebun 04 Pacing, Kelurahan Cisarenten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, yang sudah ditanami benih pakcoy. (Foto: Tagar/Fitri Rahmawaty)

Bandung - Satu persatu daun-daun yang mati yang berguguran di tanah dikumpulkan ke dalam kantong plastik. Kemudian perempuan itu, Iin Sumiati, 54 tahun, menyiram tanaman di tempat itu.

Beragam jenis tanaman ada di situ, di kebun milik Kelompok Kebun (Pokbun) 04 Pacing binaan Terminal BBM (TBBM) PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) III. Mulai dari tanaman hias, sayuram, tanaman obat, hingga pohon buah-buahan, seperti mangga.

Lokasi itu dulunya merupakan tempat sampah. Namun kemudian diolah dan diberdayakan menjadi kebun produktif yang bermanfaat untuk warga Pacing dan sekitarnya.

Iin Sumiati adalah salah Sekretaris Pokbun 04 Pacing, Kelurahan Cisarenten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Ia bersama warga lainnya, terutama pengurus Pokbun 04 Pacing, yang telah mengoptimalkan lahan itu menjadi bermanfaat untuk warga.

Sambil merapikan bibit cabai rawit atau yang lebih dikenal dengan sebutan cengek, Iin Sumiati bercerita awal terbentuknya Pokbun 04 Pacing binaan (TBBM) PT Pertamina (Persero) MOR III.

Terbentuk Tahun 2015

Menurut Iin, Pokbun 04 Pacing terbentuk tahun 2015. Saat itu ada mahasiswa kedokteran salah satu universitas di Bandung yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Cisarenten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung.

Mereka berencana membuat program pemanfaatan lahan. Mereka pun menjadikan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang ada di Kelurahan Cisarenten Kidul ini menjadi kebun.

“Dulu (di 2015) saat Ibu jadi RT disini, ada mahasiswa yang KKN disini yang membuat program pemanfaatan lahan. Waktu itu, mereka beranggapan TPS hanya membuat lingkungan kotor dan bau, juga sumber penyakit karena letaknya berdekatan dengan pemukiman warga. Setelah berunding (dengan RW dan pihak Kelurahan Cisarenten Kidul) akhirnya ide mereka disetujui,” kata dia kepada Tagar, Selasa 8 September 2020.

Cerita Kelompok Kebun Bandung (2)Iin Sumiati, Sekretaris Kelompok Kebun 04 Pacing, Kelurahan Cisarenten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, sedang memeriksa tanaman. (Foto: Tagar/Fitri Rahmawaty)

Saat awal terbentuk, luas lahan Pokbun 04 Pacing hanya sekitar satu atau dua meter. Tanamannya pun hanya tanaman obat dan beberapa tanaman buah-buahan. Seperti pohon mangga dan belimbing yang sekarang sudah besar, ditambah dengan beberapa tanaman herbal lainnya, seperti sirih, jahe merah dan lain sebagainya.

Mereka (mahasiswa KKN) menyarankan kalau Pokbun 04 Pacing ini lebih baik ditanami tanaman obat-obatan, dan kami pun mengiyakannya. Waktu awal-awal lahan ini lebih banyak tanaman obat-obatan, dan warga disini pun bebas mengambil apabila membutuhkan.

Sekitar 2 tahun kemudian, Kepala Urusan Ekonomi Pembangunan (Ekbang) Desa Kelurahan Cisarenten Kidul menyarankan agar Pokbun 04 Pacing diperluas pemanfaatannya, dengan pertimbangan lahan yang dimiliki cukup luas.

“Melihat keberhasilan kebun ini, dari Kelurahan Cisarenten Kidul pun menyarankan perluasan lahan dan jenis tanaman yang ditanam. Tetapi, kami tak memiliki uang, akhirnya kami bersama pihak Kelurahan Cisarenten Kidul mengajukan proposal bantuan dan pembinaan kepada TBBM PT Pertamina (Persero) MOR III. Alhamdulilah disetujui,” kata dia.

