Arkeolog Temukan Kerangka Perahu Kuno era Sriwijaya?

Arkeolog meneliti temuan kerangka perahu kuno di Pantai Timur Sumatera Selatan (Sumsel), mereka menduga sudah ada sebelum masuknya Sriwijaya.
Kerangka perahu kuno yang ditemukan warga di Desa Kertamukti, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) pada proses eskavasi 13 sampai 31 Agustus 2019. (Foto: dok. HO-Balai Arkeologi Sumsel)

Jakarta - Arkeolog meneliti temuan kerangka perahu kuno di Pantai Timur Sumatera Selatan (Sumsel), diduga sudah ada sejak abad ke 1-13 atau sebelum masuknya Kerajaan Sriwijaya ke Sumsel.

Kepala Balai Arkeologi Sumatera Selatan Budi Wiyana mengatakan kerangka perahu ditemukan di Desa Kertamukti, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), pada proses ekskavasi 13 sampai 31 Agustus 2019.

"Kami belum bisa memastikan usia perahu yang ditemukan itu karena masih diteliti, hipotesa kami perahu ini masih termasuk tradisi Asia Tenggara abad 1-13 jika melihat ciri-cirinya," ujar Budi Wiyana  di Palembang, Minggu, 8 September 2019, seperti diberitakan Antara.

Kerangka perahu kuno awalnya ditemukan warga yang sedang mencari emas di sekitar lahan konsesi perusahaan.

Perahu yang berasal dari tradisi Asia Tenggara, kata dia, memiliki ciri berupa badan perahu berbentuk V cenderung U, bagian lunas (pemecah ombak) berlinggi, haluan dan buritan simetris.

Lalu kata dia, tidak ada sekat-sekat kedap air, tidak memakai besi, kayu-kayu diambung dengan pasak serta kemudi ganda berada di kiri-kanan buritan.

Ia mengatakan, kerangka perahu kuno awalnya ditemukan warga yang sedang mencari emas di sekitar lahan konsesi perusahaan, selama pencarian warga banyak menemukan bagian-bagian perahu kuno seperti dayung, kemudi dan linggi.

Namun warga tidak menyadari, menganggap bagian perahu itu bekas-bekas perahu biasa, dan meletakkannya ke sembarang tempat.

"Akhirnya kami datang lalu diteliti ternyata itu bagian perahu kuno, ada satu bagian yang kami bawa ke Palembang, sisanya kami kuburkan lagi agar awet, sebab jika dibawa semua bisa hancur," ucapnya.

Melihat temuan kerangka tersebut, hipotesanya adalah ukuran awal kapalnya kemungkinan cukup besar dan digunakan untuk perdagangan samudera.

Akibat proses sedimentasi yang menyurutkan air laut ribuan tahun lalu, akhirnya kapal terpendam ke dalam tanah hingga lapisan dua meter.

Temuan perahu kuno tersebut semakin memperjelas kehidupan di Pantai Timur Sumsel terutama aliran sungai-sungai lama yang diyakini sudah ada sejak abad pertama, sebelumnya juga ditemukan tiang-tiang penyangga rumah dan perabotan rumah tangga dari abad ke-4.

"Perahu tersebut kemungkinan digunakan untuk perdagangan dan menjadi penyangga Kedatuan Sriwijaya," ujar Budi.

Dengan temuan itu, Balai Arkeologi Sumsel memetakan tiga situs penemuan perahu kuno di Pantai Timur Sumsel, yakni situs Karang Agung Tengah (Mulya Agung), situs Air Sugihan (Kertamukti, Banyubiru, Bukit Batu, Margamulyo, Sugih Waras), dan situs Tulung Selapan (Simpang Tiga Abadi, Simpang Tiga Sakti, Ulak Kedongdong, Sungai Pasir). []

Berita terkait
Hipotesis Ridwan Saidi Soal Kerajaan Sriwijaya
Budayawan Betawi Ridwan Saidi menuai kritikan dari berbagai pakar sejarah terkait pernyataannya tentang Kerajaan Sriwijaya.
Ridwan Saidi Anggap Kerajaan Sriwijaya Sekadar Dongeng
Budayawan Betawi Ridwan Saidi melontarkan pernyataan kontroversial dengan menyebut Kerajaan Sriwijaya hanya dongeng fiktif.