TAGAR.id, Washington DC, AS - Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan lanjutan terhadap sasaran Houthi di Yaman pada Sabtu (13/1/2024) pagi. Serangan itu dilancarkan setelah para pejabat mengatakan mereka tidak puas dengan kerusakan yang ditimbulkan selama putaran awal serangan udara pada Kamis (11/1/2024) malam.
Komando Pusat AS mengatakan pihaknya melancarkan serangan tambahan dari kapal perusak berpeluru kendali, USS Carney. Kapal itu menembakkan beberapa Rudal Serangan Darat Tomahawk untuk menghancurkan lokasi radar yang menurut AS merupakan ancaman berkelanjutan terhadap lalu lintas maritim.
Serangan itu terjadi sehari setelah militer AS dan Inggris melancarkan puluhan serangan terhadap posisi Houthi di Yaman sebagai pembalasan atas serangan Houthi yang sudah berlangsung selama berminggu-minggu. Serangan Houthi telah mengganggu pelayaran dan merusak kapal-kapal yang transit di Laut Merah dan Teluk Aden.
Para pejabat militer AS mengonfirmasi, Jumat (12/1/2024) pagi, bahwa militan Houthi meluncurkan rudal balistik anti-kapal, meskipun rudal tersebut tidak mengenai satu kapal pun.
Para pejabat AS dan Inggris pada Jumat optimistis, bahwa serangan awal pada Kamis (11/1/2024) malam, yang kini digambarkan sebagai dua gelombang serangan, berhasil.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada VOA, Jumat, bhaw penilaian awal menunjukkan gelombang pertama serangan presisi pada Kamis malam menurunkan kemampuan Houthi untuk melancarkan serangan lebih lanjut.
Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa mengungkap nama untuk membahas perincian operasional, mengatakan penilaian yang lebih komprehensif terhadap serangan tersebut masih dilakukan. Namun sentimen tersebut itu dengan penilaian awal lainnya yang dilakukan oleh para pejabat senior AS, yang menggambarkan kerusakan pada kemampuan Houthi sebagai hal yang “signifikan”.
“Kami merasa sangat yakin mengenai lokasi serangan amunisi kami,” kata Letnan Jenderal Douglas Sims, direktur Staf Gabungan, kepada wartawan pada Jumat.
“Namun, pada saat ini kami belum mengetahui penilaian kerusakan pertempuran secara lengkap.”
Lebih dari 150 munisi
Komando Pusat AS pada Kamis (11/1/2024) malam mengatakan bahwa jet tempur, kapal angkatan laut, dan kapal selam AS menyerang lebih dari 60 sasaran di 16 lokasi di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi, termasuk pusat komando dan kendali, depot amunisi, sistem peluncuran, dan fasilitas produksi.
Namun, Sims mengatakan pada Jumat bahwa AS dan Inggris melancarkan serangan gelombang kedua terhadap 12 lokasi lainnya setelah jeda 30 menit hingga satu jam setelah serangan awal dilakukan.
Lokasi-lokasi tambahan tersebut, yang masing-masing memiliki beberapa sasaran, “telah diidentifikasi memiliki barang-barang yang berpotensi digunakan untuk melawan pasukan, maritim dan udara,” katanya.
Sims menekankan bahwa serangan-serangan tersebut dilakukan untuk membela diri.
Para pejabat AS mengatakan, secara keseluruhan, lebih dari 150 peluru kendali presisi ditujukan ke sasaran Houthi, termasuk rudal Tomahawk.
Setidaknya tiga kapal penjelajah dan kapal perusak berpeluru kendali AS, yaitu USS Gravely, USS Philippine Sea, dan USS Mason, yang ikut dalam serangan tersebut bersama dengan kapal selam kelas Ohio, jet tempur dari kapal induk USS Dwight D. Eisenhower, dan jet-jet tempur Angkatan Udara AS.
Kementerian Pertahanan Inggris, dalam pernyataan terpisah, mengatakan bahwa empat jet tempur Typhoon, disertai dengan sebuah kapal tanker pengisian bahan bakar di udara, menggunakan bom berpemandu laser untuk menyerang dua lokasi. Kedua lokasi itu adalah landasan peluncuran drone di Bani, di barat laut Yaman, dan sebuah lapangan terbang di Abbs yang biasanya digunakan untuk meluncurkan rudal jelajah dan drone ke kapal-kapal di Laut Merah.
“Indikasi awal menunjukkan bahwa kemampuan Houthi untuk mengancam pelayaran dagang telah terpukul,” kata Kementerian Pertahanan Inggris.
Kemungkinan serangan balasan Yaman
Meskipun ada penilaian optimis mengenai serangan tersebut, para pejabat AS mengatakan mereka yakin kelompok Houthi kemungkinan besar akan membalas.
“Dugaan saya adalah Houthi sedang mencoba mencari tahu di lapangan dan mencoba menentukan kemampuan apa yang masih ada pada mereka,” kata Sims. "Retorika mereka cukup kuat dan tinggi, dan saya perkirakan mereka akan mencoba melakukan semacam pembalasan."
“Saya berharap mereka tidak melakukan hal tersebut,” tambahnya, seraya menggambarkan upaya Houthi sebagai “secara umum tidak membuahkan hasil.”
Namun, Gedung Putih mengulangi peringatannya pada Jumat bahwa Houthi akan menghadapi konsekuensi tambahan jika serangan mereka terus berlanjut.
“Kami akan memastikan bahwa kami menanggapi Houthi jika mereka melanjutkan perilaku keterlaluan ini, bersama dengan sekutu kami,” kata Presiden AS Joe Biden saat menjawab pertanyaan wartawan saat singgah di sebuah kedai kopi di Pennsylvania pada Jumat (12/1)
Ketika para wartawan bertanya kepada Biden apakah Houthi adalah teroris, dan dia menjawab, "Saya pikir mereka memang teroris." Pada 2021, pemerintahan Biden menghapus Houthi dari daftar organisasi teroris asing Departemen Luar Negeri.
Pada hari yang sama, AS juga mengumumkan sanksi baru yang ditujukan terhadap pengiriman komoditas yang mendanai kelompok Houthi dan Iran yang mendukung mereka.
Menurut AS, sejak pertengahan November, Houthi telah melancarkan setidaknya 28 serangan, yang berdampak pada warga negara, kargo, dan kapal dari lebih dari 50 negara. (ft)/voaindonesia.com. []
*Kepala Biro VOA Gedung Putih Patsy Widakuswara dan Koresponden PBB Margaret Besheer berkontribusi dalam laporan ini.