Barter Sukhoi 35 Dengan Hasil Bumi, Kenapa Tidak?

Barter, dengan apa pun itu, hanyalah bentuk transaksi jual beli dua atau lebih barang dengan nilai yang sesuai dan saling menguntungkan.
Sukhoi SU-35. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pada 3-5 Agustus 2017 melakukan lawatan ke Rusia untuk memuluskan rencana tersebut. Pemerintah juga akan menawarkan komoditas lain kepada Rostec selaku rekanan Indonesia dalam skema imbal dagang tersebut. (Foto: Ist.)

Jakarta, (Tagar 9/8/2017) – Publik tentu masih ingat saat pesawat buatan Indonesia, CN-235 hendak dibeli Vietnam secara imbal dagang (barter) dengan komoditas beras merah dan ketan hitam hasil bumi negara itu beberapa tahun lalu? Saat itu, cara imbal dagang dengan komoditas hasil bumi masih asing terdengar. Bahkan sempat ada olok-olok tentang barter tersebut. Bagi sebagian masyarakat, mungkin imbal dagang pesawat yang bermuatan teknologi canggih tak sepadan dengan hasil bumi yang ‘hanya’ ditanam oleh petani.

Sesungguhnya, imbal dagang atau sistem barter adalah hal yang lumrah dilakukan antarnegara yang sama-sama membutuhkan. Barter, dengan apa pun itu, hanyalah bentuk transaksi jual beli dua atau lebih barang dengan nilai yang sesuai dan saling menguntungkan. Jadi, barter pesawat dengan komoditas hasil bumi, kenapa tidak?

"Prinsipnya adalah saling menguntungkan kedua belah pihak. Faktor penting yang patut diperhatikan adalah tahapan barter karena spesifikasi keduanya yang berbeda. Tahapan barter harus disusun sesuai skema tahapan pengadaan peralatan militer yang membedakan antara 'acquisition' dengan 'procurement'," papar Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati atau biasa disapa Nuning.

Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menindaklanjuti rencana imbal dagang dengan perusahaan asal Rusia, Rostec, yang ingin melakukan barter pesawat Sukhoi SU-35 dengan hasil perkebunan Indonesia.

Barter Pesawat dengan Komoditas Sudah Lama Dilakukan

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pada 3-5 Agustus 2017 melakukan lawatan ke Rusia untuk memuluskan rencana tersebut. Pemerintah juga akan menawarkan komoditas lain kepada Rostec selaku rekanan Indonesia dalam skema imbal dagang tersebut.

"Rencana imbal dagang ini sudah hampir final. Namun, kami masih menawarkan produk Indonesia lainnya untuk diekspor ke Rusia selain karet yang mereka minta," kata Enggartiasto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (3/8).

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengungkapkan, timbal balik pembelian pesawat Sukhoi SU-35 dari Rusia dengan sejumlah komoditas Tanah Air telah dilakukan sejak lama. Jadi, ujarnya, hal itu bukanlah sesuatu yang baru.

"Pembelian (Sukhoi) seperti itu sudah lama. Saya sejak menjadi Panglima TNI pada 1998 sudah memberlakukan hal itu. Komoditasnya macam-macam sesuai dengan penjual atau pihak ketiga," kata Wiranto. (rif/ant)

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.