TAGAR.id, Jakarta - Salah satu Marketplace NFT yang paling terkenal adalah OpenSea yang dibangun di atas jaringan Ethereum. Bisa dikatakan bahwa Ethereum memang paling mendominasi di sektor ini. Meski demikian, Etehereum juga memiliki kekurangan yang sangat menonjol, yaitu Gas Fee yang mahal.
Apa Itu Gas Fee?
Gas Fee (biaya Gas) adalah biaya yang harus dibayar oleh pengguna untuk memproses sebuah transaksi di jaringan blockchain Ethereum. Dengan kata lain, Gas Fee bisa diibaratkan sebagai "biaya admin" pada transaksi menggunakan layanan perbankan.
Pada dasarnya, Gas Fee merupakan biaya kompensasi energi komputasi yang diperlukan untuk memvalidasi transaksi di dalam blockchain. Adapun besaran biaya yang harus dibayar ditentukan oleh jumlah permintaan di pasaran.
Dalam kasus perdagangan aset NFT, jumlah Gas Fee juga ditentukan oleh seberapa cepat seseorang ingin minting karya NFT-nya. Semakin cepat proses minting, maka akan semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan. Minting NFT di sini adalah sebuah proses tokenisasi atau mengupload hasil karya ke jaringan blockchain.
Mengapa Gas Fee Sangat Diperlukan?
Gas Fee memegang peranan penting dalam keberlangsungan sebuah transaksi blockchain. Dengan adanya Gas Fee, jaringan akan lebih teramankan dari spam ataupun indikasi kecurangan dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
Dalam fungsi lain, Gas Fee digunakan untuk mengalokasikan sumber daya dari mesin virtual Ethereum (EVM). Sehingga, aplikasi terdesentralisasi (Decentralized Apps) yang berjalan di atas blockchain Ethereum seperti Smart Contract dapat berjalan secara mandiri dan aman.
Selain itu, Gas Fee juga sangat diperlukan untuk membayar para miner (validator) sebagai insentif karena telah membantu memvalidasi transaksi di blockchain Ethereum. Dengan kata lain, semakin banyak Gas yang dihasilkan oleh para miner, maka semakin aman dan cepat pula kinerja jaringannya. []