Pembinaan dari TBBM PT Pertamina (Persero) MOR III tersebut dimulai sekitar tahun 2017. Sejak saat itu kemajuan demi kemajuan semakin terasa. Mulai dari pengelolaan lahan yang semakin luas hingga jenis tanaman yang makin beragam, dan adanya kolam ikan.

“Alhamdulilah sejak dibantu TBBM PT Pertamina MOR III Pokbun kita mulai maju. Lahan yang dimanfaatkan mulai diperluas sekitar 30 meter. Alhamdulilah juga dibantu Dinas Pertanian Kota Bandung, bantuan Pertamina sangat bermanfaat, sampai kami bisa punya kolam ikan,” kata dia.

“Alhamdulilah pembinaan dari TBBM PT Pertamina sangat bermanfaat, terima kasih banyak kepada Pertamina. Kalau tidak ada pembinaan dari Pertamina mana bisa kita punya listrik, kursi, sauang dan semua yang kami miliki (kelola) sekarang."

Manfaat Pembinaan dari TBBM Pertamina

Pembinaan dari TBBM PT Pertamina (Persero) MOR III bukan hanya merambah sektor perkebunannya saja, tetapi juga inovasi dalam mengolah hasil dari produk berkebun saat ini. Di antaranya adalah inovasi pembuatan kue stik sayur pakcoy dan puding bayam merah, dan hijau.

Pelatihan-pelatihan dan dorongan untuk berinovasi dari TBBM PT Pertamina (Persero) MOR III dan Dinas Pertanian Kota Bandung, kata dia, sangat membantu inovasi yang dibuat Pokbun 04 Pacing.

“Berawal dari seringnya ikut penyuluhan olahan makanan. Habis itu kami dapat ide untuk membuat olahan yang bahannya berasal dari kebun. Ide muncul saat banyaknya ibu-ibu disini mengeluhkan anak-anaknya tidak suka makan sayur, nah muncullah ide membuat stik dan puding sayur, bahkan kami saat ini sedang membuat bakso. Alhamdulilah respon anak-anak disini mulai suka sayuran,” ujar dia lagi.

Keripik bayam, lanjut Iin, adalah olahan paling diminati anak-anak bahkan orang dewasa. Ke depannya, ucap Iin lagi, Pokbun 04 Pacing akan terus berinovasi mengolah bahan makanan yang ada di kebun menjadi aneka cemilan atau pangan yang disukai anak-anak.

“Insyallah kita akan terus berinovasi, mudah-mudahan akan semakin banyak olahan makanan yang laku dijual,” kata dia.

TBBM PT Pertamina (Persero) MOR III juga melakukan pembinaan untuk pemasaran produk warga, dengan cara mendorong pemasaran online, yang saat ini lebih populer dibandingkan berjualan langsung.

Apalagi ditengah pandemi seperti ini, disaat masyarakat lebih banyak di dalam rumah masih takut untuk beraktivitas di luar rumah.

“Waktu itu sebelum adanya Covid-19, Pertamina pernah memberikan pembinaan pemasaran online. Mereka mendorong kami bisa memasarkan semua produk olahan termasuk menjual tanamannya, bibit, bunga dijual online. Tapi ya, kami sampai sekarang belum begitu paham soal handphone (gawai). Masih sedikit bingung kalau pakai handphone. Jual online harus masuk dulu terus diminta apa itu kata kunci, memang susah ya,” keluh dia sambil tertawa malu.

Akhirnya, pemasaran dengan sistem online tidak begitu maksimal dikerjakan oleh Pokbun 04 Pacing karena ketidakmampuan anggota dalam memasuki pasar online. Meski demikian, Ketua Pokbun 04 Pacing masih berusaha bisa berjualan online, walau sebatas penjualan di facebook dan group whatsapp saja.

“Saya mah kurang paham kalau masuk pasar online itu, seperti bukalapak atau apa gitu. Instagram dan apa ya saya lupa. Saya bisa facebook, itupun harus masih dibantu anak saya. Akhirnya anaknya Pak Ayi Safaat (Ketua Pokbun 04 Pacing) yang mencoba berjualan online, olahan makanan dari Pokbun 04 Pacing. Tapi itupun baru di media sosial, alhamdulilah kita bersyukur setidaknya ada peningkatan penjualan. Apalagi setelah Covid-19, sudah jarang ada yang membeli langsung kesini,” ucapnya mengeluh.

