Bara JP: Jokowi Telah Berikan Bukti, yang Lain Belum

Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah berhasil membuat tonggak kemajuan Indonesia
Pengurus Pusat Bara JP Viktor S Sirait (kiri) saat bercanda adu panco dengan Presiden Joko Widodo. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 8/1/2019) - Viktor S Sirait dari DPP Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) mengatakan periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo telah berhasil membuat tonggak kemajuan Indonesia. Pemerintahan Jokowi dinilai cukup berhasil menciptakan pondasi pembangunan demi pemerataan dan kesejahteraan Indonesia.

"Selama empat tahun Jokowi menjadi presiden, hasilnya sangat dirasakan oleh rakyat di berbagai daerah. Jokowi menghilangkan disparitas antardaerah melalui infrastruktur, lapangan terbang, pelabuhan, perbaikan bidang pendidikan, kesehatan, KIP, KIS. Ini tonggak kemajuan yang belum pernah ada pada masa-masa presiden sebelumnya dan menjadi landasan ke depan," kata Viktor.

Dia mengatakan Jokowi telah berhasil memberikan bukti, bukan fiksi seperti yang selama ini disampaikan oleh kubu Calon Presiden-Wakil Presiden Prabowo-Sandiaga Uno.

"Bukti apalagi yang bisa membuka mata kubu Prabowo-Sandi? Lihat Freeport, setelah 50 tahun dimiliki pihak asing, Indonesia akhirnya menguasai 51 persen saham Freeport. Di Riau juga ada Blok Rokan dan Kaltim Blok Mahakam yang sudah dikuasai Indonesia," katanya. 

Dia lantas membeberkan beragam program pembangunan masa Pemerintahan Jokowi yang sudah selesai. 

Hingga tahun 2018, pemerintahan Jokowi-JK berhasil membangun jalan sepanjang 3.432 km dan jalan tol sepanjang 947 km. Pembangunan jembatan juga dilakukan, yakni sepanjang 39 km dan jembatan gantung 134 unit.

Baca Juga: Melihat Hilir Mudik Kapal Domestik dan Internasional di Kotabaru

Pemerintahan Jokowi juga membangun jalur kereta api sepanjang 754,59 km spoor dan peningkatan dan rehabilitasi jalur sepanjang 413,6 km spoor.

Pembangun rel kereta api di luar pulau Jawa pun makin digencarkan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah Kementerian Perhubungan yang mempercepat pembangunan jalur KA yang akan menghubungkan Kota Makassar hingga Parepare sepanjang sepanjang 145 km. Lebih lanjut, pembangunan Light Rail Transit (LTR) dilakukan di Jawa dan Sumatera Selatan. 

Di daerah Jakarta, LRT dan Mass Rapid Transit (MRT) dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2019 ini. Ketergantungan publik pada kendaraan pribadi pun diharapkan akan berkurang.

Jalur kereta api pun semakin populer di kalangan masyarakat. Tercatat, rata-rata pertumbuhan penumpang kereta api antara 2014-2017 mencapai 8,9 persen. Angka itu mengalahkan pertumbuhan penumpang pesawat yang hanya 6,5 persen.

Beralih ke jalur udara, pembangunan bandara telah dilakukan di berbagai pulau, mulai dari Papua sampai Kalimantan.

Beberapa bandara yang sukses dibangun adalah Bandara Maratua di Kabupaten Berau, Bandara Kertajati di Majalengka, Bandara Morowali di Kabupaten Morowali, dan Bandara Werur yang berdekatan dengan kawasan wisata Raja Ampat.

Sama halnya dengan jalur darat, pembangunan di era Jokowi ikut berfokus pada revitalisasi. Sebanyak 408 bandara telah direvitalisasi dan dikembangkan. Bandara-bandara tersebut berada di daerah rawan berencana, terisolasi, dan wilayah perbatasan.

Baca Juga: Pintu Kerusuhan Menjelang Pemilu

Meski pertumbuhan penumpang angkutan udara lebih rendah dari kereta api, tetapi pembangunan jalur udara memberi hasil ekonomi signifikan bagi daerah terpencil atau sulit dijangkau. Sebab, terjadi penurunan selisih harga kebutuhan pokok sebesar 57,21 persen berkat transportasi udara.

Sebagai negara kepulauan, laut tidak akan lepas dari perekonomian Indonesia. Hal ini tidak hanya dalam artian industri perikanan, melainkan dalam pengiriman logistik antar pulau yang bisa semakin terjangkau via laut.

Hingga 2018, pemerintahan Jokowi berhasil membangun 19 pelabuhan. Sekali lagi, pembangunan tersebut juga digencarkan di timur Indonesia.

Beberapa di antaranya adalah Pelabuah Laut Tapaleo di Maluku Utara dan Pelabuhan Untia di Makassar. Yang tak kalah fenomenal adalah pembangunan Makassar New Port yang kelak akan menjadi pelabuhan terbesar di timur Indonesia, serta bisa mengirim logistik dari wiayah timur langsung ke negara-negara Asia Tenggara dan Timur.

Pembangunan yang berorientasi pada ketahanan pangan mencangkup bendungan, embung, dan jalur irigasi. Salah satu bendungan yang dibangun adalah Bendungan Tanju di Nusa Tenggara Barat.

Ada pula Bendungan Jatigede yang telah beroperasi pada Januari 2017 lalu. Bendungan ini sejatinya merupakan visi Presiden Soekarno yang selesai di era Jokowi.

Pembangunan embung dilakukan oleh Kementerian PUPR (846 unit), Kementerian Pertanian (2.348), dan Kementerian PDTT (1.927). Totalnya sejauh ini adalah 5.121 embung.

Jaringan irigasi juga dikembangkan. Pembangunan jaringan baru seluas 860.015 hektar, dan yang direhabilitasi mencapai 2.319.693 hektar.

"Itu sebabnya, demi kesinambungan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, Jokowi harus diberikan kesempatan memimpin Indonesia satu periode lagi," ujarnya. []


Berita terkait