Asesmen Kemendikbud Terkait Sinyalemen Bank Dunia

Terkait dengan laporan Bank Dunia tentang tingkat learning poverty di Indonesia, pihak Kemendikbud mengatakan akan lakukan asesmen untuk lihat data
Sejumlah siswa SDN 2 Kadupandak belajar didalam tenda darurat di Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin, 18 November 2019. (Foto: Antara/Adeng Bustomi)

Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno, mengatakan perlu asesmen (penilaian) untuk melihat sejauh mana tingkat learning poverty di Indonesia. Learning poverty adalah kondisi ketidakmampuan anak pada usia 10 tahun dalam membaca dan memahami cerita sederhana, terjadi di Indonesia.

"Yang penting kita pertama harus mengakui kalau memang faktanya seperti itu," katanya usai kunjungan kerja Bank Dunia ke Kemendikbud di Jakarta, Selasa, 19 November 2019.

Totok mengatakan Kemendikbud pertama-tama perlu menerima dan mengakui jika data dari Bank Dunia menunjukkan hal seperti itu. Kemudian, untuk dapat mengatasi hal tersebut, Kemendikbud perlu melakukan asesmen atau penilaian secara jujur untuk dapat memperbaikinya.

Selama ini, menurut Totok, Kemendikbud telah melakukan proses asesmen sejak awal, yaitu sejak siswa duduk di kelas 2, sehingga proses penilaian sudah dapat diselesaikan ketika siswa di kelas 4.

"Learning poverty itu 'kan ketika anak usia kelas 4, karena dikhawatirkan kalau enggak bisa baca simple text, nanti proses berikutnya untuk belajar akan terhambat. Nah, kita cek sejak kelas 2," katanya.

Sejak kelas 2, siswa dinilai dengan melihat kemampuan membacanya untuk dapat ditindaklanjuti jika hasilnya tidak mencapai standar yang ditargetkan. "Seandainya ketahuan kelas 2 ada potensi tidak bisa membaca, ini masih ada perbaikan selama satu atau dua tahun sehingga pada umur 10 sudah memiliki kemampuan yang cukup untuk membaca," ujar Totok.

Terkait data Bank Dunia yang menunjukkan bahwa sebanyak 53 persen dari seluruh anak di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah mengalami learning poverty, Totok menyanggah hal itu dengan mengatakan angkanya tidak setinggi itu.

"Secara spesifik kita belum melakukan studi mendalam mengenai itu. Tapi, di daerah-daerah remote itu ada saja. Tapi tidak separah yang digambarkan tadi, 53 persen," katanya.

Namun demikian, Totok tidak dapat menyebutkan angka pasti dari kajian Assesment Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) tentang seberapa jauh anak-anak di Indonesia yang mengalami learning poverty. []

Berita terkait
Bank Dunia Sebut Teknologi Digital Bantu Pengentasan Kemiskinan
"Inovasi dalam berbagai bidang bisa mengubah ruang lingkup pekerjaan, menciptakan profesi baru, dan meningkatkan peluang kerja yang sebelumnya tidak ada," ujar Kim.
Sepertiga Anak-anak di Indonesia Learning Poverty
Laporan Bank Dunia menyebutkan sepertiga anak-anak di Indonesia alami ketikamampuan belajar, di sekolah mereka tidak belajar keterampilan dasar
Bank Dunia Laporkan Indonesia Naik Peringkat Lagi
Bank Dunia melaporkan, peringkat kemudahan berbisnis Indonesia 2018 secara keseluruhan naik 19 peringkat menjadi posisi 72 dari 190 negara yang disurvei.
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara