TAGAR.id - Presiden Amerika Serika (AS), Joe Biden, mengatakan bahwa negaranya berkomitmen untuk membangun ekonomi yang menguntungkan dengan Asia-Pasifik.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada hari Kamis (16/11-2023) menyampaikan kepada para pemimpin dan CEO yang menghadiri KTT APEC, bahwa negaranya berkomitmen terhadap standar tinggi perdagangan dan kemitraan yang akan menguntungkan ekonomi di seluruh Asia-Pasifik. "Kami tidak akan pergi ke mana-mana," tegas Biden.
Setelah pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping, Biden mengatakan kepada para pemimpin bisnis tersebut bahwa AS akan "mengurangi risiko dan melakukan diversifikasi", tetapi tidak "memisahkan diri" dari Beijing.
AS menginvestasikan 50 miliar dolar untuk Asia Pasifik
Biden juga menyampaikan bahwa ekonomi AS telah menginvestasikan sekitar $50 miliar (sekitar Rp775 triliun) di negara-negara anggota Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pada tahun 2023, termasuk di bidang teknologi energi bersih, penerbangan, dan keamanan siber.
"Ini semua bukan tentang ‘kumbaya', tetapi sangat jelas," kata Biden. "Kami memiliki perbedaan nyata dengan Beijing dalam hal mempertahankan perekonomian yang adil dan setara, serta melindungi kekayaan intelektual Anda."
Biden berusaha mengirimkan pesan yang jelas tentang kepemimpinan Amerika, di saat para pemimpin bergulat dengan risiko berbisnis di tengah perang Timur Tengah dan Eropa, di mana ekonomi pascapandemi juga masih goyah.
AS semakin memperkuat hubungan dengan Asia-Pasifik
Dalam sambutannya kepada para CEO, Biden menyoroti upaya pemerintahannya untuk memperkuat hubungan di kawasan Asia-Pasifik.
Anggota APEC sendiri telah menginvestasikan 1,7 triliun dolar (sekitar Rp 26,3 triliun) dalam perekonomian AS, yang mendukung sekitar 2,3 juta lapangan kerja di Amerika.
Sementara perusahaan-perusahaan AS juga turut menginvestasikan sekitar 1,4 triliun dolar (Rp 21,6 triliun) untuk perekonomian APEC.
Dalam pembicaraan pada jamuan makan siang, Biden mengatakan kepada para pemimpin APEC mengenai upaya yang didanai oleh Undang-Undang Pengurangan Inflasi, untuk meningkatkan keberlanjutan, isu perubahan iklim, dan infrastruktur energi bersih di AS.
"Saya mendorong semua orang di meja ini untuk juga mengambil tindakan nasional yang kuat," kata Biden. "Kita semua perlu mencapai momen ini."
Ekonomi global dalam keadaan rentan
Setelah beberapa dekade, hubungan perdagangan yang dibangun di atas dasar pemikiran untuk menjaga harga tetap rendah, mengakses pasar-pasar baru, dan memaksimalkan keuntungan, kini tidak bisa dipungkiri ekonomi global sedang dalam keadaan rentan.
Konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas justru tidak membantu dasar pemikiran tersebut. Pandemi COVID-19 juga memperlihatkan kelemahan dalam rantai pasokan ekonomi. Bahkan, perubahan iklim juga telah meningkatkan bencana alam yang dapat mengancam ditutupnya pabrik-pabrik.
Perang Israel-Hamas dan pertahanan Ukraina melawan invasi Rusia jelas menimbulkan risiko perekonomian baru. Teknologi baru seperti kecerdasan buatan bahkan mampu mengubah cara perusahaan beroperasi dan menggusur beberapa pekerja.
Dalam acara makan malam pada hari Rabu (15/11-2023), Presiden China Xi Jinping juga berkesempatan untuk bertemu dengan para pemimpin bisnis, momen langka untuk mengklarifikasi tentang aturan keamanan Beijing yang dapat mencekik investasi asing.
"China sedang mengejar pembangunan berkualitas tinggi dan Amerika Serikat sedang merevitalisasi ekonominya," kata Xi, seraya menambahkan bahwa, "ada banyak ruang untuk bekerja sama dan kita sepenuhnya dapat membantu satu sama lain untuk sukses dan mencapai hasil yang saling menguntungkan."
Presiden Xi juga mengisyaratkan bahwa China akan mengirimkan panda raksasa baru ke AS, setelah seminggu terakhir tiga panda dari Kebun Binatang Nasional Smithsonian dikembalikan ke China, yang membuat banyak warga Amerika kecewa. [kp/ha (AP)/dw.com/id]. []