Bagaimana Nasib Taiwan yang Juga Hadapi Ancaman Invasi China?

Analis mulai membandingkannya dengan nasib Taiwan yang juga menghadapi agresi negara adidaya, China
Bendera Taiwan dalam perayaan kemerdekaan 7 Oktober 2021 (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Ketika Rusia melancarkan invasi terhadap Ukraina, 24 Februari 2022, analis mulai membandingkannya dengan nasib Taiwan yang juga menghadapi agresi negara adidaya, China, di perbatasan. Bagi banyak warga lokal, skenario serupa terasa jauh di Taiwan.

Taiwan, sebuah pulau yang dihuni 23 juta penduduk, hanya berjarak 160 kilometer di lepas pantai timur China. Negeri demokratis itu sejak lama diklaim oleh Beijing sebagai bagian kedaulatannya. Dan sejak beberapa tahun terakhir, China semakin agresif merundung jiran kecilnya itu.

Kendati begitu, warga Taiwan meyakini invasi Rusia di Ukraina tidak akan serta merta menginspirasi Beijing untuk bertindak.

"Saya kira situasi kami berbeda dengan Ukraina, entah itu dalam hal politik atau relasi antarnegara,” kata Ethan Lin, 40 tahun. "China banyak berkomunikasi dengan Taiwan di sejumlah area, jadi saya kira situasinya tidak segenting itu.”

Faktanya, selasa (23/2) lalu Komando Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan latihan pendaratan di sebuah lokasi rahasia di Laut China Timur. Aksi tersebut menambah panjang deretan provokasi militer China terhadap Taiwan.

zona udara taiwanZona identifikasi udara Taiwan yang berulangkali dilanggar China (Foto: dw.com/id)

Taipei pada hari Jumat, 25 Februari 2022, mengumumkan rencana mengadopsi sanksi global terhadap Rusia. "Kita tidak bisa duduk di tepi sementara negara adidaya besar merundung tetangga yang kecil,” tulis Wang Ting-yu via Twitter. Dia adalah anggota parlemen dari Partai Demokratik Progresif yang menguasai pemerintahan Taiwan.

China dan Taiwan berpisah sejak pecahnya perang saudara pada 1949. Demi mengakui kedaulatan Beijing, Amerika Serikat memutus hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan pada 1979. Sebagai gantinya AS berkomitmen melindungi kemerdekaan Taiwan.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wenPresiden Taiwan, Tsai Ing-wen di Taipei, Taiwan, 10 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Ann Wang)

Perang urat-saraf

Sebab itu pula, keamanan Taiwan banyak bergantung dari Amerika Serikat (AS). Washington terikat oleh konstitusi untuk memastikan Taiwan mendapat perlengkapan militer yang diperlukan untuk melawan China.

Berbeda dengan Ukraina, Taiwan adalah salah satu produsen semikonduktor terbesar di dunia dan sebabnya krusial bagi industri komputer atau otomotif. Keunggulan tersebut dinilai penting, terutama di tengah kelangkaan chip global yang mengganggu berbagai sektor ekonomi.

"Perekonomian dan teknologi Taiwan adalah faktor penting bagi Amerika Serikat. Mungkin AS akan menghargai Taiwan lebih besar, tapi kita harus melihat bagaimana konflik ini berkembang,” kata Kao-Cheng Wang Guru Besar Hubungan Internasional di Universitas Tamkang, Taiwan.

Presiden China, Xi Jinping, sebelumnya sudah menegaskan, akan mendahulukan "reunifikasi damai” antara kedua pihak. Penguasa di Beijing itu dinilai berbeda dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang gemar menggunakan opsi militer di negeri jiran, seperti dalam kasus Georgia.

"Xi Jinping lebih mungkin meningkatkan aktivitas militer, ketimbang memulai perang,” kata Wang.

Harian China, Global Times, yang berafiliasi pada Partai Komunis China, sebaliknya berusaha membandingkan kelompok separatis pro-Rusia di Donetsk dengan Taiwan. Namun, pejabat pemerintah China cendrung lebih berhati-hati.

"Taiwan memang bukan Ukraina,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, pekan ini. Menurut Hua, Taiwan adalah bagian integral China, bukan negara berdaulat seperti Ukraina [rzn/as (ap, rtr)]/dw.com/id.

Awal Konflik Antara Taiwan dan China

Takut Dicuri China Taiwan Tingkatkan Perlindungan Teknologi Cip

China dan Taiwan Saling Kecam Soal Masa Depan Taiwan

Pekerjaan Mata-mata Antara Taiwan dan China Kian Canggih

Berita terkait
Taiwan Waspadai China di Tengah-tengah Krisis Ukraina
Taiwan cemas Beijing akan mengambil keuntungan dari terfokusnya Barat pada krisis Ukraina yang berakibat pada peningkatan tekanan China
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.