Cerita Kelompok Kebun Bandung (3)Iin Sumiati, Sekretaris Pokbun 04 Pacing, Kelurahan Cisarenten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung (kiri) dan Ayi Safaat, ketua Pokbun 04 Pacing, Kelurahan Cisarenten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. (Foto: Tagar/Fitri Rahmawaty)

Peningkatan penjualan tak hanya di olahan makanan, ada juga peningkatan penjualan sayuran dan bibit, dan beberapa untuk jenis bunga hias tetapi tak begitu banyak seperti sayuran yang biasanya banyak diminati.

“Pak Ketua biasanya sering ambil foto sayuran yang akan dipanen, bunga, bibit dan makanan olahan di facebook, dia juga yang mengirimkan ke pembeli. Alhamdulilah ada banyak pembeli walaupun tak sebanyak saat belum ada Covid-19. (Sebelum Covid-19) banyak orang datang kesini, terutama dari luar. Kalau penduduk sini-mah sudah rutin membeli sayuran di sini,” ujar dia.

Sementara, Ketua Pokbun 04 Pacing, Ayi Syafaat, 54 tahun, menjelaskan tentang keinginannya dan anggota yang lain untuk memperluas dan memperindah kebun mereka. Dia bahkan bercita-cita menjadikan Pokbun 04 Pacing ini menjadi mini agrowisata.

Sambil menunjukkan berbagai jenis tanaman dan memberi makan ikan lele di kolam, ia bercerita tentang pokbun itu.

“Jadi gini, Neng. Memang kalau dibandingkan dengan Pokbun Flamboyan yang masih satu Kelurahan Cisaranteun Kidul mah kebun kita masih kalah bagus dan kalah populer. Bukan karena konsep yang diusung juga, Pokbun Flamboyan hidroponik dan Pokbun 04 Cipacing organik. Mungkin ke bentuk (rupa) kebunnya kali ya Neng? Kalau kebun kita bisa ditingkatkan, bapak percaya kebun ini bisa sama-sama bagus seperti Pokbun Flamboyan,” kata dia.

Senada dengan yang disampaikan Iin, Ayi menjelaskan, setelah adanya bantuan dan pembinaan dari PT Pertamina (Persero) MOR III, banyak kemajuan yang diraih oleh Pokbun 04 Pacing. Mulai dari luas, sarana dan prasarana, listrik, saung berbahan besi ringan, kolam, kursi untuk para tamu, aneka jenis tanaman sayur, bunga, herbal, serta olahan makanan.

Neng, sebelum di bantu mah (dibantu PT Pertamina (Persero) MOR III) lahan kebun ini teh kecil, jarang juga orang yang mau datang ke sini atuh. Da apa yang bisa dilihat, paling yang mau beli sayuran atau bibit tanaman,” ujar dia.

Tapi, setelah dibantu dan dibina oleh PT Pertamina (Persero) MOR III banyak pengunjung yang datang ke Pokbun 04 Pacing. Bahkan sebelum pandemi Covid-19, biasanya pada hari Sabtu atau Minggu atau hari libur, banyak pembeli atau pengunjung yang mau belajar bercocok tanam organik. Biasanya mereka datang berkelompok.

“Pernah ada yang dari Jakarta, kalau tidak salah itu Komunitas Menanam Jakarta, yang dari Kota Bandung juga lebih banyak lagi. Biasanya ibu-ibu, anak-anak sekolah yang belajar bercocok tanam. Seperti TK Cempaka Arum dan Adipura pernah kesini, belum yang lainnya tapi saya lupa nama-namanya,” kata dia.

Ayi juga menyarankan agar kelompok atau orang-orang yang ingin berkunjung ke Pokbun 04 Pacing, sebaiknya memberitahu sebelumnya. Supaya anggota Pokbun 04 Pacing mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk konsumsi dan materi yang akan dipelajari.

