Jakarta - Perusahaan bidang keamanan siber, Palo Alto Network memprediksi jaringan telekomunikasi seluler generasi keempat (4G) masih akan mendominasi kawasan Asia Pasifik hingga 2020, meski saat ini jaringan generasi terbaru 5G sudah mulai diadopsi beberapa negara di dunia. "Pada 2020 mayoritas masih memakai jaringan 4G dan tidak akan digantikan oleh 5G," kata Field Security Officer Palo Alto Networks Asia Pacific, Kevin O'Leary, saat paparan Prediksi Keamanan Siber 2020 di Jakarta, seperti dilansir Antara, Selasa, 3 Desember 2019.
Menurut Kevin O'Leary, negara di kawasan Asia Pasifik yang telah menggunakan 5G baru China dan Korea Selatan meski belum secara menyeluruh. Pembangunan infrastruktur 5G secara besar-besaran baru akan terjadi dalam kurun waktu 10 tahun. Hal itu, melihat di sejumlah negara Asia Pasifik saat ini ada yang baru merasakan jaringan 4G, sehingga 5G diperkirakan belum akan hadir secara massal dalam waktu dekat.
Dikutip dari GSM Arena, 4G akan menjangkau 68 persen pengguna ponsel di Asia Pasifik pada 2025. Palo Alto Networks juga memperkirakan, 4G akan masih menjadi target serangan peretas hingga tahun depan. Karena 4G sebagai gerbang masuk ke jaringan 5G di masa mendatang.
"Penyedia layanan internet perlu mewaspadai serangan siber karena terdapat kemungkinan celah keamanan terbuka, mereka perlu menerapkan pencegahan, memperkuat lapisan keamanan lewat otomasi, membangun sistem keamanan serta mengintegrasikan fungsi-fungsi keamanan melalui API," kata Kevin O'Leary.
Tidak hanya itu, Palo Alto Networks juga menyoroti masalah privasi data dalam prediksi mereka seperti sistem manajemen data yang selama ini dikumpulkan. Menurut Kevin O'leary, pada 2020 akan ada lebih banyak negara yang menerbitkan aturan perlindungan data, terutama untuk sektor publik. Palo Alto Networks menggarisbawahi bahwa menempatkan data di dalam negeri tidak berarti otomatis terjamin keamanannya.
"Pada 2020 akan terjadi peningkatan proses legislasi terkait privasi data di Asia Pasifik. Indonesia dan India, antara lain, sedang merancang aturan mengenai perlindungan data pribadi," kata Kevin O'Leary.
Menurutnya, yang harus diperhatikan adalah perusahaan perlu mengadopsi strategi keamanan siber yang komprehensif untuk mendukung keamanan operasi maupun informasi lintas jaringan di endpoint maupun cloud. Perusahaan secara berkala perlu mengevaluasi nilai dari setiap informasi yang dikumpulkan dan menerapkan kontrol yang ketat di setiap akses. []