Bapak Bom Nuklir Pakistan Meninggal Karena Covid-19

Abdul Qadeer Khan, tokoh kontroversial yang dikenal sebagai “bapak bom nuklir” Pakistan tutup usia pada Minggu, 10 Oktober 2021
Pakar nuklir Pakistan, Abdul Qadeer Khan, di luar kediamannya usai putusan pengadilan di Islamabad, Pakistan, 6 Februari 2009 (Foto: voaindonesia.com - Mian Khursheed/Reuters)

Jakarta – Abdul Qadeer Khan, tokoh kontroversial yang dikenal sebagai “bapak bom nuklir” Pakistan tutup usia pada Minggu, 10 Oktober 2021, setelah sakit selama beberapa waktu karena terjangkit Covid-19, kata pihak keluarga. Khan meninggal dalam usia 85 tahun.

Menteri Dalam Negeri Sheikh Rasheed Ahmad mengatakan Khan, yang menggagas Pakistan untuk menjadi negara yang memiliki senjata nuklir pada awal tahun 1970an, meninggal di rumah sakit KRL di Ibu Kota Pakistan, Islamabad.

Ribuan orang menghadiri upacara pemakaman kenegaraan di Masjid Faisal yang terbuat dari marmer putih besar di ibu kota. Jenazahnya dibawa ke tempat pemakaman dengan pengawal kehormatan, sementara para pejabat militer dan politik memanjatkan doa. Seluruh bendera di Pakistan diturunkan setengah tiang tanda berduka.

1. Sosok Kontroversial

Sosok Khan diselimuti kontroversi, yang dimulai bahkan sebelum ia kembali ke Pakistan dari Belanda pada 1970-an, di mana ia pernah bekerja di fasilitas penelitian nuklir.

Menurut penelitian yang dilakukan Carnegia Endowmnet for International Peace, ia dituduh mencuri teknologi pengayaan sentrifugal uranium dari fasilitas nuklir di Belanda, yang kelak digunakannya untuk mengembangkan senjata nuklir pertama Pakistan.

Khan, yang meraih gelar doktor di bidang teknik metalurgi dari Universitas Katolik Leuven di Belgia, menggagas untuk meluncurkan program senjata nuklir Pakistan pada 1974. Hal itu disampaikannya setelah negara tetangganya, India, melakukan “ledakan nuklir damai” pertamanya.

tentara usung peti jenazahSejumlah tentara mengusung peti jenazah pakar nuklir Pakistan, Abdul Qadeer Khan, di Islamabad, Pakistan, Minggu, 10 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Khan ketika itu menemui Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto untuk menawarkan teknologi program senjata nuklir Pakistan sendiri. Sejak saat itu Pakistan tanpa henti berupaya keras berkompetisi dalam program senjata nuklir dengan India. Keduanya dinyatakan sebagai negara pemilik senjata nuklir setelah melakukan uji coba senjata nuklir 1998.

2. Tuduhan AS

Program nuklir Pakistan dan keterlibatan Khan telah sejak lama menjadi subyek tudingan dan kritik. Amerika Serikat (AS) menuduh Khan memperdagangkan rahasia nuklir ke Iran dan Korea Utara pada 1990an setelah Amerika menjatuhkan sanksi terhadap Pakistan karena program senjata nuklirnya.

Selama sepuluh tahun, ketika Uni Sovyet menduduki Afghanistan, beberapa presiden Amerika secara berulangkali menyatakan Pakistan tidak mengembangkan senjata nuklir. Pernyataan dan sertifikasi itu diperlukan di bawah hukum Amerika agar dapat tetap mengijinkan pemberian bantuan kepada pemerintah Afghanistan anti-komunis melalui Pakistan.

Namun pada 1990, hanya beberapa bulan setelah penarikan pasukan Uni Sovyet dari Afghanistan pada tahun 1989, AS menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan Pakistan karena menyudahi pemberian seluruh bantuan pada negara itu, termasuk bantuan militer dan kemanusiaan.

Pakistan dituduh menjual teknologi senjata nuklir pada Korea Utara dengan imbalan rudal No-Dong yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

Laporan Kajian Kongres pada 2003 menyatakan meskipun sulit untuk menunjukkan dengan tepat kerjasama nuklir Pakistan dan Korea Utara, kemungkinan hal itu dimulai pada pertengahan tahun 1990an.

3. Pahlawan Nasional

Di Pakistan, Abdul Qadeer Khan, disanjung sebagai pahlawan dan bapak bom nuklir. Partai-partai keagamaan yang radikal menyebutnya sebagai satu-satunya bapak bom nuklir Islam.

Setelah 2001, Khan disisihkan oleh presiden ketika itu, Jendral Pervez Musharraf, ketika rincian dugaan penjualan rahasia nuklir Khan menjadi sorotan luas. Khan mengecam keras Musharraf dan usahanya untuk menjauhkan negara dari kegiatannya. Ia juga berulangkali menyangkal terlibat dalam penjualan rahasia atau pertukaran teknologi senjata nuklir rahasia.

Dalam beberapa tahun terakhir, Khan menutup diri dari publik.

Ungkapan rasa hormat disampaikan banyak ilmuwan dan politisi Pakistan tak lama setelah kabar kematiannya. Termasuk di antaranya adalah dari Perdana Menteri Imran Khan, yang mencuit di Twitter.

Kantor Berita Associated Press (AP) mengutip seorang warga yang mengatakan Khan adalah “kebanggaan kami.” “Saya ingin mengatakan kematiannya adalah tragedi nasional. Hari ini setiap orang sangat sedih,” tambahnya (em/jm)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Kesepakatan Perjanjian untuk Akhiri Misi Tempur Amerika di Irak

Kurdi Khawatir Amerika Juga Keluar dari Irak dan Suriah

7 Tahun Setelah Genosida Warga Yazidi Irak Mencari Keadilan

Bulan Maret 2021 Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Irak

Berita terkait
Buku-buku Pelajaran di Pakistan Dikecam Terkait Kesetaraan Gender
Buku-buku pelajaran baru di Pakistan dikecam karena masalah keesetaraan gender, perti laki-laki duduk di sofa dan perempuam di lantai
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.