Jakarta - Negeri Tirai Bambu, China telah dikenal sebagai salah satu negara produsen ponsel yang menjual produknya dengan harga terjangkau. Namun rupanya, survei pada bulan Oktober 2021 mencatat bahwa merek luar lah yang berjaya di negara itu.
Apple telah menjadi merek smartphone terbesar di China untuk pertama kalinya sejak Desember 2015. Hal itu diketahui dari riset yang dilakukan oleh Counterpoint Research, sebuah perusahaan riset pasar dan konsultan yang berbasis di Hong Kong.
Perusahaan teknologi multinasional Amerika itu melampaui merek ponsel pintar Tiongkok Vivo selama bulan Oktober 2021. Menurut Counterpoint Research, lonjakan penjualan Apple, yang mencapai 46 persen dari bulan sebelumnya, didorong oleh seri iPhone13.
- Baca Juga: Apple Siap Cetak Rekor Penjualan Produk iPhone 12
- Baca Juga: Apakah Komponen Palsu pada iOS 15.2 Mengganggu Kinerja iPhone?
Seri tersebut diminati di China bukan tanpa alasan. Seri ini sangat diminati karena harganya yang lebih murah meskipun memiliki sedikit perbedaan dari jajaran sebelumnya yang diluncurkan tahun lalu.
Menurut Caixin Global, harga iPhone 13 sekitar 64 hingga 106 dolar Singapura lebih murah daripada iPhone 12, tergantung modelnya. Konsumen juga tertarik pada kapasitas penyimpanan yang tinggi dengan harga yang lebih kompetitif juga, menurut Wall Street Journal (WSJ).
Counterpoint Research juga mencatat tingginya angka penjualan juga tak lepas dari diskon yang ditawarkan saat Singles Day. Kinerja Apple yang luar biasa datang pada saat banyak konsumen menunggu untuk melakukan pembelian mereka pada bulan November.
Dalam periode yang sama, terjadi penurunan penjualan untuk merek ponsel pintar utama lainnya, dengan pasar ponsel pintar Tiongkok tumbuh lebih rendah 2 persen. Sementara itu, pasar Tiongkok menyumbang sekitar seperlima dari penjualan iPhone, sehingga penting untuk penjualan Apple secara global.
- Baca Juga: Google dan Apple Hapus Aplikasi Mata-mata ToTok
- Baca Juga: Apple Hapus Stiker WhatsApp dari Ponsel Berbasis iOS
Peningkatan permintaan iPhone 13 terjadi setelah Apple mengalami penurunan permintaan di kalangan konsumen Tiongkok selama bertahun-tahun, terutama karena harganya yang tinggi dan munculnya merek domestik seperti Huawei dan Xiaomi.
Namun, pangsa Huawei di pasar lokal telah terkikis oleh dampak sanksi perdagangan AS yang membatasi raksasa teknologi itu menggunakan teknologi dan perangkat lunak Amerika, termasuk chip kelas atas. []