ASEAN Khawatir AS Ambil Alih Laut China Selatan

Sebagian besar negara ASEAN akan berhati-hati dan tidak secara terbuka memihak AS setelah Washington menolak klaim Beijing atas Laut China Selatan.
Kapal induk, Nimitz Carrier Strike Force Angkatan Laut Amerika Serikat melakukan operasi di Laut China Selatan pada 6 Juli. (Foto: EPA|scmp.com).

Jakarta - Sebagian besar negara di ASEAN akan tetap berhati-hati dan tidak secara terbuka memihak Amerika Serikat setelah Washington menolak klaim Beijing atas jalur laut internasional Laut China Selatan. 

Menurut kalangan pengamat, negara-negara dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara juga khawatir tentang konsekuensi kemungkinan terjadi bentrokan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia setelah Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada Senin lalu menegaskan bahwa pernyataan Tiongkok atas kawasan yang disengketakan itu "sepenuhnya melanggar hukum".

Baca Juga: AS dan China Memanas, Moeldoko Pastikan RI Netral

Le Hong Hiep, peneliti di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, mengatakan pernyataan Pompeo akan memungkinkan negara-negara ASEAN  untuk menikmati posisi hukum dan politik yang lebih kuat vis-à-vis (tidak saling memihak) di Laut Cina Selatan. "Namun, mereka (negara-negara ASEAN) mungkin harus melakukannya sedemikian rupa sehingga tidak akan dianggap berpihak pada Washington melawan Beijing," kata Le seperti diberitakan dari portal South China Morning Post.

Perebutan jalur laut internasional yang strategis di Laut China Selatan dalam beberapa pekan terakhir semakin memperburuk hubungan bilateral antara AS dengan Tiongkok. Sebelumnya hubungan dua negara adidaya itu sudah tidak harmonis sejak isu perang tarif, ketidakseimbangan perdagangan, masalah COvid-19 di mana Negara Paman Sam menuduh China sebagai awal penyebran virus, dan terakihr soal otonomi Hong Kong.

Hubungan bilateral sekarang telah menyimpang. Kalangan analis menyebutkan bahwa baik Beijing maupun Washington tidak terlibat dalam segala bentuk koordinasi Covid-19 dengan mitra dialog di Asia, meskipun mereka secara individual melakukannya melalui lembaga dan mekanisme lain seperti ASEAN. +3 dan Quad, pengelompokan Indo-Pasifik AS, India, Jepang, dan Australia.

Lucio Blanco Pitlo III, peneliti bersama Asia-Pacific Pathways to Progress Foundation, mengatakan banyak negara ASEAN perlu mempertahankan hubungan dengan China untuk membantu pemulihan ekonomi di tengah pandemi."Sejauh perdagangan dan investasi dari China penting dalam menghidupkan kembali ekonomi mereka yang terpukul oleh penguncian berbulan-bulan, kehati-hatian mungkin akan lebih baik," katanya.

Baca Juga: Waduh, Perusahaan AS Ramai-ramai Ekspansi ke China

Benjamin Ho, asisten profesor di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Universitas Nanyang di Singapura, mengatakan sebagian besar negara-negara AsEAN akan menafsirkan komentar Pompeo dalam konteks pemilihan AS mendatang, di mana hubungan dengan China akan muncul sebagai kebijakan luar negeri utama, bahkan masalah keamanan nasional. "Untuk itu, mereka tidak mungkin mengambil tindakan aktif untuk memihak Washington," ucapnya. []

Berita terkait
AS Undang China Bahas Pembatasan Senjata Nuklir
Amerika Serikat kembali mengundang China untuk membicarakan pembatasan senjata, bersama dengan Rusia.
AS Kecam China Atas UU Keamanan Negara di Hong Kong
Amerika Serikat mengecam keputusan pemerintah China yang akan menjatuhkan sanksi kepada warga Hong Kong yang melanggar UU Keamanan Negara.
PM Jepang Minta Aga Jaga Kestabilan di Laut China Selatan
PM Jepang, Shinzo Abe mengatakan kepada PM China, Li Keqiang, tak ada peningkatan hubungan bilateral tanpa kestabilan di Laut China Selatan
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"