Amerika Serikat Tuduh China Tawarkan Hadiah Bunuh Tentara AS

Presiden Trump dilaporkan media menerima informasi intelijen bahwa China tawarkan uang bunuh tentara Amerika Serikat di Afghanistan
Seorang marinir AS (tengah) berbincang dengan tentara Angkatan Bersenjata Nasional Afghanistan Provinsi Helmand, Afghanistan, 5 Juli 2017 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Jakarta – Laporan media mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, baru-baru ini menerima informasi intelijen bahwa China menawarkan uang kepada aktor non-negara di Afghanistan untuk menyerang tentara Amerika. Laporan itu belum dikonfirmasi.

Seorang pejabat senior pemerintahan Trump pada Kamis, 31 Desember 2020, mengonfirmasi kepada VOA rincian "intelijen yang tidak rahasia" itu yang terbit di situs berita Axios sehari sebelumnya. Pejabat itu berbicara tanpa menyebut nama. Menurut laporan Axios, informasi intelijen itu masuk dalam pengarahan presiden pada 17 Desember 2020, dan Trump secara lisan diberi pengarahan tentang masalah itu oleh Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien."

Pejabat-pejabat Amerika dilaporkan sedang menggali lebih jauh temuan intelijen itu, yang kemungkinan akan memicu ketegangan antara Amerika dan China.

Dalam konferensi pers rutin, Kamis, 31 Desember 2020, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menanggapi tuduhan itu. Ia mengatakan, "Ini hanya berita bohong untuk mencemarkan nama baik China."

Ia menambahkan tuduhan itu untuk "mencemari citra China" dan merusak hubungan antara kedua negara. "Kami tidak pernah memulai perang dengan pihak lain, apalagi membayar aktor non-negara untuk menyerang negara lain," tegas Wang.

Ia menyatakan bahwa China tidak terlibat konflik internal di Afghanistan dan menegaskan kembali dukungan China untuk proses perdamaian dan rekonsiliasi yang diprakarsai Amerika yang sedang berlangsung. Proses itu adalah upaya mengakhiri perang 20 tahun Amerika di negara Asia Selatan itu.

Belum diketahui apakah Presiden terpilih AS, Joe Biden juga telah diberi pengarahan tentang informasi intelijen itu.

Hubungan Amerika-China belakangan ini tegang antara lain karena perdagangan dan kekayaan intelektual. Amerika juga sangat kritis terhadap pelanggaran HAM yang diduga dilakukan China terhadap minoritas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang barat.

China membantah tuduhan bahwa mereka merampas hak-hak komunitas Muslim, dan menyatakan tuduhan itu adalah bagian dari propaganda Barat untuk memfitnah China. (ka/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Amerika Serikat Loloskan RUU Tibet Ada Sanksi Bagi China
Kongres AS meloloskan RUU yang diharapkan akan meningkatkan dukungan AS kepada Tibet di beberapa bidang penting
China Balas Pembatasan Visa Amerika Serikat
China mengambil tindakan serupa sebagai balasan atas keputusan Pemerintah AS yang melakukan pembatasan baru visa terhadap pejabat China
China Kecam Sanksi Amerika Serikat untuk Pejabat China
Pemerintah China kecam AS atas sanksi-sanksi baru yang diberlakukan terhadap sejumlah pejabat China dan penjualan senjata ke Taiwan