Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak China untuk menutup kantor konsulatnya di Houston, Texas. Desakan ini yang menurut Departemen Luar Negeri AS untuk melindungi kekayaan intelektual dan informasi pribadi, semakin menambah ketegangan antara dua kekuatan dunia.
"Kami telah meminta penutupan Konsulat Jenderal RRC Houston, untuk melindungi kekayaan intelektual dan informasi pribadi Amerika," kata Morgan Ortagus, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, seperti diberitakan dari Channel News Asia, Rabu, 22 Juli 2020.
China mendesak AS untuk segera menarik keputusannya yang salah, atau China pasti akan mengambil tanggapan yang layak dan perlu.
Baca Juga: Menhan AS Merespons Ketegangan di Laut Cina Selatan
Ortagus menegaskan, suatu negara berkewajiban untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. "AS tidak akan mentolerir pelanggaran yang dilakukan Tiongkok atas kedaulatan dan intimidasi mereka terhadap orang-orang kami, seperti halnya kami tidak mentolerir praktik perdagangan yang tidak adil, pencurian pekerjaan Amerika, dan perilaku mengerikan lainnya."
Pihak China membenarkan diminta pemerintah AS untuk menutup kantor konsulat Houston. Kantor ini dibuka pada tahun 1979, saat pertama kali AS dan Republik Rakyat Tiongkok menjalin hubungan diplomatik, seperti ditulis dalam web resmi pemerintah China.
"China mendesak AS untuk segera menarik keputusannya yang salah, atau China pasti akan mengambil tanggapan yang layak dan perlu," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin.
Wang bereaksi setelah munculnya video yang memperlihatkan seseorang tak dikenal tengah membakar kertas yang diduga dokumen di halaman gedung konsulat. "Itu keterlaluan dan tidak dapat dibenarkan," ucapnya seperti diberitakan dari BBC News.
BBC mencatat ketegangan antara AS dengan Tiongkok semakin meningkat akhir-akhir ini. Pemerintahan Presiden Donald Trump berulang kali berselisih dengan Beijing mengenai perdagangan dan pandemi virus corona Covid-19, serta pemberlakuan UU Keamanan Nasional baru yang kontroversial di Hong Kong.
Baca Juga: Waduh, Perusahaan AS Ramai-ramai Ekspansi ke China
Kemudian pada hari Selasa, Departemen Kehakiman AS menuduh Tiongkok mensponsori para peretas yang menargetkan laboratorium pengembangan vaksin Covid-19. Dua warga negara China diduga memata-matai perusahaan riset AS dan mendapat bantuan dari agen negara untuk pencurian lain, telah didakwa. []