“Mau berkunjung ke kita mah gratis, tidak ada pembayaran tiket. Tapi misalkan mau makan dan minum pengunjung bisa memesan catering ke salah satu anggota Pokbun 04 Pacing. Bisa meminta jenis makanan yang diinginkan,” ucapnya.

Harga Bibit Tanaman Rp 5 Ribu

Saat ini pihaknya juga menyediakan bibit tanaman, harganya mulai Rp 5 ribu, yakni untuk bibit cabai atau cengek. Tapi untuk bibit tanaman herbal, pihaknya memberikan secara gratis karena tujuannya untuk membantu. Sementara, untuk hasil panen tanaman, bisa dibeli langsung atau melalui sistem online, termasuk olahan hasil kebun itu.

“Iya, adanya Pokbun 04 Pacing ini dirasa membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pangan sayuran dan ikan karena disini disediakan, murah lagi. Jadi ekonominya berputar di kita juga. Masyarakat mengelola dan membeli, uang hasil berjualan kembali lagi untuk kebutuhan kebun. Alhamdulilah Neng, kita sangat bersyukur sudah dibantu Pertamina,” kata dia sambil melempar pakan ikan.

Cerita Kelompok Kebun Bandung (4)Ayi Syafaat, Ketua Pokbun 04 Pacing, Kelurahan Cisarenten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, sedang memberi makan ikan lele. (Foto: Tagar/Fitri Rahmawaty)

Dia berharap Pokbun 04 Pacing bisa menjadi mini agrowisata, minimal luasnya ditambah dan dipercantik lagi agar lebih banyak pengunjung, serta jenis tanaman dan ternak yang juga ditambah.

Harapan lain adalah agar Pokbun 04 Pacing ini memiliki air jet pump, karena selama ini air untuk menyiram tanaman harus mengambil air sungai secara manual. Terlebih saat kondisi musim kering, sangat susah mencari air hanya untuk sekedar menyiram air dan mengganti air kolam ikan, terutama ikan lele yang dalam ember.

Dia menambahkan, masih banyak hal yang dibutuhkan oleh Pokbun 04 Pacing, di antaranya pagar besi di sekeliling kebun agar tidak ada ayam atau ternak warga yang merusak kebun, atau orang iseng yang mengambil bunga, selanjutnya, pembangunan toilet, karena selama ini pengunjung harus menumpang ke rumah warga.

“Kalau dihitung kasar mungkin Rp 20 juta yang kita butuhkan. Saya pun bingung harus bagaimana, karena pemasukan Pokbun 04 Pacing tak menentu tergantung hasil panen, ikan dan penjualan bibit,” keluh dia.

Dihubungi terpisah, Unit Manager Communication, Relation dan CSR PT Pertamina (Persero) MOR III, Eko Kristiawan menuturkan program kebun atau urban farming binaan TBBM Pertamina (Persero) MOR III atau (Pertamina FT Bandung Group) berawal dari program Corporate Social Responsibility (CST) Omaba (Ojek Makanan Balita).

Program Omaba ini bertujuan turut membantu masalah stunting di wilayah Kecamatan Cisaranten Kidul, Kota Bandung. Salah satu inovasinya yakni, memberikan makanan sehat untuk anak-anak stunting.

“Terkait Omaba yang membutuhkan sayuran sehat dan organik untuk diolah menjadi makanan sehat. Maka, dibentuklah program kelompok berkebun atau urban farming di lingkungan sekitar yang wilayahnya melaksanakan program Omaba ini. Harapannya kelompok kebun ini dapat menyupai sayuran untuk bisa diolah,” tuturnya saat dihubungi Minggu 27 September 2020.

Program berkebun atau urban farming ini juga sebagai upaya TBBM Pertamina (Persero) MOR III bersinergi dengan Pemerintah Kota Bandung, terutama untuk mendukung ketahanan pangan di Kota Bandung. Oleh karena itu, TBBM Pertamina (Persero) MOR III berupaya membentuk program urban farming ini di setiap wilayah.

“Juga (pertimbangan) melihat potensi lahan-lahan yang tidak terpakai dan bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar yang bisa bermanfaat pada peningkatan ekonomi. Apalagi dalam kondisi pandemi, kehadiran urban farming sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya,” kata dia.

Cerita Kelompok Kebun Bandung (5)Agar-agar yang merupakan olahan dari sayuran, kreasi Kelompok Kebun 04 Pacing, Kelurahan Cisarenten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. (Foto: Tagar/Fitri Rahmawaty)

Eko menjelaskan, sejauh ini TBBM Pertamina (Persero) MOR III baru memberikan pembinaan program urban farming bagi 4 kelompok kebun diantaranya; Pokbun Flamboyan, Pokbun 04 Pacing, Sapuluh dan Alamanda.

Ke depannya tidak menutup kemungkinan jumlah kelompok kebun yang dibina bertambah. Namun, pembinaan yang akan dilakukan untuk kelompok kebun baru akan dibantu oleh kelompok-kelompok berkebun yang sudah dibina oleh CSR Pertamina FT Bandung Group atau (TBBM Pertamina (Persero) MOR III).

Sebab kelompok kebun yang sudah ada ini, telah menjadi kelompok rujukan berkebun se-Kota Bandung.

Bahkan untuk Pokbun Flamboyan 14, menurutnya sudah bertaraf Provinsi Jawa Barat. Sehingga diharapkan bisa melakukan transfer pengetahuan kepada kebun-kebun baru.

“Tahun ini saja, Pokbun Flamboyan sudah membuat chanel Youtube terkait cara-cara berkebun di kala pandemi seperti saat ini,” kata dia.

Mengenai bentuk pembinaan yang diberikan ungkap Eko, TBBM Pertamina (Persero) MOR III tidak membantu dalam bentuk uang tunai, tetapi berupa bantuan infrastruktur, seperti akuaponik dan sarana prasarana berkebun.

Termasuk juga melakukan pembinaan, berupa penyuluhan atau dorongan kelompok kebun untuk berinovasi membuat olahan dari hasil berkebun yang bisa dijual dan mempunyai nilai ekonomi lebih.

“Seperti olahan pakcoy, ice cream, mie cendol dan jenis makanan lainnya yang bisa diolah dan dijual. Tak hanya mendorong inovasi mengolah makanan, kami pun membantu dan mengajak Pokbun yang kita bina untuk mempunyai izin halal,” harap Eko.

Pihaknya juga selalu mendukung kelompok kebun binaan TBBM Pertamina (Persero) MOR III untuk mengikuti kegiatan pameran untuk lebih memperluas pasar. Salah satu kegiata yang pernah diikuti yaitu, Bandung Agri Market.

“Dan di 2019, kelompok kebun yang kita bina mendapatkan juara kebun terkreatif se-Kota Bandung,” kata dia.

Eko menambahkan, pembinaan yang dilakukan tersebut memiliki jangka waktu 5 tahun yakni mulai 2017-2021 dengan harapan semua kelompok kebun yang dibina bisa menjadi mandiri, bermanfaat bagi masyarakat luas. Dalam kegiatan pembinaan, lanjut dia, TBBM Pertamina (Persero) MOR III bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pangan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung.

“Jadi bantuan berupa pembinaan, support kegiatan untuk mendukung penambahan ekonomi lebih dari yang sekarang ini sudah direncanakan dari awal mulainya program, dan setiap tahunnya dilakukan rencana kegiatan bersama-sama,” ucap dia. []

Berita terkait
Penjual Balon Difabel di Kotagede Yogyakarta
Seorang kakek difabel berusia 66 tahun tetap turun ke jalanan untuk menjual balon gas di kawasan pasar Kotagede Yogyakarta demi menyambung hidup.
Jantan, Betina, dan Mandulnya Pohon Kurma di Sleman
Seorang petani kurma di Kabupaten Sleman mengisahkan awal ketertarikannya terhadap kurma, serta jenis pohon kurma jantan, betina, dan mandul.
Meredupnya Sinar Kejayaan Tembakau di Temanggung
Harga tembakau Temanggung semakin merosot akibat pandemi Covid-19, untuk tembakau kualitas bagus atau grade D harga jualnya Rp 60 ribu.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.